“Hey, gua kenal elu! Elu anak praktek yang suka liatin gua kerja kan?!
Kenapa? Lo suka ama gua?”
...
Title: Andre dan Si Gondrong (1-5)
Uploaded by: Prince Chakran
Submitted: 13 Maret 2002
Disclaimer: Cerita milik penulis
Rate: A
Length: Shortstory
Warning: Typo. menXmen. Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan di ambil dari web/akun mereka. Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!
-----] @bluexavier69 [-----
---[1]---
Hi kenalin, nama aku Andre. ASL? 21 tahun, laki-laki tinggal di Jakarta. Tinggi 175 cm berat 63 kg. Tampang lumayan, malah orang bilang cute mirip Aaron Kwok. Kulit putih karena aku keturunan Chinese, rambut hitam lurus agak gondrong, dibelah tengah, ujung poninya jatuh di bawah kuping. Rambutku halus, sampai kalau nunduk, semua poni jatuh ke depan. Bikin gemes orang aja, pengen membelai.
Aku kuliah di salah satu universitas swasta jurusan Teknik Sipil dan sekarang lagi kerja praktek di proyek pembangunan gedung kantor. Sampai umur segini, aku belum pernah punya cewek. Cewek yang naksir aku nggak terhitung banyaknya, tapi mereka semua nggak tahu kalo sebenarnya aku lebih tertarik sama cowok, tapi karena bawaanku, mereka nggak bakal nyangka. Pengalaman ama cowok apalagi, belum pernah sama sekali. Paling bisanya membayangkan sambil onani di kamar tidur atau di bawah shower.
Aku senang banget kerja praktek di proyek pembangunan gedung kayak gini. Aku bisa puas melototin para pekerja bangunan. Biasanya, karena panas mereka suka kerja sambil telanjang dada. Dari semua pekerja yang ada di proyek itu, ada satu yang jadi favorit aku. Tingginya sekitar 180 cm berat kurang lebih 75 kg lah. Badannya nggak terlalu gede tapi berotot, kulitnya coklat kebakar matahari, perutnya kotak-kotak berotot karena sering kerja berat. Mukanya cukup ganteng buat pekerja bangunan, manis lah. Yang paling aku suka rambutnya, gondrong lurus lewatin bahu. Kadang dilepas, tapi lebih sering diikat ekor kuda. Kalau lewat dekat dia, aku suka curi2 pandang, dan kayaknya dia tahu kalau aku suka dia. Dia bakal balas menatap dengan matanya yang tajam. Bikin aku grogi dan lemes aja.
Tiap sore jam lima, mereka bakal selesai kerja dan ramai-ramai mandi di pancuran tempat mandi terbuka di sudut proyek itu. Biasanya aku sudah siap di tempat strategis di lantai dua. Sambil duduk di situ, aku jelas sekali lihat mereka semua mandi di bawah, tapi mereka nggak bisa lihat aku. Yang aku tunggu ya pasti si Gondrong. Tapi hari itu, jam setengah enam lebih dan hampir gelap, si Gondrong kok belum mandi juga ya? Pancuran mulai sepi. Wah, barangkali Si Gondrong hari ini langsung pulang nih, nggak mandi dulu. Baru aja aku bangun dari duduk mau pulang, tiba2 si Gondrong muncul.
Merasa sendirian, si Gondrong nyantai saja mandinya. Pertama dia lepas ekor kudanya dan makin keliatan sexy dengan rambut gondrongnya yang terurai lepas. Pelan dia buka kaos kerjanya, terlihat perutnya yang kotak-kotak berotot. Lalu dia buka celana jeansnya, dan terakhir celana dalamnya. Sekarang dia polos, telanjang bulat. Aku reguk semua keindahan badannya. Baru kali ini aku bisa puas memandang dia dengan jelas tanpa gangguan. Saat balik badan untuk buka keran shower, pantatnya yang bulat kelihatan keras berotot. Sambil berdiri di bawah air mengalir, perlahan dia basahi rambutnya, ambil sachet shampoo dan keramas. Setelah busa shampoo bersih, ganti badannya yang dia sabuni. Tangannya menjelajah tiap senti tubuhnya. Busa sabun melimpah. Aku menahan nafas, sambil membayangkan tanganku yang mengerayangi tubuhnya. Aduh…
Tangannya menyabuni dadanya yang bidang, puting susunya kelihatan keras di tengah bulatan coklat tua segede koin seribuan. Dari dada, tangannya turun menjelajah tiap kotak perutnya. Setelah itu turun lagi menuju semak bulu kemaluan yang lebat menghitam, terus menuju batang kontolnya. Perlahan dimainkannya kontol itu, ditarik-tarik perlahan. Aku makin nggak bisa nafas saking tegang. Akibat permainan itu, kontolnya makin membesar, semi ereksi. Belum bangun semua saja panjangnya sudah sekitar 15 cm, diameternya segede paralon 5 cm dan yang paling istimewa adalah kepala kontolnya yang mirip jamur raksasa, gedeee banget. Ya Tuhan… aku sampai nggak percaya dengan mataku sendiri lihat kepala kontolnya. Mataku langsung berkunang2. Oh my God….
Si Gondrong mainin kontolnya dengan perlahan, kelihatan sekali dia menikmati. Matanya kadang merem. Ini live show khusus buat aku, seakan dia tahu aku nonton di situ. Makin lama kontolnya makin besar dan keras, sampai ereksi full. Panjangnya sekitar 20 cm dan diameternya segede botol soft drink. Air shower terus mengguyur badannya. Aku makin nggak tenang dan mau pingsan. Tangan si Gondrong sibuk mengocok batang kontolnya. Sementara dadanya naik turun, nafasnya makin tersengal-sengal nggak teratur. Tiba2 dia mematikan keran dan menghilang, bersender di bagian tembok yang nggak kelihatan dari atas. Duh, padahal bentar lagi dia klimaks nih. Sialan!
Nggak mau rugi, aku cepet bangun dan nyaris lari turun tangga ke bawah. Aku mau lihat klimaksnya! Tanpa sadar aku setengah lari menuju daerah shower itu. Karena aku nggak tahu persis dia nyender dimana, pas tikungan tembok aku malah nabrak si Gondrong. Gubraaak! Dia kaget karena dengar orang lari dan makin kaget lihat aku nabrak dia. Karena beban badan aku, dia terdorong ke dinding dan otomatis aku jatuh ke pelukannya. Dengan sigap dia tangkap badan aku supaya nggak jatuh. Sesaat kita berdua diam, kaget dan nggak sadar apa yang terjadi.
Beberapa detik kemudian terasa hembusan nafas panas dekat pipi aku. Aku nengok ke atas dan mataku ketemu mata dia. Belum pernah aku berhadapan sedekat ini dengan si Gondrong. Tiba-tiba semua jadi jelas lagi. Terasa juga kontol gedenya yang keras itu mengganjal di dekat perutku. Aku tersentak, malu dan ingin lari kabur. Merasa aku ingin lari, ditangkapnya tanganku.
“Eeeh!!! Mau kemana lu!”, kata si Gondrong. “Enak aja mau kabur abis ganggu acara orang!” kata dia lagi sambil terus memandang aku tajam. Tiba-tiba dia sadar. “Hey, gua kenal elu! Elu anak praktek yang suka liatin gue kerja kan?! Kenapa? Lo suka ama gua?” kata dia lagi sambil narik badanku ke pelukannya. Aku makin meronta pengen kabur, tapi dia makin kenceng meluk aku. “Ngapain lu jam segini blom balik? Abis ngintip gua lu?” Ditatapnya mata aku tajam2. Oh Tuhan, dari deket mukanya benar-benar jantan. Dagu dan janggutnya penuh bulu kasar karena belum cukur. Aku makin nggak bisa ngomong, diam seribu bahasa, dadaku makin deg-degan nggak karuan.
Tiba-tiba aja bibirku dilumat, dikulumnya bibir bawahku, tangan kanannya menjambaknya rambutku, menahan kepalaku supaya nggak bisa mengelak. Aku kaget dan meronta, nggak pernah nyangka akan begini jadinya. “Hmmmm… Hmmmm….” Aku meronta, menolak. Tapi semakin menolak, semakin ganas dia. Bibir bawahku dikulum dengan kasar, lidahnya menjulur paksa masuk ke rongga mulutku, membelit lidahku jadi satu. Ludahnya menerobos masuk ke mulutku tak bisa dicegah dan bercampur jadi satu dengan ludahku. Aku makin gemetar dan nyaris jatuh nggak kuat berdiri. Tanpa sadar tanganku bergantung di lehernya, menahan supaya badanku nggak jatuh.
Makin lama ciumannya makin nafsu dan nggak terasa aku makin melayang nikmat. Enak gila! Pelan2 aku belajar meniru gerakan bibir dan lidahnya, membalas ciumannya dengan tak kalah nafsu. Kedua tanganku mencengkeram rambut gondrongnya. Sementara tangan kanan si Gondrong membelai rambutku dan tangan kirinya asyik menggerayangi pantatku. Perlahan kontolnya keras lagi, bergeleser di selangkanganku.
Tiba-tiba dia berhenti menciumku dan bicara dengan suaranya yang berat, “Hmmm… Gimana? Enak?” Matanya tajam menembus mataku, tanpa senyum. Aku tersipu2 malu, tak bisa ngomong apa2. Tiba2 dijambaknya lagi rambutku dengan kedua tangannya. Aku didorong paksa jongkok di depannya. Tiba-tiba saja kontolnya sudah berada tepat di muka aku. “Isep kontol gue!” perintahnya. Ya Tuhan! Dari jarak dekat begini baru keliatan betapa kontolnya benar-benar gede. Kepala kontolnya gede mirip jamur mekar, ranum coklat kemerahan, batangnya besar, tebal dan berurat. Dibawahnya menggantung dua biji segede telor ayam kampung, penuh ditumbuhi bulu. Apalagi ngisep kontol, melihat kontol orang lain dari jarak dekat saja baru sekarang.
“Isep! Cepet!”, kata si Gondrong lagi, nggak sabar. Dua tangannya mencengkram rambutku menahan, sementara kontolnya makin ditekan ke mulutku. Gimana juga kontol sebesar itu bisa masuk mulut. Tapi karena dia maksa terus, terpaksa aku buka mulut lebar2. Pelan2 kepala kontolnya masuk mulutku, terus, terus, sampe akhirnya mentok di tenggorokanku bikin aku keselek, mendelik dan hampir muntah. Dia tarik keluar lagi perlahan. Masuk lagi. Keluar lagi. Keluar masuk, keluar masuk, keluar masuk. Walau mulutku sakit dan pegel karena mesti terbuka lebar, lama-lama aku terbiasa juga. Enak juga ngisep kontol. Kalau rahangku capek, aku jilati kepalanya, aku sedot batangnya. Lidahku menjalar, menyapu dari kepala kontol, turun ke bawah batang. Kadang aku jilat-jilat telornya sambil tanganku ngocok batang kontolnya. Aku ciumi semak bulu kemaluannya. Baunya khas, bikin aku tambah horny. Sementara itu kontolku sendiri sudah dari tadi keras dan berdenyut2. Si Gondrong cuma bisa merem melek keenakan dan mendesis2 kayak ular. Tangannya sibuk membelai2 rambutku yang halus.
Kontol si Gondrong makin keras dan makin gede. Full ngaceng kira-kira 20 sentimeter. Berdenyut-denyut, basah mengkilat kena ludah. Dia makin gemes. Rambutku dicengkeramnya, ditahannya kepalaku dan dia teken pantatnya maju mundur bikin kontolnya keluar masuk, maju mundur di mulut aku. Dientotnya mulutku tanpa ampun. Genjotannya makin lama makin cepat dan makin keras. Sluuurup…. sluuuruuup… pooookk… poookk…. poook…. Air maninya dikit-dikit mulai keluar dan terasa asin-asin gurih. “Jangan kena gigi, goblok!”, kata si Gondrong sambil menampar keras pipiku. Pyaaaaar… mataku sampai berkunang2. Aku makin keteteran. Rahangku sakit karena dipaksa terbuka lebar. Ludahku keluar makin banyak, menetes-netes ke tanah, sebagian malah jadi pelumas yang bikin kontolnya makin lancar keluar masuk mulutku. Aku cuma bisa mengerang, “Oouuugh… Oouuuugh….”. Sementara itu desah nafas si Gondrong makin keras dan memburu, terengah-engah. Mampus aku! Si Gondrong kayaknya bentar lagi mau klimaks nih. Bagaimana yah kalau air maninya keluar di mulut aku?
