“Tegang, ya?”
“Iya Pak, kancutnya ketat sekali.”
Title: Penyerahan Diri untuk
Dicabuli Demi Biaya Kuliah
Author: tommylovezacky
Submitted: 16 Januari 2011
Disclaimer: Cerita dari Teman
Rate: M
Warning!
Typo.
menXmen.
Gambar
bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan diambil dari
website.
Segala
bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!
-------] @bluexavier69 [-------
Seperti lazimnya sorang manusia, meskipun aku
seorang cowok homosex, aku juga bisa jatuh-hati atau jatuh-cinta tanpa sebab.
Kata orang aku terkena panah Amor. Itulah yang aku alami dengan Eliyan.
Sebetulnya, nama panjang Eliyan adalah Maxmillian. Tapi di rumah dan di kantor
dia dipanggil Eliyan.
Seperti umumnya pemuda sekarang, Eliyan kerja
sambil kuliah. Entah kuliah di perguruan tinggi dengan status apa. Terdaftar,
diakui, terdengar atau sekedar diridhoi hahaha.
Eliyan kerja dengan status office boy. Sebetulnya Eliyan bisa jadi
satpam kalau mau, tapi dia memilih jadi office
boy. Di perusahaan kami, banyak office
boy yang kemudian jadi staf biasa. Eliyan juga berharap seperti itu,
apalagi dia bisa komputer dan bahasa Inggris-nya lumayan. Sekali-sekali orang
menyuruh Eliyan mengetik dengan komputer atau menjawab surat-surat jika di
kantor sedang ada banyak tugas,seperti akhir tahun pada waktu laporan keuangan
dan laporan lain-lain harus disusun.
Pada mulanya perasaanku pada Eliyan
biasa-biasa saja, tapi entah kenapa tiba-tiba saja berahiku pada Eliyan terbit.
Jika dipandang-pandang, memang Eliyan berwajah tampan. Tubuhnya juga
atletis, putih bersih, dan dari tubuhnya terpancar bau harum. Entah minyak
wangi, jamu atau bunga-bungaan apa.
Kalau ada kerja lembur (overtime) di hari Sabtu atau Minggu, Eliyan mengenakan T-shirt dan nyata sekali tubuhnya
atletis, ketat, berotot. Terutama bagian lengan-nya–terkesan sesak karena
bisepsnya yang besar dan atletis. Bisa jadi hal itu yang bikin aku naksir pada
Eliyan.Sekali-sekali di dadanya yang tertutup T-shirt itu membayang puting susunya yang melenting di puncak bukit
dadanya yang menonjol ke depan dan ditambah perutnya yang rata.. Agh! Mana tahan!
Sejak aku jatuh-hati pada Eliyan aku sering
memberinya uang tip tanpa sebab, sekedar bantu-bantu Eliyan. Meskipun gaji
Eliyan lebih besar daripada gaji PNS (Pegawai Negeri Sipil) selevelnya, tapi
aku tahu gajinya tak cukup untuk bayar uang kuliah.Sejak aku sering memberinya
tip, Eliyan jadi ‘dekat’ denganku dan kalau di sekitar kami tak ada orang
lain,aku sering memeluknya,mengelus-ngelus punggung atau lengannya yang
kekar.Dia membiarkan saja aku berbuat begitu. Mungkin dianggapnya ‘pelukan
sayang’ atau ‘elusan sayang’ seorang kakak atau seorang teman. Padahal aku amat
menikmatinya hahaha.
Suatu kali aku menawarkan untuk membayari uang
kuliahnya. Eliyan, mengata-kan sebaiknya aku meminjaminya uang-kuliah.Tapi aku
aku insist (berkeras) akan
membayarinya – dia tidak usah pinjam dan nantinya tidak usah membayar atau
melunasinya. Meskipun mula-mula Eliyan – agak ragu, tapi akhirnya dia mau juga dan
mengucapkan terima kasih.
Sejak aku membayari Eliyan uang kuliah
hubungan kami ‘makin dekat’. Bahkan aku sering minta Eliyan menginap di rumahku
dan kami pun tidur berdampingan. Tentu saja mula-mula aku bersikap biasa saja (sambil
menahan berahiku yang sudah naik nyaris tak tertahan). Setelah itu rutin Eliyan
menginap di rumahku,sambil bantu-bantu membersihkan rumah bahkan kadang-kadang
kami masak bareng untuk makan siang pada hari libur atau untuk makan malam.
