“Wah.. di rumah sebesar itu cuma sendiri. Udah nidurin berapa perawan lo di sana?”
“Yang minta gue perawanin sih banyak, tapi belom ada yang sret sama gue.”
. . .
Title: Sperma & Pantat Sempit Para
Pria Pintar
Author: tommylovezacky
Submitted: 13 Januari 2011
Disclaimer: Cerita dari Teman
Genre: Slash, Friendship, Mahasiswa, Fluff
Rate: M
Length: Ficlet
Warning:
Typo.
menXmen.
Gambar
bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan diambil dari
website.
Segala
bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!
-------] @bluexavier69 [-------
Sebelumnya ini adalah cerita yang terinspirasi
dari cerita nyata. Nama gue Irwan umur 22 tahun. Ini kisah gue sama mantan
sahabat gue (sekarang BF gue). Namanya Galang, dulu dia satu SMA sama gue.
Kejadian ini terjadi pas umur kita 18 tahun,
gini ceritanya:
. . .
Sabtu
ke-3 bulan januari, gue pulang ke Jakarta setelah 6 bulan merantau di Padang
untuk melanjutkan pendidikan. Sebenarnya aku dan Galang telah berjanji untuk
masuk universitas ternama di Padang tersebut. Dulu aku berjanji masuk Fakultas
Kedokteran dan Galang berjanji masuk Fakultas Ekonomi di sana. Aku telah memenuhi janjiku untu masuk
kedokteran di universitas tersebut. Sayangnya Galang tidak bisa memenuhi
janjinya untuk masuk universitas tersebut, karena dia diterima di Sekolah
Tinggi Kedinasan yang telah mencetak para pegawai departemen keuangan.
Hari itu aku kembali dari Padang, tujuanku pulang
selain kangen dengan keluarga, juga ingin bertemu sahabat yang tidak memenuhi
janjinya tersebut. Tetapi aku tetap bangga dengan sahabatku tersebut yang bisa
masuk sekolah tinggi kedinasan. Aku akui kepintarannya.
“Wan, lo jadi pulang hari ini?” tanya suara di
ujung telepon selular baruku.
“Jadi. Satu jam lagi pesawat gue take off, itu kalo gak ngaret, kenapa
emang?” sahutku dengan semangat karena sahabat karibku yang menelepon.
Aku adalah seorang pria dengan tinggi 172 cm
dan berat badan ideal. Tubuhku tidak teralu berotot, karena aku tidak suka
berolah raga. Banyak wanita yang ingin menjadi pacarku bahkan banyak yang
meminta aku tiduri, tetapi aku terkenal dingin dengan orang yang tidak dekat
denganku.
“Eh, engga. Oke mumpung gue ga ada kuliah karena ini hari Sabtu,
gimana kalo lo gue jemput?” sahut suara indah tersebut dengan antusias.
“Wah.. boleh banget tuh, supir gue ga bisa jemput soalnya.”
“Oke, setengah jam lagi gue ke bandara buat jemput lo,” jawabnya.
“Sip, thanks
banget ya.” tuuuutttt…
Pembicaraan kami berakhir.
Untungnya pesawat yang ku tumpangi tidak
ngaret, jadi tepat dua setengah jam setelah percakapan berakhir, aku telah
sampai di Bandara Soekarno-Hatta, tetapiaku tidak melihat sosok sehabatku
tersebut. “Lang di mana lo? Gue dah sampe nih,” tanya ku dalam telepon.
“Oh, lo dah sampe? Tunggu di pintu keluar ya, jangan
ke mana-mana gue ambil mobil dulu di parkiran,” jawab Galang.
“Sip, gue tunggu.”
Tidak lama kemudian dari mobil BMW berwarna
silver turun sesosok laki-laki berkaca mata, berkulit putih dengan tinggi 170 cm,
dengan badan yang tidak berotot (sama sepertiku yang malas berolah raga),
dengan potongan rambut yang rapi dan senyum yang menawan. “Hai, uda calon dokter, apa kabar?” dia
memanggilku uda karena aku lebih tua
beberapa bulan darinya, dan kami sama-sama berasal dari Minangkabau.
“Ah, berlebihan lo. Lo juga apa kabar calon
PNS?” jawabku meledek.