Goyangannya makin lama makin keras dan cepat. Kontolnya makin bengkak dan terasa berdenyut2 di mulutku. Dengan satu genjotan terakhir, sambil kedua tangannya erat menjambak rambutku, dia tekan kepalaku dan didorongnya kontolnya jauh ke dalam kerongkonganku. Crooot, crooot, crooot…. Air maninya muncrat di dalam mulutku, melesak masuk hingga ke saluran hidungku. “Aaaah… aaaaaah…”, si Gondrong mengaduh setengah teriak keenakan. Air maninya terasa hangat dan gurih asin, berkali kali muncrat memenuhi mulutku. Tiap kali muncrat, si Gondrong menggenjot pantatnya bikin kontolnya masuk makin dalam di mulutku. Membuatku terpaksa menelan lendir kental yang hangat itu berkali-kali agar mulutku kosong dan bisa menampung aliran maninya yang tak kunjung habis. Setelah sekitar 10 kali semprotan, akhirnya perlahan genjotan pinggulnya berhenti. Nafasku dan nafasnya sama2 memburu. Kontolnya masih ada dalam mulutku, bengkak dan keras, berdenyut2. Terasa sisa lendir maninya meleleh di pinggir bibirku.
Dengan kasar dicabutnya batang kontolnya dari mulutku. Ploook… Mulutku terasa kosong, rahangku sakit, keringat mengucur. Sisa-sisa ludah dan air mani yang menetes di sudut bibir perlahan kuseka dengan lengan kemeja. Mulut dan kerongkonganku terasa anyir, rasa air mani. Sementara si Gondrong masih berdiri tegak mengangkangi aku, kontolnya berayun-ayun, tetap ngaceng walau sudah klimaks. Kasar ditariknya aku berdiri dan dituntun berjalan ke arah bedeng mandor. Aduuuuh, aku mau diapain lagi nih? Saat itu hari makin gelap, sepi dan nggak ada orang.
---[2]---
Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu menarik aku ke pelukannya. Diciumnya lagi aku, kali ini lebih pelan. Bibirku dilumat perlahan. Tangannya membelai rambutku, pipiku diusap perlahan oleh tangannya yang terasa kasar, karena kerja fisik. Tak mau kalah aku sibuk membelai rambutnya yang gondrong. Bibir saling melumat, lidahnya menyapu, ciumannya semakin hot. Ludahku yang masih berasa air maninya bercampur ludahnya. Pelan-pelan tangannya membuka kancing kemejaku. Tangannya yang kasar masuk ke balik baju meremas2 dadaku. Aku makin horny, ciuman kita makin bernafsu. Tak mau kalah, tanganku menjalar di perutnya, menjelajahi kotak2 otot perutnya, lalu bergeser ke semak bulu kontolnya yang hitam lebat. Aku kocok lagi kontolnya yang masih licin basah supaya makin bengkak dan keras. Kepala kontolnya kelihatan basah mengkilat dan terasa berdenyut kuat.
Nafas si Gondrong makin menderu, mendesah, ciumannnya makin bernafsu. Setelah bibirku habis dilumatnya, mulai lah lidahnya menjilat dan menggigit kupingku. Brewoknya yang belum dicukur terasa kasar menggerus pipi dan tengkuk.Kini giliran leher dan tengkukku yang menjadi sasarannya. Dicium, dijilat dan digigit, sementara tangannya makin kasar menggerayangi dadaku. Putingku ditarik dan dipelintir keras. Auuuw, aku menjerit tertahan. Mataku mendadak jadi kunang2 dan badanku lemas. Karena takut jatuh, tanganku menggelantung erat di lehernya, sementara jilatannya makin liar. Aku makin lemas dan tubuhku makin menggelosor mau jatuh. Dengan sigap dia merengkuh dan menerima tubuhku, diangkatnya lalu direbahkannya tubuhku di dipan.
Aku tergolek lemas di dipan, nafasku tak beraturan, mataku berbayang2. Tak terasa kemejaku dilucutinya, disusul celana jeansku. Kini aku tergolek hanya bercelana dalam putih. Kontolku ngaceng keras, celana dalamku udah nggak muat menampung panjangnya hingga kepala kontolku mengintip di elastik celana dalam. Si Gondrong tidur menindih tubuhku, bibirnya menjalar menciumi leher dan wajahku dengan nafsu, nafasnya panas mendengus, lidahnya menjlati setiap senti wajahku. Sementara kontolnya berdenyut keras, mengganjal keras di pahaku. Rambutnya yang gondrong terurai jatuh menutupi wajahku.
Hawa makin panas, keringat mulai menetes, badannya yang coklat makin mengkilat, membuat kulit kita makin lengket basah menyatu. Tak terasa celana dalamku pun sudah lepas. Aku kini terbaring telanjang bulat tak berdaya di bale-bale. Papan bale terasa kasar menggores kulit punggungku. Tiap senti tubuhku tak lepas dari ciumannya dan kadang kalau tak puas, digigitnya hingga meninggalkan bekas merah di kulit sekujur tubuhku. Ciuman dan lidahnya makin menjalar turun, ke leherku, ke bahuku, diciuminya setiap senti lipatan lenganku. Digigit. Dijilat. Aku menjerit dan mendesah, kesakitan karena perlakuannya, tapi sekaligus berasa nikmat, tak kuasa melawan birahi yang makin membara.
Si Gondrong lalu bangun dan bersimpuh di atas wajahku. Kontol raksasanya dijejalkan ke mulutku. Aku tak kuasa menolak dan pasrah menerima jejalan kontolnya di mulutku. Dia paksa menekan kontolnya keluar masuk mulutku, jauh ke dalam kerongkonganku, membuatku keselek hingga air liurku menetes dan membasahi pipiku. Ludahku makin melumas kontolnya yang kini makin bengkak basah mengkilat dan memperlancar keluar masuk kontolnya. Nafas si Gondrong makin memburu. Terasa air maninya sedikit2 mulai keluar, bercampur dengan ludahku. Kontolnya ngaceng makin keras, lebih gede dari yang tadi di luar. Aku sedot, hisap batang kontolnya sampai dia mendesah-desah keenakan. Dijambaknya rambutku, sambil menekan kepalaku agar menghisap kontolnya makin cepat. Dientotnya mulutku sekali lagi, keras digenjot pantatnya. Sluuurup…. sluuuruuup… pooookk… poookk…. poook…. Tanpa sadar dua tanganku mencengkeram pantat keras si Gondrong, bantu menekan agar genjotan pantatnya makin cepat. “Oooaaah… aaaah… ooohh…. aaah”, hanya itu erangan si Gondrong yang kudengar. Lendir mainya yang kental makin berasa di mulutku, tanda bentar lagi dia mencapai klimaks. Namun tepat sebelum klimaks, dicabutnya kontolnya dari mulutku. “Haaaah… haaaah… ntar dulu… ntar dulu… gua blom mau keluar sekarang…”, dengus si Gondrong.
Kini dia berlutut dekat dekat kakiku di ujung bale2. Dengan kasar diangkat dan ditariknya kakiku keatas dan ditumpangkan kedua pahaku pada pangkal pahanya sendiri. Sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar mempertontonkan lubang anusku yang perawan, persis seperti kuncup bunga bulat berwarna merah jambu. Kasar dirabanya lubang anusku dengan jari tengahnya, pluuk pluuk… ditepuknya hingga membuat lubang anusku berdenyut2 menguncup. Si Gondrong cuma menyeringai lebar. Cuuuih… tiba2 dia meludah di lubang anusku. Dengan jari tengahnya yang besar dan kasar diolesnya ludah itu secara merata. Tanpa aba-aba tiba-tiba jari tengahnya ditekan paksa masuk ke anusku. “Auuuuuuw…”, aku teriak, “Jangan, jangan…” Tiba-tiba aku tahu maksudnya. Aku bakal dientot. Membayangkan kontol raksasa si Gondrong masuk ke lubang anusku yang sempit perawan ini makin membuat aku bergidik ngeri. Tubuhku makin meronta2. “Jangan, jangan… tidak!” Melihat aku meronta, makin ditindihnya aku dengan tubuhnya yang besar, membuat kaki ku tertahan di dadanya, sekaligus membuat anusku makin terbuka untuk diraba jarinya.
Lalu jari tengahnya yang besar ditekan dengan kasar masuk ke lubang sempit anusku yang basah ludah. Setelah mentok masuk semua jarinya, ditariknya lagi keluar, trus ditekannya lagi. Aku mendelik tak bisa nafas. Sakit, perih karena jarinya yang besar merenggangkan lubang anusku secara paksa. Aku cuma bisa merintih, “Jangan… jangan…. sakit, sakit.” Tapi rintihanku nggak membuat si Gondrong berhenti. Makin lama gerakan jarinya makin lancar karena lubangku telah basah terlumas oleh ludah. Setelah melumas lubangku yang perawan, dia mulai mengarahkan kepala kontolnya, yang basah mengkilat karena ludah dan gede mirip jamur raksasa warna merah tua itu, ke lubang anusku. Dicobanya menekan paksa. “Tidak, tidak…. jangan, jangan…”, aku makin meronta-ronta kesakitan, hingga berakibat kontolnya meleset nggak bisa masuk.
“Sialan!” terdengar si Gondrong menggerutu. Nafasnya mendengus, birahinya tak bisa lagi dibendung. “Diem lu! Mau gue bikin enak malah gak mau…”. Setelah itu dia makin menekan tubuhnya menindih aku supaya tidak banyak meronta sambil berusaha menekan kontolnya masuk lubang anusku. Terasa desakan kepala kontolnya menekan lubang anusku. “Aduuuh aduhh…” Si Gondrong tak terpengaruh oleh rintihanku yang kesakitan. Perlahan terasa kepala jamur raksasa itu berusaha menerobos masuk, merobek lubang anusku yang masih perawan. Uuuuuugh… sambil menahan nafas, si Gondrong maksa makin menekan kontolnya, tapi tetap saja nggak bisa masuk karena kepala kontolnya kegedean sedangkan lubangnya sempit. “Sialan… masih perawan lu ya?… Sempit amat sih? Hmmm… musti gue ludahin yang banyak nih biar lancar”
Dicabutnya kontolnya dan dioles lagi dengan ludah yang lebih banyak, membuat batang kontolnya makin licin basah mengkilat. Sambil duduk setengah berlutut menindih tubuhku, mulut si Gondrong mulai menjalari tubuhku lagi, kepala kontolnya menekan lubang anusku. Ciuman dan jilatannya makin menjalar. Nafasnya mendengus terasa panas di kulitku. Perlahan tapi pasti mulutnya sampai di dadaku, lidahnya kini menyapu putingku, dihisap, dimainkan, diplintir-plintir dengan lidahnya. Aku terlena, merasa enak. Selagi aku keenakan, tiba-tiba dia menggigit putingku dengan keras, sambil menghentakkan pinggul, menekan pantatnya, agar kepala kontolnya menghujam masuk lubang anusku.... “Auuuw!”, aku menjerit keras kesakitan. Si Gondrong menekan lagi... akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang anusku membesar, otot anusku meregang dan mulai menerima kehadiran kepala kontol raksasanya. Aku menggigit bibir kesakitan, merintih-rintih minta ampun. Kontol si Gondrong menekan lagi dan sssrrrrtt.... crrrkkk.... akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang anusku. Hgggghhhhgghgh.... Si Gondrong agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Heekkgggghhhh... Si Gondrong menahan napas sambil memajukan pinggulnya dan pleeeg... otot gelang anusku langsung menjepit erat kepala kontolnya. Aku menjerit dan merintih kesakitan karena lubang anusku yang sempit perawan seakan dirobek paksa oleh kepala kontol raksasa miliknya.
Woooww... si Gondrong merasa nikmat yang luar biasa saat otot liang anusku menjepit kepala rudalnya. Dinding anusku terasa hangat dan licin karena ludah, namun cengkeraman otot anusku begitu kuat seakan-akan kepala kontolnya seperti diremas-remas saja. Si Gondrong melihat urat-urat batang kemaluannya makin menonjol keluar saking banyaknya darah yg mengalir ke situ... Dia kembali menekan.... hhhggh…. hhgggghhhh ....dan aku makin menjerit kesakitan. Namun si Gondrong tak peduli, mili demi mili batang kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang anusku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 3 centi seperti ada gelang otot kedua yang ketat menghalangi kepala kontol si Gondrong untuk terus masuk... Dia terus menekan dan tessss .... aku merasa seperti ada yg robek dan terasa perih banget, bersamaan dengan itu aku melengking keras sekali dan tak terasa air mataku mengalir karena kesakitan.... ”Aaaaaa… aauuuuuuuuuuwwwwwww ....huk..huk...huu....huu… Sakit…. Sakit…. Ampun, ampun…" Wah ada yang otot robek nih pikirku, sebentar lagi pasti keluar darah, namun si Gondrong tak begitu peduli karena dia terus menekan .... hgggghhhhgghgh .... batang kontolnya yang raksasa dengan ngotot terus maksa memasuki liang anus milikku yg luar biasa sempit itu. Si Gondrong merasa betapa ketatnya liang anus itu menjepit batang kontolnya yg sudah masuk sekitar 6 senti ... aagghhhh .. si Gondrong menahan rasa nikmat jepitan otot anusku. Dipegangnya pinggulku dan ditarik kearahnya .. srrrtt ...crrrrkrkttt .... batang rudal raksasanya masuk makin ke dalam.... ooouuuhhhh terasa oleh si Gondrong, nikmatnya setengah mati. Sementara itu tak terasa aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara si Gondrong sendiri malah merem melek keenakan.