Ketika pertama kali Eliyan membantu
bersih-bersih dirumahku (menyapu dan mengepel), aku menganjurkannya
telanjang dada.“Dibuka aja bajunya, kan gerah kerja pakai baju.”
Mula-mula Eliyan agak ragu, tapi akhirnya dia
buka baju juga, telanjang dada. Tentu saja berahiku naik ke ubun-ubun melihat
keindahan tubuh Eliyan yang atletis, ketat, dan berotot itu! Tidak tampak sedikit pun
gumpalan lemak di tubuhnya. Tubuh Eliyan indah sekali! Tak kalah dengan
keindahan tubuh bintang film cowok Holywood. Walaupun aku amat terangsang tapi
nafsuku aku tahan-tahan. Kalau aku berbuat yang aneh-aneh aku takut akan
kehilangan Eliyan yang tampan dan jantan itu. Walaupun dia hanya seorang office boy!
Kamar tidurku sejuk karena aku tinggal di
apartemen yang letaknya di lantai 10, cukup tinggi dan nyamuk tak akan bisa terbang setinggi
itu. Karena itu aku biasa tidur membuka pintu ke balkon dan jendela keluar.
Hawa sejuk angin malam terasa segar dan aku suka itu.
Kamarku tidak dilengkapi tempat tidur, aku
tidur di karpet. Karpet itu terbuat dari bulu domba, bukan dari karet atau
plastik, sehingga terasa hangat tetapi tidak panas jika dijadikan alas
tidur. Karena karpet itu cukup tebal, maka aku tak perlu tidur beralas bantal di
kepala. Jika Eliyan menginap di rumah ku, kami tidur berdampingan di karpet.
Jika aku tidur sendiri (seperti umumnya cowok gay dan para Taruna Akmil) aku
tidur telanjang bulat. Kalau Eliyan sedang menginap di rumahku aku terpaksa
tidur mengenakan kancut. Meskipun kancutku juga rancangannya minim (maximum exposure). Kancut itu berfungsi
sebagai jockstrap (supporter, suspensoir) atau penahan burut (kondor, hernia). Praktis hanya kontol, biji peler dan sebagian
jembut yang tertutup kain kancut. Kain kancut itu hanya ada di bagian
depan. Sedangkan pada bagian samping kiri dan kanan berbentuk rantai logam anti karat
dan bagian belakangnya berbentuk tali-kain yang tebal. Meski kancut itu sangat
minim, tetapi cukup baik untuk menahan atau mencegah kondor.
Aku biasa mengenakan kancut itu untuk latihan
beban atau bahkan jogging – kalau aku
mau – tanpa ada resiko biji peler atau selaput inguinal-ku (kata dokter) jadi
kondor. Kancut itu mencekal kuat pada bagian panggulku sehingga kontolku sering
jadi tegang terangsang (ngaceng) jika aku baru saja mengenakannya. Tak jarang
aku ‘terpaksa’ harus ngeloco untuk mengentengkan rangsangan di kontolku atau
kalau aku sedang sendirian aku melepaskan kancut itu, telanjang bulat, karena
kontolku yang tegang membesar itu jadi terasa sesak di kancut yang seminim itu
dan terasa agak sakit walaupun bercampur rasa nikmat juga hahaha.
Sejak Eliyan sering menginap dan bekerja bantu-bantu
di rumahku, aku sering membelikannya baju, celana, sepatu, dan pakaian
dalam. Tentu saja aku belikan kancut model yang sama dengan kancutku merk Calvin
Klein yang harganya sekitar US $ 30,- atau sekitar Rp 270.000,- . Seperti
biasa, aku harus memesan-nya dari salah satu negara Eropa, sebab di dalam negeri
kancut minim seperti itu tidak dipasarkan. Mungkin tidak laku, karena orang malu
jika akan membelinya.
Ketika pertama kali mengenakan kancut itu, Eliyan
tidur di sampingku. Aku bisa merasakan Eliyan gelisah. Mungkin karena kontolnya
jadi tegang dan terangsang. Oleh karena itu aku mencoba ‘membantunya’, “Tegang,ya?”
Eliyan menjawab tersenyum,tapi dia tidak tampak malu-malu.
“Iya Pak, kancutnya ketat sekali.”
“Ya sudah lepas saja.”