“Udah ah, langsung aja balik. Ngobrolnya di
mobil aja.”
sahutnya mengalihkan pembicaran.
“Gimana di Padang? Betah gak?” tanya galang
membuka percakapan.“Betahlah, secara rumah gue di padang kosong, sodara-sodara
pada di kampung, jadi bisa bebas gue.” jawabku singkat.
“Wah.. di rumah sebesar itu cuma sendiri. Udah nidurin
berapa perawan lo disana?” tanyanya ngeledek. Kami emang kalau bertemu gak
kehabisan omongan mesum, tetapi tak seorangpun dari kami pernah melakuan sex.
Walaupun banyak wanita yang meminta kami tiduri.
“Yang minta gue perawanin sih banyak, tapi
belom ada yang sret sama gue.” jawabku menyombongkan diri. “Alah alasan, bilang aja
lo yang gak bisa ngentot!” ejek pria tampan dan pintar ini.
“Ah, ngomong aja lo! Lo sendiri dah merawanin
anak orang belom?” tanyaku bermaksud meledek. “Yah, kita sama lah.. hahahaha” Mendengar itu
pun kami tertawa lepas.
“Lo mau kemana dulu nih? Apa langsung pulang?”
tanya si pengemudi pada penumpangnya.
“Rumah lo kosong ga?” tanya ku balik . “Bonyok sih lagi ga ada, gue sendiri di rumah,
kenapa? Mau ke rumah gue dulu?”
“Kalo boleh, soalnya orang rumah gue lagi pada
pergi.”
Jawabku penuh rasa harap. ”Yaudah, jadi ke rumah gue ya.” konfirmasi Galang. Aku mengangguk.
Singkat cerita aku di rumahnya sampai malam.
Tiba-tiba Hp ku berdering, “Wan, kamu nginep di hotel atau di rumah Galang dulu ya, soalnya urusan
kita belom selesai jadi mama sama papa belom bisa pulang. Mbok Sum lagi pulang kampung,
jadi rumah di kunci.” suara orang tuaku di ujung telepon. “Oh ya udah kalo gitu.” jawabku singkat.
“Lang, gue nginep sini ya, boleh kan?” aku minta izin. “Oh,
boleh, lagian males gue di rumah sendirian.”
“Oke.
Lang gue cape banget nih mau tidur. Gue tidur di mana?” tanyaku yang
memang sudah kelelahhan. “Tidur di kamar gue aja,” jawabnya.
Aku pun masuk ke kamar Galang. Kamar itu cukup besar dengan
ukuran 4 x 4 meter dengan kamar mandi berukuran 2 x 2 meter yang ada di dalam
kamar. Kamar
itu bercat yang di dominasi dengan warna birumuda dan oranye, warna kesukaan
anak yang bernama lengkap Galang Pratama Hadinata.
“Lo gak mandi dulu? Tumben?” tanyanya kepadaku
yang biasa mandi sebelum tidur untuk menjaga kebersihan dan juga terkadang untuk
onani haha. “Gak ah cape. Lagian lo juga gak pernah mandi kalo mau tidur.” jawabku sambil menaiki
kasur.
Tengah malam aku terbangun lalu cepat-cepat ke kamar mandi untuk kencing. Setelah ku keluar dari kamar mandi ternyata Galang juga ingin buang
air kecil. “Kebangun juga lo,” tanyaku. “Ia nih, tumben AC-nya
dingin banget!” Memang aku juga merasakan dingin pada malam itu.
“Lo gak tidur lagi Wan?” tanyanya. “Ga bisa tidur gue,” jawabku singkat. “Sama nih.” jawabnya lebih singkat lagi. Lalu kamipun saling berpandangan. Entah
kenapa, ada dorongan dalam diriku mencium bibir sahabatku tersebut. Di luar
dugaan, ia menyambut ciuman itu dengan baik.
“Wan gue horny.” ucap Galang.“Tenang..
ada gue” jawabku yang juga sedang horny. Langsung saja kami membuka semua pakaian kami. Tanpa ada
satu helai benangpun yang tersisa. Kami sama-sama sudah tegang, kontolku telah
mencuat hingga titik terpanjangnya yakni sekitar 18 cm diameter 5 cm. Rudal
Galangpun telah mencuat sekitar 17 cm dengan diameter sekitar 5.5 cm.