Sebentar kemudian si Gondrong memegang pinggulku lebih erat lalu dia mengambil napas dan ancang-ancang… Merasa keenakan, si gondrong pengen buru2, kontol gue harus cepat dimasukin semuanya nih. Dan hhhhhhhgg…. hghghhgghghgggkkkk.... dia menghentak keras ke bawah.... sssrtt… ccrrrrrrrttttt... crrtt... dengan cepat batang kontolnya mendesak masuk liang anusku, “Wwaaahhhgggghhh....”, si Gondrong mengerang nikmat, hampir saja air maninya muncrat saking kuatnya gesekan dan jepitan otot anus milikku. “Oooouugghhgh....” dia mengatur napas agar air maninya nggak keburu muncrat.... Si Gondrong merasa tinggal sedikit, kira2 3 senti, yg belum masuk... dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan ..... cccrrrrrrttt ...sset.. Akhirnya kontol raksasanya sepanjang 20 senti secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di dalam liang anusku. "Oooooooooooo…… oooggggghhhh… hhhhhhhhhhhhh ...........", si Gondrong berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat otot anusku yg luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil sambil memandang si Gondrong yang merem melek keenakan. Bibirku bergetar menahan sakit. Wajah si Gondrong yg jantan menatap gemes kepadaku. Rambut gondrong dan tubuhnya basah kuyup karena keringat, menetes ke dada dan wajahku lewat ujung rambutnya yang menjuntai. "Gilaaaaa, sempit banget lubang lu. Enak banget, gilaaaa.... lebih enak dari memek", bisiknya lirih sambil menyeringai nakal.
Si Gondrong lalu merebahkan badannya yang basah kuyup keringat di atas tubuhku yg telanjang, sambil memelukku penuh nafsu, dadanya kembali menekan dadaku. Nikmat. Tubuh kami telah menyatu, dalam suatu persetubuhan indah. Kurasakan otot anusku menjepit dan meremas kuat batang rudal si Gondrong yg sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan. Dengan perlahan, diusapnya mesra wajahku yg masih menahan sakit menerima tusukan alat vitalnya. Aku hanya bisa menggigit bibir kesakitan. Si Gondrong mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun.... Batang kontolnya mulai menggesek liang anusku dengan kasar... ssrrrtt... srrttt.... pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan batang kontolnya yang ngaceng. Aku memeluk punggungnya dengan kuat. Ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras, kukuku tak terasa menembus kulitnya. Tapi si Gondrong tak peduli, dia sedang asyik menyetubuhi dan menikmati tubuhku.
Yang terasa oleh si Gondrong, batang kontolnya seakan dibetot dan disedot oleh liang anusku yg benar2 super sempit itu. Aku hanya bisa merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali malah aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Si Gondrong hanya merasakan betapa liang anusku yg hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat batang kontolnya, seakan mengenyot nikmat, ketika ditarik keluar terasa pantatku seolah mencengkeram kuat alat vitalnya, sehingga ketika dia memaksa untuk keluar daging anusku terasa ikut keluar.... Aggggggghhhh .... nikmatnya luar biasa sekali, si Gondrong sampai mendesis panjang saking nikmatnya. Si Gondrong mengira tak lebih dari 2 centi saja batang kontolnya yang bisa bergerak keluar masuk menggesek liang anusku... itupun susahnya setengah mati, walaupun sangat nikmat. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggang si gondrong. "Aaawwww ..... aduuuuh mass .... sakit masss... aduuuuhhh..... ngilu mas..... iiihh...", aku berteriak kesakitan. Si Gondrong cuek saja melihat aku, abis enaak sih. "Maaf sayang.... gue mainnya kasar yaah... gue nggak tahan lagi nih ....aahhhhgghghhh ... ...", bisiknya sambil menahan rasa nikmat pada alat vitalnya.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kontol si Gondrong mengocok anusku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,......” Pelukan kedua tangan si Gondrong semakin erat ke tubuhku. Semakin lama gerakan kontol si Gondrong semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam liang anusku menggeliat-geliat dan berputar-putar. Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Si Gondrong kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur seakan sedang push-up dan ouwwww........ Si Gondrong semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kontolnya, di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng liar ke sana ke mari keenakan, sampai akhirnya si Gondrong merasa air maninya sudah mendesak ingin muncrat keluar.... Si Gondrong mengerang-ngerang dan teriakkannya sesekali terdengar lepas tak ditahannya... Digenjotnya terus anusku, dipacunya gerakan pinggulnya dan lagi-lagi dia mempererat dan mengencangkan pelukannnya sambil merintih, “Ohhh… aahhh… uuuh… enaaaak… teruusss… teruuuuss… sayang…… auuw…. enaaaak…. teruuuus….”, diraihnya wajahku.dan dilumatnya mulutku. Eehmm…. ehmm…. suara yang keluar dari mulut si Gondrong saat menciumku setiap kali dihentakkan kontolnya keras-keras ke anusku. Sesaat kemudian tubuhnya mengejang dan kepalanya bergoyang-goyang kekiri dan ke ke kanan, sambil mulutnya mengerang keras. Pinggulnya menghentak-hentak dengan keras diimbangi gerakan pinggulku. Keringat bercucuran membasahi tubuh, membuat lengket tubuh kami jadi satu.
Si Gondrong mempercepat gerakan pantatnya dan terasa desakan dan denyutan di kontolnya semakin menjadi saat ujung kontolnya menggesek dinding dalam liang anusku. Dan pada suatu hentakan yang keras si Gondrong mendekap kepalaku keras-keras dan melolong histeris, "Ooouuuuhhhggh…” Si Gondrong merintih keenakan, dan akhirnya dia tak dapat menahan lagi desakan air maninya, disemprotnya air maninya di dalam liang anusku, "Uuuuuuuuuh.......uuuuuhhh......uuuuuhhhh", sambil menekan kuat2 kontolnya yang terbenam itu ke liang anusku. "Huuuuh" desis si Gondrong dan crooottt maninya muncrat, "Huuuh" desis si Gondrong lagi dan crooottt maninya muncrat lagi dan tiap kali maninya muncrat aku ikut mengerang, terasa semprotan cairan hangat di dalam lubangku. Saking enaknya, pada saat bersamaan, di ujung kontolku terasa ada yang berdenyut dan sepertinya mau kencing. "Aaach...ssreeett!". Aneh, rasanya nikmat sekali tidak seperti bila aku kencing biasa di kamar mandi... “Ooh.. aah… aduh…. aduuhh…” Dan ….. crot, cott, crotttt, crotttt, crooootttt, tanpa sekalipun disentuh kontolku muncrat air maninya. Muncratan pertama mendarat di rambut si Gondrong yang terurai, sekali menghantam daguku dan terakhir beberapa kali mendarat di dadaku, bercampur lengket dengan keringat tubuh kami. Sesaat kemudian gerakan dan hentakan tubuh si Gondrong juga berhenti dan akhirnya kedua kakinya terkulai lemas telungkup di atas tubuhku. Setelah itu aku merasa lega dan nikmat..., badanku terasa ringan dan lemas di sekujur tubuh.
Kupandang wajahnya dan kami saling menatap. Si Gondrong tersenyum, nafasnya masih ngos2an, tangannya mengusap wajahku dan meyibak poni rambutku yang basah tergerai. Dia mencium mulutku dan mengusap rambutku sambil berbisik, “Gimana rasanya? Enak apa nggak?” Aku tak menjawab namun tersenyum saja, dan langsung kupeluk dia dan kucium mulutnya. Baru sekarang terasa kalo lubang anusku sakit dan perihnya bukan main. Setelah beberapa menit, si Gondrong pelan2 mencabut kontolnya yang udah lemas dan “pluk” suaranya seperti botol sampanye dibuka. Tiba tiba aku merasa ada cairan hangat meleleh di pahaku, dan “pluk” jatuh ke bale. Rupanya air maniku dan air kenikmatannya bercampur jadi satu dan jatuh. Perlahan si Gondrong beranjak dari bale, pas menarik kontolnya, dia melihat kontolnya basah oleh lendir kental putih kemerahan, air mani campur darah. Si Gondrong memandangku yang masih tergolek mengangkang di bale2, seluruh selangkangku tampak basah dan dari celah lubang anusku yang kini tampak lebar memerah, meleleh lendir mani kental putih kemerahan yang cukup banyak sampai menetes di bale2. Perlahan dibimbing nya aku berdiri, nggak lama dari lubang pantatku jatuh lagi campuran lendir kental mani campur darah dilantai dan kali ini lebih banyak. Ada juga yang meleleh di pahaku yang mulus. Pantatku sakit dan perih sekali, lubangnya terasa ngilu dan pegel. Kakiku lemas banget sampai nggak kuat berdiri. Melihat aku nggak mampu berdiri, apalagi jalan, si Gondrong mengangkat tubuhku dan digendongnya aku di depan. Aku hanya bisa memeluk erat lehernya, mengelayut lemas dan merebahkan kepalaku di pundaknya. Wajahku terbenam di rambut gondongnya yang basah oleh keringat. Rambutnya wangi, segar bau shampoo.
---[3]---
Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami – keringat, ludah dan lendir mani. Perlahan digosoknya daerah selangkangan, di kontolnya terlihat ada sisa lendir peju kental putih kemerahan campur darah. Dia lalu memandang ke arahku dan tersenyum.
Diulurkannya tangannya ke arahku. Kusambut tangannya dan perlahan dengan tertatih2 aku berjalan ke arahnya. Lubang anusku terasa bengkak, longgar dan perih, sisa lendir mani meleleh turun hingga ke paha dalamku. Disambutnya aku dalam pelukannya. Kudekatkan mukaku ke wajahnya yang amat jantan itu. Secepat kilat bibir mungilku yang hangat merekah kembali dikecup dan dikulum nikmat. Kuhayati dan kurasakan sepenuh perasaan kehangatan dan kelembutan bibirnya itu, kugigit lembut, kusedot mesra ... mmmm nikmat. Hidung kami bersentuhan lembut dan mesra. Dengus nafasnya terdengar memburu saat kukecup dan kukulum bibirnya cukup lama, bau harum nafasnya begitu sejuk di pipiku.
Perlahan direngkuhnya aku ke bawah siraman air shower. Dingin… membuatku merinding. Segera disiramnya tubuhku dengan air dari shower, membantu menggosok dan membilas tubuhku. Sentuhan tangan kasarnya di sekujur tubuhku membuatku jadi bergairah lagi, berakibat kontolku kembali ngaceng. Sepertinya dia tahu, hingga saat membilas paha dalamku dari sisa lendir, tangannya yang kasar berbulu menggesek batang kontolku hingga aku ngaceng makin keras. Saat ia membilas pantatku, tangannya meraba belahan pantatku dan menggesekkan jarinya ke dalam lubang anusku. Aku mendesis kesakitan, secara naluri aku segera berontak. Didekapnya aku erat2 sambil berkata “Sssst… sssttt…’, katanya menenangkan.
Digosoknya belahan pantatku, dan perlahan jari tengahnya kembali mencoba dimasukkan ke dalam lubang anusku yang bengkak dan sudah longgar. Aku meringis, tapi membiarkan tangannya. Sekali, dua kali, lama2 jarinya makin lancar keluar masuk menyodok anusku yang masih licin karena sisa lendir sperma. Rasa sakitku lama2 berubah menjadi nikmat dan sampai terdengar erangan dan rintihan yang ternyata keluar dari mulutku sendiri. Si Gondrong lama2 birahinya naik juga, terbukti kontol gedenya yang berurat itu kini keras mengganjal pinggulku. Nafasnya mendesah2 panas di tengkukku.