Akupun bangkit dari berbaringku dan langsung
membantu melepaskan kancut Eliyan tanpa menunggu persetujuan atau izin
Eliyan. Kancut minim itu aku pelorotkan sehingga Eliyan telanjang bulat dan aku
pun langsung melihat kontolnya yang tersunat ketat dan tegang–ngaceng, mencuat
ke atas seperti Rudal Patriot buatan Amerika atau Rudal Scud buatan Soviet dulu
yang dipakai dalam perang Irak. Kepala kontolnya (glans penis) merah-ungu berkilat dan lobang kencingnya tampak
menganga. Hamparan jembutnya lebat, tebal, hitam, dan tumbuh luas tapi terkesan
indah dan jantan sekali! Ditelanjangi begitu Eliyan pun bereaksi dan dia
bangkit dari duduknya.“Saya telanjang Pak!” maksudnya dia mau minta maaf bahwa
dia telanjang bulat.
“Nggak apa-apa. Kita sama-sama lelaki.” Cepat-cepat kutimpali.
"Sudah. Baring saja lagi."
”Eliyan menurut dan
dia berbaring lagi. Aku lalu mengatur kedua tangannya agar menyangga kepalanya sehingga
kedua tangannya keatas dan aku bisa melihat kedua belah ketiaknya exposed dan ditumbuhi bulu ketek hitam–tumbuh rapat dan memanjang di sepanjang lekukan ketiaknya, indah sekali! Aku
suka itu! Aku melebarkan kangkangan kakinya dan dia menurut saja.
“Aku entengkan sedikit, ya?!” Eliyan mungkin
tidak tahu maksudku. Aku memegang kontol Eliyan setengah menggenggam ringan–Eliyan langsung terlonjak bangun.
“Pak….” tapi aku baringkan lagi tubuhnya pelan
dan aku melanjutkan pekerjaanku merangsang kontol Eliyan. Aku raba, aku elus.
Aku bisa merasakan kontol Eliyan makin tegang. Pelan aku mainkan sisa-sisa frenulum-nya, yaitu bagian di bawah
lobang kencingnya. Mungkin masih ada sisa kulit-kulup di bagian frenulum-nya
yang belum sepenuhnya dipotong habis waktu Eliyan sunat dulu, sebab aku
melihat Eliyan menggelinjang kenikmatan. Aku pun mengelus puting susunya yang
tampak makin tegang dan melenting. Aku juga tidak lupa meraba lekukan dada dan
perutnya. Lalu aku juga menekan panggulnya kiri dan kanan ke arah dalam,
sehingga Eliyan makin merasa tambah nikmat di kontolnya.
Kemudian aku lanjutkan kerjaku merangsang dan
mengelus kontol Eliyan yang makin tegang, sehingga urat-urat darahnya mulai
terlihat di batang kontolnya. Aku mulai meraba lobang kencingnya dan aku
merasakan cairan lengket! Pasti cairan mazi (pre-cum) Eliyan sudah keluar. Lalu
tanpa ragu aku menunduk dan memasukkan kontol Eliyan ke dalam mulutku, mengulum
dan mengisap! Eliyan tampak kaget dan dia tergelinjang seperti mau bangkit dari
berbaringnya.
“Pak…” tapi terlambat. Bersamaan dengan itu
aku merasakan pancaran pejuh dari lobang kencingnya.
CROOOOOOOT!
CROOOOOOOOT!
CROOOOOOT!
Pejuhnya muncrat dan muncrat lagi, seakan tak
ada habis-habisnya. Ketika aku lepaskan kuluman mulutku dari kontolnya, aku masih
bisa melihat lelehan pejuhnya. Akupun menjilat, mengisap, sekalian menelan pejuh
Eliyan sampai habis, sehingga lobang kencing Eliyan jadi bersih dari pejuh!
Sejak kejadian itu, setiap Eliyan menginap di rumahku,
aku selalu memain-mainkan dan merangsang kontolnya! Tidak lupa menggerayangi
tubuhnya. Selalu saja aku mainkan kontol Eliyan sampai pejuhnya muncrat! Tetapi
aku belum puas. Aku ingin bisa mencabuli pemuda tampan yang ‘hanya’ office boy
itu setiap hari. Sebab itu aku mengusulkan agar Eliyan mau pindah ke rumahku,
dengan alasan supaya menghemat biaya kontrak rumah. Aku juga berjanji akan
memberi semacam uang saku untuknya. Mungkin karena sudah biasa menginap
dirumahku dan tertarik pada uang-saku yang lumayan itu, Eliyan mau juga pindah
ke rumahku dari rumah kontrakannya.