Aku langsung menindihinya. Aku cium bibirnya sekitar dua menit, lalu aku
jilat putingnya yang telah menegang dengan lidahku. “Ahhh..Wan.. enak
banget…terusin Wan.. ngh…” desahan keluar dari mulutnya. Cukup lama aku melakukannya,
setelah puas, lalu aku pindah ke ketiaknya. aroma kejantanan pria yang belum
mandi saat bangun tidur memang sugguh nikmat. Keringat mulai bercucuran
sehingga akupun makin buas menjilat ketiak seksi itu.
Kuturunkan mulutku ke kontolnya. Aku
hisap batang kejantanan itu, aku mainkan lidahku pada lubang kencingnya, dan buah
zakarnya tak luput dari sasaranku. “Ahh… ahh.. enak banget Wan… terusin Wan..
sshhhaahhh.. shaaahh.. shaah.. aahh…” desahan kenikmatan terus keluar dari
mulutnya.
Shaah.. Wan gue pengen keluar.. aahhh..”
mendengarnya aku semakin semangat menghisap, taklama kemudian
CROT… CROT… CROT… CROT… CROT… tembakan sperma memenuhi mulutku..
Kenikmatan yang luar biasa. Belum pernah
aku meminum sesuatu yang lebih nikmat dari ini. Setelah mengeluarkan banyak
sperma iapun terkapar lemas. Aku tetap menjilat kontolnya, membersihkan
sisa-sisa sperma yang ada, lalu aku kembali mencium sahabatku tersebut.
“Wan entotin gue dong.” Terkejut, senang, bingung, dan horny bercampur jadi satu, namun ia
meyakinkanku untuk melakukannya. Akupun meminta ia menghisap kontolku terlebih dulu supaya lebih keras. Setelah selesai kunaikan kaki sahabatku. Perlahan kumasukan kontolku.
“Aaaarrrrgggh, sakit wan…”aku pun tak tega, dan menghentikan pergerakanku, lalu
ia memberi isyarat untuk melanjutkan. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kontolku tertanam
habis, diam sebentar untuk memberikan waktu agar pantat Galang beradaptasi.
Setelah beberapa saat, aku memaju mundurkan
kontolku. Terdengar erangan kesakitan di awal, namun lama kelamaan erangan
tersebut menjadi erangan kenikmatan. “Aahhh.. aahhh.. shhaaahh… enak banget Wan.. terus Wan.. jangan
berenti.. entotin gue terus wan..”
pantes cewe betah di entot! Enak banget
Wan.. ahhh.. aaahhh..” Erangan tersebut terus terdengar seiring keringat yang terus mengucur
deras dari tubuh kami.
“Lang.. gue pengen ngecrot.. ngghhh..”
“Keluarin di dalem Wa.. nnn ngghhh”
CCRROOOTTTTT…..CCRROOOTTTTT…..CCRROOOTTTTT…..
Sepanjang malan Galang melarang kontolku untuk
keluar dari pantat sempitnya yang seksi. Akupun menuruti, secara cengkraman
pantat Galang sangat keras menggoda
dan membuatku nikmat. Malam itu aku mengentoti Galang
hingga pagi, dan meminum sperma Galang sebagai sarapan yang sangat istimewa bagiku.
Sekitar jam sembilan kami turun untuk makan sarapan
yang sesungguhnya. Setelah sarapan kami kembali NGENTOT sampai sore.
Aku
pulang karena orang tua ku telah menelepon, dan orang tua Galang akan segera
pulang, namun percumbuan kami tidak selesai sampai disitu. Kami selalu melakukannya setiap ada
kesempatan. Sekarang aku dan Galang tidak hanya sekedar sahabat, tetapi kami berpacaran.
TAMAT
-------] #berpedang [-------
Uploaded Contact: tommylovezacky@gmail.com
Kalo udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga bagi-bagi
info/pengalaman kamu di sini. Biar blognya rame n rajin di update.
Kritik dan saran bisa dikirim lewat
e-mail: kulipembangun@gmail.com
0 komentar