Sampai kemudian dicabutnya jarinya dari anusku. Diangkatnya kedua kakiku pada belakang lutut dengan kedua tangan, Dalam posisi begitu, aku diangkatnya dan seluruh berat badanku bertumpang di pantatku yang dipegangnya, sehingga seperti digendong dan membuat lubang anusku jadi terbuka lebar. Aku menaruh kedua tangan di belakang kepalanya. Kakiku memeluk perut si Gondrong. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu gerakan kami dan kontol si Gondrong akan masuk semakin dalam. Aku bergantung pada lehernya sementara ia mengarahkan moncong meriamnya ke ujung gua milikku.
Pelahan tapi pasti si Gondrong menurunkan pantatnya, sambil memperingatkan, “Tahan sakitnya ya...”, Aku tak menjawab karena menahan nafas dan blesssssssssss………… Matanya terbelalak merasakan batangnya nyusup dengan hangat ke lubangku. Rupanya basahnya sudah sempurna hingga tanpa kesulitan sudah ¾ batangnya masuk ke tubuhku. Akhhhh.......... bukan main perihnya ketika batang kontol si Gondrong yang besar sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi ia tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kontolnya sampai masuk semua. Bblleeeeeeeessssssshhhhhhh… semuanya sisa meriam si Gondrong benamkan pada tusukan kedua... pelan sambil memelukku... dia goyang pelan sekali.... tenang.... terus sampai lama sekali.... aku merasakan kemesraan yang dalam..... hangat.... dadanya... Lalu dia mulai kerja menggoyang pinggang maju mundur… goyang kiri…. goyang kanan. Matanya sebentar-sebentar terpejam, sebentar-sebentar terbuka lebar. Sisa lendir air mani yang masih tinggal di dalam anusku menimbulkan irama yang teratur….. cik… cik…. cik….. seirama dengan goyangan pantatku. Naik turun …. Digoyang kekiri dan kekanan……. diputar. Entah diapain lagi. Eh… nggak lama badannya terasa bergetar lalu melenguh kaya sapi .. uhhhh …. yang lebih keras dari sebelumnya dan tiba2 memeluk aku erat dan jarinya meremas pantatku. Wah si Gondrong klimaks nih, pikirku. Tapi ternyata tebakanku salah, dia tetap terus beraksi.
Lalu si Gondrong jalan dan pepetin aku ke tembok dengan tetap dia gendong, sambil batangnya masih nacep di lubang anusku. Buat dia tidak ada masalah ngangkat aku. Nggak percuma dia biasa kerja berat. Si Gondrong dorong badanku ke dinding dan ngentotin aku sambil berdiri. Punggungku sakit tergores dinding yang kasar, tapi aku nggak perduli. Permainan si Gondrong yang kedua ini lebih bisa kunikmati dibanding pertama. Semua perih dan sakit hilang, yang ada hanya rasa nikmat dan sepertinya si Gondrong juga merasakan hal yang sama. Aku mengerang, merintih dan menggerak-gerakkan pantatku naik turun seirama dengan gerakan pinggulnya.
Aku benar-benar kelojotan ketika kemaluannya mulai merojok-rojok liang anusku dengan hebat. Aku berusaha mengimbangi dengan goyangan yang menurutnya luar biasa sekali, sehingga dia merasa seakan-akan kontolnya diplintir-plintir. "........ah .....ah.... .ah......" Suara erangannya lebih seru dari yang pertama. Lehernya kupeluk kencang didekap ke dadaku. Aku tahu ia hampir orgasme. Tapi dia nggak perduli. Bahkan dia memperhebat genjotannya. Ia terus mengerang-ngerang ketika genjotan kontolnya semakin diperhebat, hingga tiba-tiba ia menggerang dengan kerasnya, dan kemudian lemas, dan tampak kelelahan. Nggak lama dia keluarkan lagi lendir mani ke dalam anusku, membuat liangnya semakin basah dan licin. Wah bener2 si Gondrong sudah klimaks nih, pikirku. Tapi dugaanku ternyata salah lagi. Dia belum orgasme. Jagoanku ini tangguh sekali rupanya, masih liar menyodok2 persis banteng ngamuk.
Aku diturukan dari gendongannya, lalu dia minta aku menunduk dengan kaki mengangkang, tanganku bertumpu di tembok, hingga posisi pantatku nungging mempesona... pantatku yang putih kemerahan dan lubang anusku yang kini kelihatan longgar dan bengkak kemerahan dengan bulu yang tipis tampak menantang untuk dijamah. Dari belakang si Gondrong peluk aku dan mulai lagi mengarahkan meriamnya pada sasaran.... Pelan-pelan dia masukin kontolnya ke lubangku dengan posisi doggy style, bleeeeeshhh.... mulai masuk dan beberapa goyang maju mundur standard mengawali permainan... "Hhhhhhhhgg....... " helaan nafas si Gondrong terdengar... Dia mulai tekan lagi, kali ini langsung diteruskan dengan manuver berputar saat mentok... berasa sekali di ujung goaku.... grek... kena nih.... pikirku.... "Eeemmmmmhhhhhhhhhh.... hhhhhhehhhhh...." erang si Gondrong saat kayuhan mentok tersebut... tangannya langsung merangkulku erat...
Setelah kontol si Gondrong masuk semua, dia mulai ngentotin aku pelan-pelan. Dia bungkukkan badan untuk meraih dadaku... dapet... dan mulai diremas lembut sambil terus menggoyang maju mundur dan sesekali dia sendok, sodok ke atas, untuk memberi shock terapi.... "Hhhgg... " itu saja yang sempat keluar dari mulutku di sela erangan-erangannya... ditengah entotannya ke pantatku… yang terus meluncur... tanpa henti... dia pun masih terus menusuk-nusuk aku sambil manuver... makin lama makin bertenaga dan makin kencang, erangan dan rintihan kesakitanku makin membuat si Gondrong bernafsu untuk merojok liangku lebih dalam lagi, tanpa belas kasihan, entah beberapa puluh sodokan dia ayunkan pada posisi itu. Aku benar2 nggak kuat. Nikmat banget sodokan kontol gede si Gondrong ini. Baru kini kurasakan nikmatnya dientot kontol laki2 yang gede dan berurat.
Dengan irama yang pasti, buah dadaku yang lunak itu diremas dengan gemas. Dua tangan si Gondrong akhirnya sibuk meremas dadaku, diplintir2 puting susuku olehnya dan dia mainin. Aku cuman bisa mengerang keras, "Ooh… ooh… maaaas… lagiiii… yes… yang keraaaas… oh yes… plintiiiir yang keraaaaas" Setiap kali puting susuku diplintir dengan keras, otot-otot lubang anusku semakin kencang menjepit batang kontolnya. Dia plintir putingku terus untuk lima menit. Lalu tangan kanannya mulai main ngocok kontolku sementara tangan kirinya memainkan pentil dan payudaraku, sementara dia makin fuck aku di pantat dengan lebih cepat.
Sssssssshhh..... sssshhhhh..... "Ooohhh.... ssshhhh... lagiiii.. terusss sayang.... yaaaahhh.... ohhhh.... ssssshhhhh.....", lenguhnya nikmat. Dengan bersemangat aku kini makin goyang pinggulku maju mundur berpacu dengan sodokannya, menambah nikmat... Si Gondrong makin gemas, kontolku digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian ia mulai memompa dan mengocok batang penis kesayanganku itu maju mundur..... srrrtt..... srrtt.... "Aakkkkhhhhh ....sssssshhhhhh ....... sssshhhh .....". Aku menggelinjang menahan nikmat, seakan terbang ke awang2.... ssssshhhh..... aaaggggghhhh ...
Keringat mengucur deras, tubuh kami basah kuyup seperti mandi. Si Gondrong mengerang2 keras, matanya terpejam2, rambut gondrongnya yang kini basah berkibar seirama enjotan pinggulnya ke pantatku. Kulit pantatku yang putih jadi memerah karena terus gampar oleh selangkangnya. Plok, plok, plok, plok, plok… suaranya keras terdengar. Aku menjerit, tubuhku menggelinjang, makin keras, makin keras lagi. Kepalaku berputar liar ke kiri kanan, rambut ku yang agak gondrong liar menjurai2 kesana kemari, persis orang yang tripping. Tapi sungguh, ini lebih nikmat dari tripping.
Nggak lama dia peluk pinggang aku kuat-kuat dari belakang sambil ngerintih huhhghgggggg .. huhgggg "Oh yes....fuck me .....fuuuccccckk mmeeeeee...." rintihku tak karuan membuat si Gondrong semakin mempercepat gerakan indahnya. "Ouggghhhhhh.... massss... enak sekaliiii....... akuuuu nggggaaak kuuuuuaaaatttt...... ooohhhhhhhh.... enaaaak bangeeeeet....... udah mau keluar nihhhh" rintihku. "Akuuuu jugaaaa, keluariiinn... ayoooohhhhh.. keluariiiin sama-sama yaaaaah...." ajak si Gondrong. Dia makin merojok aku dengan goyangannya yang makin liar...... Aku pun juga mulai merasakan maniku mulai merambah naik ke batang kontolku... "Aakuuuuu mau keluarrrrrr....cepetan keluarin punyamu.........." rintih si Gondrong. "Massssssss..... sammaaaaaaa...... Aku keluar juga hhhssssssssss.... yyeesssss..... " jeritku. Pada saat bersamaan aku menyemprotkan mani banyak sekali, muncrat ke dada dan tembok di depanku......... begitu pula si Gondrong, dengan hentakan terakhir yang lebih keras dan lebih dalam ke liangku, dia melenguh keras sekali, ”Uuuuuuugh… uuuugggghh…. uuuughhh…” ccrooorttttt...... ccccrroottttttttt.... crrrroooooootttttt…. Si Gondrong menembakkan lendir kenikmatan banyak sekali di dalam anusku sampai dinding anusku terasa hangat disemprot air peju-nya. Nggak ketulungan enaknya.
Setelah semua keluar, si Gondrong memeluk tubuhku erat, lemas. Hidungnya menempel di tengkukku, menciumi rambutku yang basah, nafasnya panas liar merayapi kulitku.Walaupun dengan napas yang masih memburu tanganya tetap masih meremas buah dadaku. Kemudian tubuhnya memelukku lebih erat lagi. Kira2 sampai 5 menit kami berdua terdiam tanpa kata2 hanya dengan napas ter-sengal2. Perlahan dia mencabut kontolnya dari pantatku sampai menimbulkan bunyi seperti membuka botol..... pplllppppp..... Badanku diputarnya dan kembali si Gondrong merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dikecup dan dicumbunya bibirku dengan bernafsu. Tangan kirinya meraih pinggangku. Kupermainkan lidahku di dalam mulutnya, dan dengan mesra dia membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya. Aaah... terasa nikmat dan manis… saat kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukecup dan kukulum bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling beradu mengecup mesra.
Setelah itu kami kembali berbilas di bawah deras aliran air shower, saling membantu membersihkan diri. Kemudian seperti anak kecil tanpa rasa bersalah, kami berlari kecil kembali ke bedeng. Bau sex mangambang di ruangan bedeng, sisa2 lendir mani berceceran di atas bale2, yang dengan sigap dibersihkan oleh si Gondrong. Suasana bedeng tampak berbeda bagiku, terutama bale2 kayu itu, tempat aku kehilangan perawanku. Si Gondrong memandang ke arah yang sama, kemudian mata kami bertemu. Seperti bisa membaca pikiranku, si Gondrong lantas tersenyum nakal. Teringat pertempuran panas yang tadi kami lakukan di situ.
Setelah berpakaian, baru terasa perutku yang lapar. Aku melihat jam dan ya Tuhan… hampir jam setengah sepuluh malam. Artinya, hampir empat jam si Gondrong mengentotku malam ini. Aku lantas menawarinya makan bareng yang dijawab dengan anggukan. Kami makan di warung seberang proyek sambil ngobrol2 mengenal lebih jauh. Ternyata si Gondrong bernama Nugi, kependekan dari Nugroho, umur 28 tahun dan dari Surabaya. Dia tinggal di rumah kontrakan di kampung belakang proyek, bareng beberapa temannya dari Surabaya. Dia lantas menawari aku main ke rumah, yang kutolak karena sudah terlalu malam. Lain kali pasti aku mau. Siapa tahu teman2nya cakep2 seperti dia, jantan, masih single dan pasti pada horny. Kebayang kan apa yang bisa terjadi. Sampai rumah, badanku terasa hancur, capek banget. Kuhitung si Gondrong ejakluasi 3 kali dan aku dua kali. Pantas aja terasa capek banget. Pantatku masih terasa longgar dan bengkak sehabis dientot kontol berurat segede botol soft drink. Terasa sakit2 perih tapi enak, bikin aku pengen dientot lagi. Aku puaaaaas dan nikmaaaat banget. Dengan pikiran itu aku tertidur sambil tersenyum.