Seminggu kemudian Eliyan pindah ke rumahku dan
dia aku beri kamar sendiri untuk menyimpan barang-barangnya, tetapi dia tetap
tidur bersamaku di kamar tidurku. Setelah Eliyan pindah ke apartemenku, maka aku
pun jadi bisa mencobai lobang pantatnya untuk aku sodomi dengan kontolku yang
ukurannya lumayan besar ini. Itulah pertama kalinya aku merasakan nikmatnya kontolku
dijepit oleh otot lobang pantat sesama jenis. Memang Eliyan tampak kesakitan
ketika dia sedang tidur menyamping telanjang bulat, sesudah barusan aku loco
kontolnya–tiba-tiba aku embat lubangnya dari belakang. Eliyan setengah
menjerit kesakitan.
“AGH! Sakit Pak!” katanya, aku makin bernafsu
untuk menyiksanya dengan lebih sadis lagi! Sekalian aku gampar paha Eliyan
dengan tamparan KERAS! “PLAKK! PLAKK!” dan Eliyan berteriak lagi kesakitan.
“Sakit Pak! Jangan Pak!” tapi nafsuku makin menggila
dan kontolku aku pompakan, maju mundur agar dia merasa tambah kesakitan
dilubangnya–bagaikan aku sedang mengentoti nonok perempuan! Agh! Nikmat! Maju
mundur, maju mundur, maju mundur, diselingi dengan tamparan keras di paha
kanannya (karena kami berbaring miring ke samping dan disangga bagian kiri
tubuh kami) diiringi rintihan kesakitan di mulut Eliyan, “Agh! Agh.. Aaaaaaaagh!”
Tubuh
Eliyan basah bercucuran keringat, berkilat-kilat dan terasa licin dalam
gesekan-gesekan dengan tubuhku yang juga telanjang bulat. Eliyan berkeringat
karena dia menahan rasa nyeri yang amat sangat di boolnya!
Untuk memuaskan nafsuku memperkosa Eliyan, tak
lupa aku mengocok-ngocok dan meloco kontolnya. Kontol Eliyan terasa tegang
mengeras dalam genggaman tanganku! Agaknya sodokan-sodokan kontolku di bool
Eliyan sekaligus menekan-nekan kelenjar prostatnya (yang letaknya di arah
bagian depan lobang boolnya, di belakang saluran kencing di kontolnya) sehingga
kontol Eliyan jadi ngaceng tanpa disengaja!
Akhirnya aku tak kuasa menahan pejuhku agar
tidak muncrat! Kontolku pun aku cabut dari silit Eliyan. Aku bermaksud
memuncratkan pejuhku di belahan silitnya. Agar pejuh Eliyan bisa muncrat bareng
dengan semburan pejuhku, aku menahan sejenak agar pejuhku tidak muncrat–lalu
aku loco-loco batang dan kepala kontol Eliyan kasar. Kemudian secara sinkron
dengan locoan tanganku di kontolnya, aku sodok-sodok lagi pelan-pelan kontolku
ke silit Eliyan dan.. Agh!
CROOOOOT!
CROOOOOTTT!
CRROOOOOT!
Pejuhku muncrat keluar diikuti dengan rasa
denyutan-denyutan di batang kontol Eliyan yang ada dalam genggaman tanganku.
Rupa nya pejuh kami berdua berhasil muncrat hampir bersamaan–sebab selain adanya
denyutan di batangya aku juga merasakan lendir lengket keluar (pre-cum,
mazie) dari lobang kencing Eliyan, lalu diikuti semburan-semburan cairan kental..
CROOOOT! CROOOOT! CROOOOT!
Nikmat sekali! Nyawaku serasa moksa ke nirwana. Aku berharap agar selama
Eliyan aku biayai kuliahnya, dia tetap mau menyerahkan diri dan tubuhnya buat
pemuas nafsuku dengan meloco kontolnya, meminum pejuh yang dimuncratkannya, dan
menyodomi boolnya! Tentu, dengan sepuas-puas nafsu berahiku! Ta’i!
Memang aku
jadi tambah pengeluaran setiap bulannya, tetapi uang bukan masalah bagiku!
Kapan lagi aku bisa menikmati tubuh Eliyan yang tampan, jantan, dan atletis itu! Meskipun
dia hanya office boy yang sedang kuliah
untuk meraih gelar S-1.
-----] #berpedang [-----
Uploaded Contact: tommylovezacky@gmail.com
Kalo
udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga
bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.
Kritik
dan saran bisa dikirim lewat
e-mail:
kulipembangun@gmail.com
-----] Thank’s
for reading [-----
0 komentar