---[4]---
Esoknya aku masuk kerja praktek seperti biasa. Pantatku masih terasa longgar dan bengkak, hingga jalanku agak aneh. Teman2 kuliah yang sama2 kerja praktek di situ pada ngeledek, aku kayak pengantin baru yang habis ngentot aja, kata mereka. Aku cuma senyum aja, yang bener sih, aku baru habis dientot. Hari ini dan beberapa hari kemudian kerjaan di proyek banyak banget, sibuk sekali, sampe aku nggak sempet ketemu si Gondrong. Tiap sore aja aku langsung pulang karena capek banget, nggak sempet nongkrong lagi lihat para pekerja mandi.
Pas Sabtu siang, aku ditegor seseorang, “Heiii…” Aku menoleh, eh ternyata si Gondrong. Seperti biasa, dia telanjang dada, kelihatan perutnya yang kotak2, rambut gondrongnya diikat ekor kuda, tersenyum padaku. Duh, kenapa sih kuli bangunan aja bisa segini gantengnya? Dia tanya gimana kabarku, baik jawabku. “Lubangnya masih sakit nggak bekas kemaren dulu?,” dia nanya lagi sambil tersenyum nakal penuh arti. “Wah, udah enggak tuh. Malah nggak sabar ditembak lagi. Udah siap sedia, jadi ketagihan nih…” jawabku asal. Dia ketawa nakal, trus nawarin kalau2 ntar malem aku mau main ke rumahnya, kebeneran kan besok hari Minggu jadi proyek libur. Dengan senang hati sahutku. Kita trus janjian ketemu di warung seberang proyek kelar jam kerja.
Pas teng setengah enam, aku udah siap di warung seberang proyek, nggak sabar nunggu. Tapi tunggu punya tunggu, sampe hampir jam enam dan udah mulai sepi karena orang2 pada pulang, dia belum nongol juga. Ga lama kemudian, dari jauh kelihatan sosoknya bergegas menuju warung. Dia udah mandi, ganti baju dan rambut gondrongnya berkibar kena angin, segar wangi shampoo. “Sorry… udah lama ya”, dia bilang dia sengaja biar orang2 udah pulang dan sepi, jadi nggak ada yang lihat kencan kita. Dia nawarin buat makan malem aja dulu. Ya udah, karena emang udah laper, kita akhirnya makan. Kelar makan kita jalan kaki ke rumah kontrakannya. Sekitar 10 menit kemudian, lewat gang kampung yang berbelok2, sampai lah kita di rumah kontrakannya.
Sambil mempersilahkan masuk, aku mengamati rumahnya. Rumahnya tingkat, kecil nggak gitu gede, dibawah ada 2 kamar tidur, ruang duduk plus ruang makan, trus ada dapur kecil dan kamar mandi di belakang. Kamarnya si Gondrong ada di atas. Kamar yang paling gede katanya. Sambil naik tangga trus buka pintu kamar, dia minta maaf karena kamarnya berantakan, maklum bujangan. Kamarnya cukupan gede, nggak ada tempat tidur, cuma 2 kasur beralaskan karpet, lemari kayu di sudut, sudut lain ada teve dan compo. Kok ada dua kasur? Oh, itu punya si Hendi teman sekamar gue, tapi jangan takut, dia kerja malem jadi security di disko, jadi pulangnya pagi. “Kita bebas kok malem ini,” katanya nakal sambil ngedipin mata.
“Silahkan duduk di mana aja,” katanya sambil nawarin rokok yang aku tolak karena emang nggak ngerokok. Trus dia nyalain teve, “Eh… kita nonton vcd aja mau ga… film bokep, tapi cowok ama cewek…” dia nawarin lagi. Ya boleh lah kataku. Sambil ngerokok dan nonton vcd bokep, dia cerita. Katanya dia pertama kali ngentotin cewek umur 18 tahun, temen SMA dia, eh ternyata dia lulusan SMA loh. Sejak tahu nikmatnya ngentot, dia terus ketagihan. Udah banyak cewek yang diembat, apalagi dia cukup ganteng, cewek2 yang banyak ngejar dia. Perek2 malahan sering ngasih dia ngentot gratis karena kontolnya yang gede itu bikin mereka puas. Tapi kalo ama cowok sih, baru aku yang pertama. Sama dong sahutku. Enakan mana ngentotin cewek atau cowok. Sama aja, tapi kayaknya enakan cowok deh karena lubangnya lebih sempit katanya sambil menyeringai nakal. Aku tersenyum malu… tapi pengen.
Karena terus2an ngomong soal ngentot, kita berdua jadi horny, kebawa suasana. Dia mulai gelisah duduknya, bentar2 ganti posisi. Aku perhatiin tonjolan selangkangan di balik celana jeansnya mulai membesar. Apalagi pas saat itu di teve lagi adegan satu cewek bule dientot bareng dua cowok negro yang kontolnya super XL. Satu negro ngentot memeknya, yang satu lagi fuck pantatnya. “Hhhhhmmmmffff…. Enak banget kali yah…,” terdengar si Gondrong menghela nafas panjang, dan ngomong dengan suara bergetar. “Sini dong duduknya deket gue, kok jauh2 banget,” kata si Gondrong lagi. Dengan pelan aku beringsut mendekat. Begitu dekat, tanpa bertanya lagi langsung aku diterkamnya, si Gondrong mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kontolnya yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah ngaceng habis.
Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut si Gondrong yang kian binal melumat-lumat mulutku, lidahnya mendesak-desak ke dalam dengan buas. Dia memelukku dan tangannya meremas-remas dadaku dari luar, lidahnya bermain dengan liar di dalam mulutku. Perasaan geli dan nikmat bercampur menjadi satu bersamaan dengan gejolak birahiku yang mulai naik. Tangannya kini makin berani menyusup ke bawah kaos ketat lengan panjang yang kupakai, terus bergerak menyusup ke balik celanaku. Degub jantungku bertambah kencang dan napasku makin memburu ketika aku merasa tangan kasarnya mulai menggerayangi dadaku, apalagi jari-jarinya turut mempermainkan putingku. Tanpa terasa pula lidahku mulai aktif membalas permainan lidahnya, liur kami menetes-netes di pinggir mulut.
Diangkatnya tubuhku dan ia rebahkan di atas kasur yang empuk. Si Gondrong dengan cepat melucuti kaosku, setelah itu ia pun melepas kaos yang dipakainya. Perlahan-lahan dia pun melepas kancing celanaku dan akhirnya aku hanya mengenakan celana dalam saja. Aku ditindih tubuhnya dan dia mulai menyusuri setiap titik tubuhku dengan bibir dan lidahnya. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas si Gondrong. Nampaknya si Gondrong tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi.
Kini mulut si Gondrong merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku. Si Gondrong semakin menggila, tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati dadaku secara bergantian. Lidahnya dijulur-julurkan menjilati seluruh permukaan dadaku itu sampai basah, mulai dari yang kiri lalu berpindah ke dadaku yang kanan, digigitnya pentil susuku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan. “Maasss ..... sssshhh .....shhhh ......oohhh .....oouwww ... masssss,” erangku. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi leher dan dadaku. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati tapi kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua puting susuku sekuat-kuatnya.
Si Gondrong tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan mengerumasi rambut kepalanya yang bergerak liar. Sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua pentil dadaku bergantian sambil dihisap-hisap dengan penuh rasa nikmat. Bibir dan lidah si Gondrong dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua buah dadaku yg kenyal dan padat. Di dalam mulut, puting susuku dipilin-pilin dengan lidahnya sambil terus menghisap sampai pipinya terlihat kempot, mungkin dia menghayal meminum air susuku. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigi si Gondrong menggigiti pentilku dengan gemas. Kedua belah dadaku basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitan dan juga cupangan berwarna merah bekas hisapan, sangat kontras sekali dengan warna kulitku yg putih.
Kudengar dia mengerang, sepertinya dia sudah tidak tahan lagi. Dia kemudian menghentikan permainan dan merebahkan tubuhnya di sisiku. Aku pun tanggap dengan apa yang dia inginkan. Kubalik posisi tubuhku hingga aku berada di atasnya. Kuangkat kedua tangannya dan kepalaku menyusup masuk ke ketiaknya. Kujilati daerah di ketiaknya dan tercium olehku bau keringat khas laki-laki yang maskulin dan sexy. Aku terus menjilatinya. Dia hanya menggelinjang dan mengerang lirih. Sasaranku berikutnya adalah bagian perutnya yang berotot dengan bulu-bulu halus menghiasi pusarnya. Kujilati pusarnya, sementara tangan kananku mulai sibuk mengelus dan meremas buah dadanya yang gempal. Akhir nya aku berusaha untuk melepas celana panjangnya hingga dia hanya bercelana dalam saja.
Sasaran kupindahkan ke daerah pahanya yang gempal dan berbulu halus. Kucium… kujilat… dan kadang-kadang kugigit bulu-bulunya. Kujilati pahanya sementara tanganku mengelus-elus paha lainnya dengan mesra dan membentuk gerakan yang ritmis. Kurasakan otot pahanya mengejang. Ia menggelinjang sambil mendesah. Dengan nafsu yang berkobar-kobar aku jilati celana dalamnya.
Dengan serta merta ia sibuk melepas celana dalamku, sementara aku sibuk melepas celana dalamnya. Dengan liar aku menarik cawatnya ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkangannya yang sedikit terbuka itu. Tentu saja, batang kemaluannya yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung memukul wajahku. Akhirnya aku dan si Gondrong sama2 telanjang bulat. “Ouh, gila benar. Titit mas gede banget dan kekar. Ouh... hmmm..!” seruku bergairah.
Mula-mula kuciumi bagian buah zakarnya, kemudian naik ke bagian batang kontolnya. Kucium dan kujilati rambut-rambut lebat yang tumbuh di atas kontolnya, kemudian berpindah ke buah zakarnya yang berbulu sambil kukocok batang kontolnya perlahan-lahan. Kujilat dan kukulum buah zakarnya sementara si Gondrong sibuk mengacak2 rambutku menahan nafsu. Demi melihat kontol si Gondrong yang kian membesar dan berurat itu, aku pun segera melahapnya.
Mula-mula kujilati setiap titik batang penisnya dan kepala penisnya yang besar merah. Kucium baunya yang sangat khas, sehingga membuat nafsuku makin menggelegak. Aku mulai menjilati kepala penisnya yang mengkilat dan kemudian kumasukkan batang kontolnya ke dalam mulutku, dan mulailah aku mengulum-ngulum, yang seringkali dibarengi dengan menyedot kuat dan ganas. Kukulum dan kusedot penisnya sambil terus mengocoknya perlahan-lahan. Aku terus mengenyot dan menyedot dengan kuat. Tangan kananku mengocok-ngocok batang kejantanannya, sementara tangan kiriku sibuk mengelus-elus dan meremas-remas buah zakarnya yang berbulu. Si Gondrong hanya mengerang-ngerang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.
Aku terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluannya. Remasan pada biji kemaluannya membuat si Gondrong merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya aku kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluannya ke seluruh permukaan wajahku. Aku sendiri sangat terangsang dan nyaris tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan memegangi kepalaku, si Gondrong menikam-nikamkan batang kontolnya ke dalam mulutku. Tidak karuan lagi, aku jadi tersendak-sendak ingin muntah atau batuk. Air mataku malah telah menetes, karena batang kontolnya mampu mengocok sampai ke tenggorokanku. Bagaimana tidak, batang kejantanannya ini kira2 memiliki panjang 20 sentimeter dengan garis lingkarnya yang hampir sebesar botol soft drink. Rambut kemaluannya sengaja sudah dicukur dan dirapikan, beda dengan waktu persetubuhan pertama.
Keringat bercucuran membasahi tubuh kami sehingga kelihatan mengkilat. Erangan panjang keluar dari mulut si Gondrong. Tampaknya dia hampir mancapai klimaks, namun aku yakin dia tak akan berhenti sampai sini. Dihentikannya permainannya, si Gondrong mulai mengubah psosisi tubuhnya telentang, setengah duduk setengah berbaring. Punggungnya diganjalnya dengan bantal. Kulihat batang kontolnya yang tegak sampai melebihi pusarnya dan tanpa memberiku kesempatan beristirahat dia menaikkan tubuhku ke pangkuannya. Membuatku mengambil posisi berjongkok di atas tubuh si Gondrong yang telentang. Aku sedikit ngeri dan agak takut membayangkan batang kontol si Gondrong yang besar dan berurat masuk lubang pantatku, walaupun anusku sudah pernah dimasuki kontolnya kemarin. Apalagi dengan pentolannya yang berukuran sangat besar. Akhirnya aku pasrah saja.
Dilumuri lubang pantatku dan penisnya dengan ludah lebih banyak, kemudian dipegangnya pangkal kontolnya, diusap-usapkan kepala kontolnya ke lubang anusku. Perlahan-lahan kucoba masukkan kontol si Gondrong ke dalam lubang pantatku. Mula-mula kepala penisnya susah sekali masuk, tetapi sedikit demi sedikit akhirnya pentolannya berhasil memasuki lubang pantatku. Aku pun meringis menahan rasa sakit. Kurasakan penis si Gondrong menusuk-nusuk dan kurasakan sakit yang luar biasa. Si Gondrong pun berusaha menyodokkan kontolnya agar dapat masuk lebih dalam. Pelan2 kontolnya yang gede itu masuk senti demi senti, ah.... sakit, berhenti, kutekan pantatku masuk hingga ke pangkal pistolnya, kemudian turun lagi...... dan blesss.... semua masuk, penuh rasanya rongga anusku. Kuraba ternyata batang pistolnya sudah hilang tertelan anusku. Akhirnya seluruh bagian penisnya masuk ke dalam lubangku.
Aku mulai menggerak-gerakkan pantatku ke atas bawah, sementara si Gondrong mengimbanginya dengan menyodokkan kontolnya secara ritmis. Ahh..., kurasakan nikmat yang luar biasa dari dalam anusku, hangat terkena gesekan batang kontolnya. Lobang anusku serasa penuh sesak oleh kontolnya yang hitam besar itu. Kontolnya terasa bergeser naik turun dalam anusku. Sementara kontolku sendiri terjepit erat diantara perutnya, bergesek dengan kulit perutnya hingga membuatku tambah ngaceng. Kurasakan sakitnya mulai hilang, dan yang ada hanya rasa nikmat tiada tara. Sungguh suatu sensasi yang tiada terkira. Aku kian bergairah dan demikian pula halnya dengan si Gondrong.
"Ohhh... sekarang enak... massss... teruuus... tusukkk.. ahhh..." dan aku pun mulai menikmati tusukannya.
Aku semakin mempercepat gerakan pantatku naik turun, sementara dia mengimbanginya dengan menyodok-nyodokkan penisnya yang kian membengkak dengan irama yang teratur. Aku menaik-turunkan pantatku sambil sesekali menggoyang-goyangkannya perlahan-lahan. Kudengar si Gondrong merintih, mendesah dan melenguh pelan, demikian halnya denganku. Si Gondrong menikmati goyanganku sambil 'menyusu' buah dadaku yang tepat di depan wajahnya, pentilku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga anusku terasa seperti diaduk-aduk.
“Ahhh.. nikmattt…. Lubang lo sempiiiit bangeeeet, masiiiih perawan jugaaa. Ohhh...!,” si Gondrong mulai mengerang menikmati sedotan anusku.
Aku terus menaik-turunkan pantatku, dan kurasakan si Gondrong juga balas menyodokkan kontolnya kian keras. Aku terus menggerak-gerakkan pantatku sambil meremas-remas buah dadanya. Kurasakan semakin lama si Gondrong kian keras menyodok lubang pantatku. Semakin ganas goyangan pantatku, semakin keras pula dia menyodok. Aku terus mempercepat goyanganku karena aku merasa sudah mau keluar, makin lama gerakanku makin liar dan eranganku pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Kontolku yang terjepit di antara perut si Gondrong makin tergesek sempurna. Aku semakin merintih-rintih...... dan merasakan adanya sedikit cairan mani yang mulai muncul di ujung lobang kenikmatanku. Tiba-tiba kurasakan kontolku begitu hangat dan licin......ahhhhh kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan seumur hidupku. Rasa hangat dan gerakan licin yang naik turun di seluruh batang kontolku.......... ahhhhhhhhhh....hhhhhh..ssshshhhh.... Akhirnya, creeeett.., creeeett.., creeett… kurasakan cairan hangat mengalir dari kontolku. Spermaku menyemprot kuat jauh sampai di bahu si Gondrong, beberapa bahkan mendarat di rambut gondrongnya yang kini basah. Aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku, tanganku erat memeluk lehernya, jemariku mencengkeram rambutnya. “Ouuuhhhkk.. aooouhkk... aaahhk..,” seruku sambil menggelepar-gelepar lunglai. Keluar pejuku sehingga lobang anusku semakin mengetat sempit sekali, meremas-remas kontolnya yang binal dan gede itu. Kudengar si Gondrong melenguh panjang, "Oughh… yess...!" Benar-benar dahsyat yang kuperoleh ketika klimaks itu sampai. Keringat pun bercucuran dari tubuhku dan tubuhnya.
“Aakhhh.. gue mau keluar niihh. Ohhh...!,” erang si Gondrong.
Dia menggenjot makin kuat dan bertenaga. Aku makin liar mengimbanginya dengan menaik turunkan pantatku makin cepat. “Ohh... massss…. terus genjot…..” dan aku pun semakin menikmati tusukan kontolnya. “Blesep... sleeep... blesep..” suara sodokannya terdengar sangat indah mengiringi dengan alunan lembut.
"Yeahhhhhh,...... oouugghhhhhhh yyyessssssss.... teruskan Massss..... terussss......"
Aku terus mendorong pantatku dengan cepat mengimbangi sodokan pantat si Gondrong yang membuat batang kontolnya makin melesak masuk lebih dalam di liang anusku. Semakin lama gerakan pinggul kita semakin meliar dengan dahsyat sampai akhirnya kurasakan kontol si Gondrong berdenyut-denyut, dan dengan keras dia menekan lubang pantatku dan tubuhnya mengejang. Jemarinya dengan kasar mencengkeram buah pantatku, menekan keras hingga membuat kontolnya masuk makin maksimal.
“Aaaahhh... gue mau keluar. Ohhh... yeeeaaaaahhh....!” Creeeeeet... croot... crott.. crottt… creeet….. kurasakan semburan hangat spermanya memasuki lorong anusku. “Ouhh... ouh.. auh aaah... ouh..!” gumam si Gondrong merasakan puncak gairah yang indah.
Baru kali ini aku menikmati semburan sperma yang luar biasa. Kami pun terkulai lemas, aku rebah dalam pelukan si Gondrong. Si Gondrong memandangku bahagia. Cowok gondrong itu lekat memandangku dengan perasaan puas. Mengusap keringat yang menempel di wajahku dengan penuh perhatian. Lalu puas mendaratkan bibirnya yang dengan lembut mencium setiap senti wajahku. Wajahku dihujani ciuman2 lembut dari bibir sexy si Gondrong. Tubuhku tenggelam sangat rapat dalam pelukan tubuhnya yang kekar dan sexy. Aku membelai wajah dan rambutnya yang gondrong itu. Wajahku kutenggelamkan ke lehernya, hidungku membaui harum rambut gondrongnya yang basah. Hingga akhirnya kami tertidur pulas sebelum sempat si Gondrong mencopot kontolnya dari lubang pantatku.
---[5]---
Begitu bangun aku bingung berada dimana, aku juga tidak tahu sudah jam berapa. Aku menemukan diriku masih bugil, tidur tengkurap di ranjang yang acak-acakan. Sisa-sisa sperma kering masih membekas di wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana si Gondrong. Selanjutnya aku tidak tahu apa-apa lagi karena sudah tidak sadarkan diri, tidur lagi. Capek sekali badanku, liang anusku terasa kosong dan lubangnya bengkak, perih tapi sakit-sakit enak.
Selagi enak-enak tidur, antara sadar dan tidak, aku merasa ada yang menindih tubuh telanjangku yang sedang tidur tengkurap. Kemudian pahaku terasa diranggangkan dan sesuatu benda keras mulai menyodok-nyodok lubang anusku kembali, memaksa ingin masuk. Ah, si Gondrong mulai beraksi kembali nih, pikirku. Dengan setengah sadar sambil tetap memejamkan mata, aku menuruti kemauannya, malah ikut merenggangkan pantatku agar batang keras kontolnya yang besar bisa masuk. Terasa kepala kontolnya yang besar itu mulai menyundul lubang anusku, pelan mencari jalan, dengan paksa meregang otot gelang anusku. Slaaaap…. “Uuughhh… aduuuuhh maaaass…. Sakiiiit…,” tiba2 kepala kontol itu berhasil melewati pintu lubang, terjepit ketat otot anusku dan mulai tenggelam di dalam liang. Ketat sekali terasa otot anusku menjepit batang kontol itu. Tubuhku makin ditindih, desahan nafas panas terasa di tengkukku.
Terbantu dengan lendir mani sisa persetubuhan sebelumnya yang masih ada di lubangku, dengan satu sentakan kuat dia menekan kontolnya hingga amblas seluruhnya. Aku merintih-rintih kesakitan ketika kontol besar itu dengan paksa memasuki anusku yang sempit. Aku tak bisa melihat sendiri bagaimana kontol itu keluar masuk merojok liang anusku tapi kurasakan rasa sakit dan nikmat bercampur menjadi satu. Rasanya nikmat sekali sehingga aku mendesah kuat dan tubuhku menggeliat-geliat. Kenikmatan dahsyat telah melanda tubuhku hingga aku tidak kuasa untuk tidak mengerang.
“Yeahhhhhh,......oouugghhhhhhh yyyessssssss....teruskan Massss..... terussss....…,” rintihku tak karuan membuat dia semakin mempercepat sodokannya.
Hanya suara lenguhan dan desahan yang terdengar sahut menyahut di kamar itu. Dia terus merojok lobangku naik turun. Yang terdengar hanya dengusan nafas dan suara ah.....eh sshhh ....achh...... Aku goyang pantatku ke kiri ke kanan. Dia semakin melenguh keenakan, sambil dengan ganas menyerang lobang anusku maju mundur liar sekali. Nikmat sekali rasanya. Buah zakarnya menampar sisi anusku berkali-kali bila dia menekan kontolnya masuk seluruhnya ke liang anusku, sambil memutar-mutar yang aku imbangi dengan putaran2 pantatku. Sepuluh menit berlalu, dia mendengus-dengus bak banteng liar, memelukku dari belakang lebih ketat sambil meremas dadaku dan terus memelintir pentilku.
“Aakkh... akhh... oougghh...,” aku terus merintih-rintih, mataku terpejam merasakan kenikmatan tiada tara sampai airmataku meleleh membasahi pipi.
Tiba-tiba terdengar pintu kamar dibuka, srriiieeekk…. Lalu terdengar suara si pembuka pintu,”Waaah… lu juga nggak mau kalah niiih?” HAH??? Aku kaget, itu kan suara si Gondrong… Mataku yang tadinya merem melek keenakan langsung mencari sumber suara. Tampak si Gondrong yang hanya bercelana pendek telanjang dada masuk kamar dari luar sambil senyum-senyum. Dia ada di pintu dari luar? Kalau begitu siapa yang lagi ngentotin aku iniiiiii? Dengan panik aku coba menoleh mencari tahu. Tampaklah seraut wajah jantan macho yang basah kuyup berkeringat, dengan rambut pendek tentara dan anting bulat kecil di kuping, menyeringai nakal keenakan. Aduuuuhh, siapa dia? Kenapa tiba-tiba dia bisa ngentotin aku? Aku meronta-ronta, coba lepas dari pelukannya, tapi dia makin erat memeluk, badannya yang besar kokoh menindih tubuhku. Aku menoleh ke arah si Gondrong mencari bantuan.
Si Gondrong berjongkok dekat kepalaku sambil tersenyum, “Nggak papa. Dia Hendi temen sekamar yang tadi gue ceritain. Gimana? Dia pinter juga kan mainnya,” Cuma itu yang diucapkan si Gondrong. Selanjutnya Hendi yang tadi sempat diam sebentar, mulai lagi menekan pantatnya keras-keras. Aku hanya bisa menggelinjang, yang justru malah membuat batang kontol orang ini melesak masuk makin dalam ke liang anusku. Dengan lihainya orang ini malah mulai mempercepat gerakan naik turunnya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya kiri dan kanan. Dia nggak perduli sekarang si Gondrong asik menonton persetubuhan kami.
“Sialan! Gue jadi ngaceng lagi nih liat lu berdua main. Kita main bertiga yuk?,” kata si Gondrong sambil membuka celana pendeknya. Sreeeet… tiba2 dia sekarang sudah telanjang bulat. Aku sudah setengah sadar ketika tiba-tiba sebatang kontol raksasa sudah berada di depan wajahku. Kutengadahkan kepalaku dan kulihat si Gondrong berjongkok di sampingku dengan kontolnya yang besar berurat. Tanpa membuang waktu lagi diraihnya kepalaku. Kontolnya dijejalkan dengan nafsu, dirojoknya mulutku dengan paksa, hingga penuh sesak oleh kontolnya yang bengkak besar itu. Namun agak sulit karena kepalaku mesti menoleh, apalagi posisi badanku terhimpit erat antara kasur dan tubuh berkeringat Hendi.
“Ndi.. Ndi… stop dulu Ndi… Ganti posisi dulu… Gue juga pengen diisep lagi nih…,” kata si Gondrong ke Hendi.
Hendi menghentikan genjotannya. Pinggulku ditariknya ke belakang hingga sekarang aku dalam posisi merangkak seperti anjing. Hendi menyetubuhi aku dari belakang, kontolnya tetap aman terbenam dalam-dalam di liang anusku. Dia mulai menggenjot tubuhku sementara si Gondrong berlutut di depanku dan memaksaku menghisap kontolnya yang ngaceng keras berurat itu.
“Gimana? Enak kan?… kapan lagi lu diservis dua cowok sekaligus, lu sebenernya keenakan kan..! Ayo emut nih kontol..!” perintah si Gondrong sambil menjambak rambutku. Si Gondrong berlutut di hadapanku, disodorkannya kontolnya ke arah wajahku. Aku meraihnya, kumasukkan kontolnya ke mulutku. Kujilati permukaan pentolan kontolnyanya yang begitu besar. Kupegang batang kontolnya dan sesekali kuremas kantung zakarnyadengan lembutnya.
"Terusss....! Enak.. ahhh.." si Gondrong pun mulai menggeliat karena keenakan.
Digoyangkannya pantatnya maju mundur, dan aku mulai kelabakan, karena tenggorokanku sakit tersodok batang kontolnya yang besar dan panjang.
Sementara itu, selain asik menyodomiku, Hendi juga sesekali menampar pantatku hingga terasa panas dan sakit. Di tempat lain si Gondrong terus menahan kepalaku yang sedang mengulum penisnya sambil memaju-mundurkan pantatnya seolah sedang menyetubuhiku, wajahku makin terbenam pada bulu-bulu kemaluannya yang lebat.
"Terus, terus... ya.., ya... lebih keras, lebih kenceng... ayooo sayang..!" perintah si Gondrong sambil mengerang-erang.
Tanpa berpikir dua kali, aku langsung melakukan perintahnya, lebih-lebih si Gondrong mengarahkan juga untuk mengocok-ngocok batang kemaluannya.
“Aaaaahhhhh... kamu pinnnnttttaaarrrrrr... hhhhhhhhhhh.... ahhh.. ssshhhhhhhhh..... enakkkk.... tteruskan lebih kencang..... kencangggggggg lagi..... yeahhhhhh yeeeehssssssss.... gitu,” serunya kembali ketika aku melumat-lumatkan batang kejantanannya dan mengocok batangnya lebih keras. Aku selain melumat kontolnya juga melumat buah zakarnya yang ditumbuhi bulu2 jembut . Dengan lidah yang nakal, aku mulai menambah kenikmatan baru dalam permainan ini. Saat mulutku penuh oleh zakar satunya, tanganku memainkan yang satunya. Begitu seterusnya sampai si Gondrong benar-benar nggak kuat lagi, kuhisap dengan sekuat tenaga dia menggelinjang dan melenguh dengan suaranya yang serak-serak basah.
"Ooouuggghhhh....sssttttt...ssssshhhhhhh......aaaaaakkhhhhhh..."
Aku semakin bernafsu menghisapnya hingga basah. Si Gondrong menggeliat-geliat kenikmatan dan terlihat mengejang, tangannya meremas-remas rambutku. Batang kejantanannya kini benar-benar telah tumbuh sempurna keras dan panjangnya. Sementara di bagian belakang Hendi juga tak kalah liar, entotannya bukan main, bak kuda binal.
Kami bertiga terus bergumul, hanya suara lenguhan dan desahan yang terdengar, keringat membanjir membuat tubuh telanjang kami basah mengkilat. Edan, indah sekali sensasinya. Seperti mimpi, tetapi nyatanya aku tengah dipompa nafsu seksku karena melayani dua lelaki jantan sekaligus. Di belakang, liang anusku keras dirojok kontol Hendi sementara aku sibuk mengulum batang kontol berurat milik si Gondrong. Aku makin tidak tahan. Tubuhku berayun-ayun ke depan belakang. Setiap hentakan pantat Hendi di lubang anusku membuat aku terdorong ke depan, yang membuat batang kontol si Gondrong tersodok dalam-dalam di mulutku. Aku bagaikan ayam sedang dipanggang, depan belakang ditusuk batang. Aku mulai meracau nggak karuan menerima kenikmatan tiada taranya yang pertama kali dalam hidupku.
“Ouggghhhhhh.... gilaaa... enak sekaliiii.......masihhh seret bangeeet...... ooohhhhhhhh.... enak banget....... aaaaaahhhhh….. uuuuuuggggh,” rintih Hendi sambil terus memompa kontolnya dalam-dalam di rongga anusku, tangannya erat memegang pinggangku.
Mendengar erangan Hendi, si Gondrong protes, “Ndi, gantian Ndi… Gue juga pengen ngentotin dia nih…”
“Aaaaahh…. Lu nggak mau liat orang senang nih…,” sahut Hendi sambil terus melancarkan tusukan-tusukan mautnya ke rongga anusku. “Lagian lu kan tadi udah ngentot ama dia, sekarang gantian gue dong…,” kata Hendi lagi.
“Iya, tapi gue pengen banget nih… Gimana dong,” protes si Gondrong lagi.
“Aaaaah…” dengan setengah kesal Hendi menghentikan genjotannya lantas menarik kontolnya dari liang anusku. Plooook… “Nih, ambil…”
Lantas gantian saja mereka tuker tempat. Aku tetap dengan posisi merangkak seperti anjing, sementara si Gondrong mengambil posisi tepat di belakangku. Lalu kurasakan dia merangkul tubuhku dan menuntunku menungging ke arahnya. Kugigit bibirku kuat-kuat dengan mata terpejam, menahan panasnya gelombang birahi yang menjalari tubuhku. Aku mulai tak tahan lagi. Senjatanya dipukul-pukulkan ke pantatku sebelum dimasukkan.
Tubuhku dirangkul, dan senjatanya diarahkan tepat ke lubang anusku. Pinggulnya ditekan sambil membuat gerakan maju-mundur. Cukup lama gerakan ini dilakukan, tapi tak membawa hasil. Kontol si Gondrong yang ukuran dobel XL tetap saja susah masuk lubangku yang sempit. Keringat mulai membasahi tubuhku. Sayup-sayup terdengar suara Hendi mengompori. “Ayo Nug, langsung masukin aja semua sekaligus...!” Tanpa berpikir panjang, si Gondrong menekan pinggulnya pelan-pelan tapi kuat. “Bleeesss..!” kepala senjatanya terdorong masuk, bersamaan dengan itu aku mengaduh, “Aaacckkk.., sakit Mas..! Pelan… pelan…”
Si Gondrong menghentikan gerakannya sejenak. Dengan masuknya kepala zakar tersebut, usaha si Gondrong tidak begitu berat lagi. Perlahan tapi pasti, batang kontolnya yang besar terbenam ke lubang surgaku. Tapi karena panjangnya belum seluruhnya dapat masuk. Batang kontolnya masih tertinggal seperempat lagi di luar, walau ujung kepalanya telah mentok anusku. Mungkin dalam hati si Gondrong mikir, aku jangan setengah-setengah kalo mau ngentotin dia, maka langsung sisa batang senjatanya yang masih tertinggal, ditekan hingga amblas semua. Erang tertahan keluar dari mulut ku, “Aaacckkk..!”
Sejenak gerakan pinggul si Gondrong hentikan, lalu dilanjutkan kembali. Gerakan pinggul si Gondrong yang maju mundur memberikan perasaan yang tak terbayangkan buat kami berdua. Erangan demi erangan tak henti-hentinya keluar dari mulut kami. “Aaaccch.. oouuuccch..!” terdengar dari mulutku dan si Gondrong. Remasan dan denyutan otot anusku terasa erat sekali mencengkeram batangnya.
Tampaknya si Hendi pun makin terpacu birahinya melihat persetubuhan ku dengan si Gondrong. Yeahh... akhirnya dia berdiri lalu berjongkok di depanku dan menggenggam batang kemaluannya yang sudah dari tadi tegang, lalu disorongkan ke mulutku untuk dihisap. Aku, yang memang belum pernah melihat kontol si Hendi dengan jelas, terbelalak melihat batang kemaluan si Hendi yang panjangnya 18 cm dengan urat-urat yang kokoh, basah mengkilat oleh cairan aneka rupa.
Kontol si Gondrong memang rajanya, lebih besar dan lebih panjang dari kontol milik Hendi. Tapi kontol Hendi kelihatan jauh lebih galak karena urat-uratnya yang membiru kokoh menonjol. Dengan rakusnya aku menjilati dan mengocok batang kemaluannya. Hendi tampak memejamkan mata sambil bersandar dan membelai rambutku. Sekali-kali dia hentakkan perlahan batang kemaluannya hingga aku agak tersedak karena batang kemaluannya lumayan panjang dan besar. Ugh, kuhisap kepala kemaluannya dan kutekan-tekan lubang batang kemaluannya dengan lidahku.
“Sssst.. uhhh.. hhmm.. arggh... argh... ohhh... oh yeah... uh...” Hendi hanya bisa mengerang menahan nikmatnya mulutku melahap kemaluannya. “Terus say... ufgh... ayoooo... hhmm kamu suka sayang?” katanya. Aku hanya bisa mendelikkan mata, dan mengangguk pelan. Kepalaku turun naik mengulum batang kemaluannya. Sekali-kali aku mengibaskan poni rambutkuyang lurus panjang, yang jatuh-jatuh menghalangi. Hendi kemudian meraih rambutku, agar aku lebih leluasa menikmati kemaluannya.
Dengan setengah merem-melek aku tak sadar kalau posisi si Hendi telah berubah sekarang. Dia kini tiduran dan mukaku tepat di atas batangnya yang besar itu, sementara si Gondrong tetap asik menggenjot pantatku di belakang, setiap gesekannya terasa sangat nikmat karena batangnya yang besar itu. Sementara mulutku asyik menikmati batang si Hendi yang sedari tadi kujilati, kuhisap dan kubasahi dengan liurku. Mulutku terasa penuh menampung kejantanannya, kemudian aku mulai mengeluar-masukkannya pada mulutku, sambil sesekali menghisapnya, hingga kedua pipiku terlihat kempot, saking bernafsunya.
Ujung lidahku membelai dan menyapu batangnya dari pangkal hingga ujungnya. Lalu aku turun ke arah buah zakarnya, di bawah buah zakarnya lidahnya menjilat-jilat dan dihisap kecil, “Aaahhmm... hmm..” pangkal pahan Hendi pun tak luput dari serangan lidahku. “Ooooouuugh…” Hendi mengerang-erang keenakan sambil dengan kasar mengerumas kepala dan rambutku yang basah kuyup. Aku makin pamer, ingin menunjukkan bahwa aku ternyata pemain lidah yang hebat. Dibiarkannya aku menghabiskan seluruh "improvisasi" di batang kemaluannya.
Tiba-tiba kudengar Hendi ngomong ke aku, “Gue pengen lo fuck gue. Nug berhenti dulu Nug. Please…” HAH? Hendi pengen difuck sama aku? Nggak salah? Si Gondrong pun langsung berhenti ngentotin aku pas dengar permintaan si Hendi, tapi kontolnya yang bengkak masih kokoh tertanam dalam-dalam di liang anusku.
“Aku fuck kamuuu???” aku nanya nggak percaya sambil memandang wajah Hendi. Wajah janatan macho itu, dengan rambut pendek ala tentara dan anting bulat di kedua kupingnya, kini tampak basah kuyup penuh keringat, matanya berkilat menahan gejolak gairah nafsu.
“Yeesss…”, jawabnya pasti sambil kemudian mengatur posisi, dia mengangkat panggulnya, sehingga kakinya ke atas membentuk huruf V. Kulihat pantat Hendi penuh tertutup rambut, di sela-sela pantatnya aku sempat melihat lubang yang cukup lebar. Lubang anus Hendi kelihatan bagus, karena kulitnya putih jadi tidak heran kalau lubang anusnya berwarna merah muda.
Kuraba pantatnya yang penuh dengan rambut, sesekali kubelai lubang anusnya.
Kubasahi lingkar luar lubangnya dengan ludah sambil coba-coba menekan jariku masuk. “Ahh... nikmat... terus… Masukkin terusss jarinya..!” teriak Hendi bagai orang keranjingan. Aku pun menuruti perintahnya, kumasukkan jari telunjukku. Kumasukkan dan kukeluarkan jariku, sampai tidak terasa tinggal ibu jariku yang tertinggal di luar anusnya.
“Tekan yang keras…. ayo.. ohhh.. my god..!” Hendi tampak sangat menikmatinya. Si Gondrong hanya berdiri memelukku dari belakang sambil kontolnya tidak dilepas dari lubangku, senyum-senyum melihat tingkah temannya.Tiba-tiba aku ingin coba memasukkan batang kontolku ke dalam anusnya. Terus terang, seumur hidup aku belum pernah berhubungan sex dengan cewek ataupun cowok. Dan pikiranku mulai menerawang jauh memikirkan betapa nikmatnya jika batang kontolku kumasukkan ke dalam lubang anusnya.
”Ayo... masukin... please… fuck gueee… pleaseee…!” rengek Hendi mirip anak kecil. Kubasahi kontolku dengan ludah yang banyak dan kugesek-gesekkan kepala kontolku di sekitar lubang anusnya. Kuarahkan ujung kontolku mencari-cari lubang masuk, sampai ketemu dan perlahan-lahan kutekan pinggulku mencoba masuk. Kuarahkan ke lubang pantatnya, meleset, kucoba lagi. Kepala kontolku tampak mulai merayapi lubang pantat Hendi.
Tapi tiba-tiba saja si Gondrong menghentak pinggulnya, hingga kontolnya melesak masuk makin dalam ke liang anusku. Otomatis pinggulku juga terdorong ke depan dan “Bleeeeesssppp...!” kontolku yang berukuran sedang lancar mendobrak anus Hendi. “Auuhhh.. ooouuhh.. iyahhh.. yahh.. ssshh.. hhh..” aku berseru pendek saat kurasakan batang itu masuk menyungkal dalam-dalam pada lubang anus Hendi. Sementara Hendi sendiri mengejang-ngejang nikmat, “Oh! Oh! Oh! Oh! Oh! Ooouugghhh... Oh! Oh! Oh! Oh! Oh! Oouugffhh...”
Aku merasakan hangat yang luar biasa di batang kontolku. Kudorong lagi pantatku hingga batang pistolku masuk ke dalam sampai tidak tersisa. Wajah Hendi terlihat nyengir kegelian yang nikmat dan dengan daya tekan ke depan batang keperkasaanku amblas seluruhnya ke dalam liang anusnya. Kurasakan ada semacam cincin melingkar kuat di batang kontolku, sesekali kurasakan sedotan dari dalam anusnya. Aku semakin menikmatinya, kemudian kuayunkan pantatku maju mundur, kutusuk anus Hendi dengan batang kontolku.
Aughhh.. nikmat sekali... baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Pantatku dientot si Gondrong sementara kontolku sendiri ngefuck Hendi. Three-in-one. WOW! Kenikmatan yang sempurna. Kemudian secara naluriah, Hendi merenggangkan kakinya dan menyenderkan kakinya ke leherku hingga aku bisa menusuk lebih dalam. Hingga si Gondrong pun dapat menunggingkan pinggulku ke arahnya agar kontolnya yang dikelilingi urat-urat menonjol tersebut dapat terselip lebih dalam di anusku. Sementara itu tangan kanannya meraih pinggulku dan ditekankan ke tubuhnya.
Wow! Si Gondrong lalu menggoyang-goyangkan pinggangnya maju-mundur, menghajar lubang anusku dengan kejantanannya. Aku merasakan kenikmatan luar biasa berpangkal pada lubang anusku, hingga makin banyak cairan bening yang hangat keluar melumas kontolku yang tertanam dalam-dalam di anus Hendi. Aku mengimbangi si Gondrong dengan ikut bergoyang seirama hujaman tubuhnya, kadang kuputar-putar pantatku hingga batangnya makin terjepit erat dalam liang anusku dan kontolku kian liar menyodok-nyodok anus Hendi. Bertiga kami mengerang-erang terbakar birahi. “Auuhh.. oohhh.. iiyaahh.. yaahh.. yahhh.. sshhh.. uh.. uh.. oouuwww!”
Kocokan si Gondrong kali ini lama sekali, tidak berhenti-berhenti dan terdengar Hendi minta aku mempercepat gerakan mengocok batang keperkasaanku.
“Teruuusss... teruuusss... cepat kocok terus.., cepat lagi..!” sampai terdengar suara kocokan batang kejantanan aku di liang senggama Hendi, "Pleeekkk... pleeekkk... pleeekkk..."
Aku sendiri merasakan sensasi luar biasa nikmat di lubang pantatku, “Ouucch Mas.. terus tekan yang keras Masssss...” suaraku terdengar serak menahan gairah. Tubuhku menggelinjang sebagai respon dari permainan si Gondrong. Dalam beberapa menit, terdengar rengekkan nikmat dari mulutku, “Ooohh... ooohhh... ooohhh... ooohhh...” Pinggul Hendi berusaha diliukkan ke arahku, sedangkan kepalanya bergerak liar. Semakin keras kontol si Gondrong menggenjot pantatku, semakin keras tekanan pinggulku mendesak kontolku melesak masuk dalam-dalam di liang anus Hendi.
Si Gondrong mulai melenguh lagi, “Ohhh... eeehhh... ooohhh... eeehhh...” Hendi tidak ketinggalan, juga ikut mendesah, “eeehhh... eeehhh... eeehhh... eeehhh... teruuusss..! terrruuusss..! ooohhh...” “Terusss... sodok... tarik.. sodok... ahhh...,” kudengar teriakan Hendi saking nikmatnya. Aku menekan batang kemaluanku kuat-kuat di lubang Hendi karena kedua tangan Hendi merangkul pantat si Gondrong untuk ditekankan ke arahnya. Berat bobot tubuh si Gondrong ikut menambah hentakan pantatku. Sekarang aku yang merintih seperti yang Hendi lakukan tadi, “ ooh, eeeh, Mas, teruuus, mmhm ...enak ... jangan berhentiiiiii ... teruuuuus!”
Semakin si Gondrong mendapat angin segar, maka dikuatkan kocokkannya dan, “Ploookkk... ploookkk... ploookkk... cleeeppp... cleeppp... ploookkk... ooohhh... oohhh... nikmat bangeeeet.” Aku juga terus mengocok kontolku, dan aku berteriak “Aku nggak tahaaaan niiih…. mauuuuu keluaaaaar... aaaaahhh… crooooott... croooottt… croooot… glogok...,” kusemprotkan spermaku yang tidak dapat terbendung ke dalam anus Hendi. “Aahhh... nikmat...! Anget banget peju lo... lageeee… lageeee…," erang si Hendi. Dan aku pun terkulai lemas menindih tubuh Hendi.
Sementara itu si Gondrong masih dengan liar ngentotin lubang anusku. Karena pejuku sudah keluar, lobang anusku semakin mengetat sempit sekali, meremas-remas kontolnya yang binal dan gede itu. Pantatnya maju mundur semakin sering. Si Gondrong semakin melenguh keenakan, “ah..ah...sshhh shhhh....jepit, remas terus terus terus… enak… niikmat banget rasanya.” “Lubangnyaaa makin angeeeetttt, ooohhh.., plokkk... plookkk... cleeeppp... plookkk... cleeepppp... ooohhhh, gue mau keluar... ooohhh... ooohhh...,” dia bilang mau keluar. Croooottt... creeettt... cruuuttt... Kemudian croooot....croooot… semua air maninya tertumpah di dalam anusku, hangat terasa.
“Fuuuuccck…. Fuuuuuccck… eneaaak bangett…”, terdengar si Gondrong meracau sambil menyeringai dan mempercepat kocokannya, “Ouugghh... Haaa!” Dia menahan untuk kemudian menghentak dengan satu dorongan kuat. Dia menusuk anusku dengan perlahan namun pasti sampai masuk semuanya. “Hoh... Hohh... Aw! Aaahh... Oh!” “Uusfgghh! Oh.. Oh... Oh... uuuhhh!” “Eennakhh terussh sayang... teruszhh... oouugghh mmhh...”
Melihat aku dan si Gondrong terengah-engah keenakan, Hendi nggak mau kalah. “Iseeep iseeep kontol gue pleaseee…” Hendi mengerang menyuruhku. Aku segera beranjak meraih batang kejantanannya yang amat tegang hingga urat-uratnya bertonjolan, yang mengkilat basah oleh cairan aneka rupa, dan segera saja aku mengulumnya lagi, menghisapnya kuat-kuat, Kukulum ujung jamurnya, lalu dengan cepat kuputar-putarkan lidahku di sekeliling tepian jamur itu, membuat pemiliknya merintih. Ketika ku permainkan ujung lidahku di lobangnya yang sempit, Hendi tidak tahan lagi dan segera mendorong kepalaku sehingga kontolnya bagai tertelan ke dalam kerongkonganku.
“Ohhh, enaaaak... teruskan, sayang!”, ujarnya sampai menyodok-nyodok pangkal lidahku. Gerakan pinggulnya mulai menjadi cepat. Kuisap kontol itu dengan keras. Nafas Hendi mulai terengah-engah dan tubuhnya sudah bermandikan peluh. Sambil kusedot, angan kananku memegang dan mengocok batang kontol Hendi sedang tangan kiriku meremas-remas kantung zakarnya. Hendi tampak menikmatinya, “Teruuusss... kocok teruusss...! Kontol gue makin kerasa enak aja...! Teruusss... terusss..!” Hendi melenguh nikmat karena kocokanku semakin kencang dan, “Ooohhh... ooohhh... ooohhh...” semakin panjang lenguhannya.
Hingga akhirnya Hendi merasa tidak kuat lagi, dan sebelum benteng pertahanannya jebol dia mengerang, “Auuhh… ooohh… ssshh... sshhh... hhh...” Kemudian tiba-tiba saja pinggulnya mengeras, gerakannya terhenti dengan posisi kontolnya menyusup dalam-dalam ke kerongkonganku “Ooohhh....., gue mau keluar... Ooohhh...” dan.... “Aaaaaaahhhhhhhhhggggg…,” teriak Hendi ketika pada saat yang bersamaan aku merasa ada semprotan cairan kental di kerongkonganku. Kurasakan cairan hangat dan kental itu muncrat deras memenuhi rongga mulutku, begitu banyak hingga berleleran pada bibirku, aku segera menelannya dengan rakus seakan-akan haus akan lendir itu, menghisapnya hingga tetes terakhir. Pejunya yang hangat itu segera mengalir ke dalam dan aku menghabiskannya sampai tetesan terakhir. Aku puas sekali.
Tubuhku menggelosoh pelan di samping tubuh Hendi dan si Gondrong yang jatuh kelelahan, basah oleh keringat. Kamar itu hening, suara TV sudah lama hilang, sebagai gantinya hanya terdengar dengusan nafas manusia dewasa sesama jenis yang terkapar sehabis bercinta dengan liarnya. Hendi memandangku dengan lembut, lalu berbisik, "Terima kasih Sayang, gue menikmatinya..." dia mengecup keningku. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk pelan dengan senyum kecil menghiasi bibirku.
Sementara itu si Gondrong menarik tubuhku merapat ke tubuh telanjangnya. Aku menyusup berlindung di pelukannya. Tubuhku tenggelam sangat rapat dalam pelukan tubuhnya yang kekar. Aku merasakan deru napas si Gondrong yang masih tersisa membelai kupingku. Si Gondrong membersihkan bulir-bulir keringat dari wajahku. Dia juga mengusap, mengelap sisa-sisa sperma yang masih menempel di sudut-sudut bibirku. Aku makin merapat ke tubuh si Gondrong. Terasa Hendi juga memelukku dari belakang, menciumi belakang kupingku dengan pelan, sambil membelai rambutku yang basah serta punggungku yang sedang berada di atas tubuh si Gondrong itu, hingga aku terlelap di dada si Gondrong.
-----] #berpedang [-----
Uploaded Contact: smilingbluedargonfly@yahoo.com
Source: menonthenet.com
Kalo udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.
Kritik dan saran bisa dikirim lewat
e-mail: kulipembangun@gmail.com
-----] Thank’s for reading [-----
0 komentar