My Teacher My Husband Part 4

Friday, February 24, 2017


Changmin dan Kyuhyun menyelidiki suara-suara aneh dan mencurigakan itu. Bagaimana selanjutnya?


. . .




Title: My Teacher My Husband
Author: Arisa Adachi
Submitted: 22 Mei 2011 - 05 Oktober 2011
Disclaimer: Cerita milik author, They are not mine, tapi Changmin forever mine!
Genre: 
Rate: M
Length: Chaptered
Warning: Typo. menXmen. Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan diambil dari website. Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca! YAOI, OOC, gaje, typo(s)

-------] @bluexavier69 [-------


---[10]---
"K-kau mau apa Yun…?" desis Jaejoong tertahan.

Melihat wajah gugup sang 'istri' Yunho tersenyum tipis, "Masa' nggak tahu? Apa kau tidak membaca warning di atas, hm?"

"T-tapi…"

"Tidak ada tapi-tapian Boo…" gumam Yunho lembut, "Apa kau tahu? Aku sudah menyerahkan Changmin pada author supaya kita NC-an…"

==sementara itu, Changmin…==

"Yunho hyung! Jae hyung! Help! Aku mau di-rape ama author! XO

Author : Mian, yang tadi itu cuma pemanasan. Sekarang kita masuk ke ceritanya~ *author ngajak berantem*

Enjoy!

xxx

"K-kau mau apa Yun…?" desis Jaejoong tertahan. Matanya membulat begitu lebar ketika melihat Yunho yang membuka kemejanya sendiri. Tanpa sadar ia menelan ludah ketika melihat tubuh oh-very-very-hot milik Yunho terpampang di depannya. Dengan dada yang bidang yang terbentuk sempurna, plus dua buah titik kecil berwarna coklat di masing-masing dada itu. Lalu perut rata yang terpahat begitu indah, memperlihatkan bentuk yang benar-benar khas seorang pria. Dan semua kesempurnaan itu kian sempurna dengan kulit coklat eksotis yang membalutnya.

Yunho hanya tersenyum tipis, wajahnya merendah dan meraup ganas bibir kissable itu. Membuat keseluruhan bibir plum Jaejoong berada dalam mulut Yunho. Dengan lembut Yunho menyesap dan menghisapnya. Bibir itu terasa begitu manis dalam rongga mulutnya.

Sementara Jaejoong hanya mampu mengerang pasrah. Ia tidak diijinkan membalas ciuman itu atau tepatnya ia memang tidak sanggup membalas ciuman Yunho. Jaejoong memeluk punggung sexy Yunho dengan erat, membuat dada keduanya saling berdempetan. Melalui syaraf peraba di sekujur kulit tangannya, Jaejoong bisa merasakan punggung Yunho yang sedikit lembab karena keringat.

"Aaaaahn~" desah manja Jaejoong ketika Yunho mengemut daun telinganya dan menggigitnya sedikit. Membuat tubuhnya terasa meleleh luar dalam.

Yunho mengangkat wajahnya, menatap wajah Jaejoong yang memerah sempurna karena aksinya barusan. Dengan lembut Yunho menyingkirkan beberapa helai poni yang menutupi dahi Jaejoong. "Jeongmal saranghae, Jaejoongie…" bisik Yunho sambil mengecup dahi Jaejoong.

Jaejoong mengeratkan pelukannya, wajahnya ia benamkan pada lekukan leher Yunho. Menghirup aroma tubuh Yunho yang begitu manly, "N-nado Yunnie~"

Yunho mengangkat wajahnya dan sedikit menurunkannya, dengan gemas digigitnya dagu Jaejoong. Membuat namja cantik di bawahnya sedikit memekik. Turun lagi, Yunho menjilati leher jenjang nan putih milik Jaejoong. Merasakan butir-butir keringat namun terasa begitu nikmat di indera pengecapnya.

"Y-yun… panas sekali disini…" rengek Jaejoong sambil menggeliatkan tubuhnya karena jilatan dan hisapan Yunho pada lehernya.

Yunho mengangkat tubuhnya, "Tentu saja panas. Lihat, pakaianmu masih lengkap begini."

"Kalau begitu lepaskan pakaianku, Yun~"

Seringai nakal terpasang pada bibir berbentuk hati itu. Kembali Yunho merendahkan tubuhnya dan menjilat leher Jaejoong sambil menggigitnya sesekali, sementara tangannya menyusup masuk dan menangkup kedua dada Jaejoong.

"A-aaaahn~" desah Jaejoong lirih ketika Yunho menekan telapak tangannya yang berada di atas dada Jaejoong. Yunho meninggikan wajahnya, dengan sensual ia menggigit bibir bawah Jaejoong dan sedikit menariknya. Sedangkan kedua tangan Jaejoong hanya mampu meremas rambut kecoklatan Yunho.

Yunho menegakkan tubuhnya lagi, tangannya terjulur menyentuh ujung kaus Jaejoong dan menariknya perlahan. Begitu terlepas, Yunho langsung melemparkan kaus itu ke sembarang arah. Tidak tanggung-tanggung kini tangan Yunho bertengger di kiri kanan celana Jaejoong. Pelan namun pasti celana berbahan jeans itu meninggalkan tubuh sang pemilik. Yunho tersenyum tipis melihat gundukan di tengah kaki Jaejoong yang masih terlindungi oleh bokser.

Yunho menundukkan kepalanya, dengan gemas digigitnya gundukan yang masih terbungkus bokser itu. "O-ogh! Yu-ghh~" Dan Yunho bukanlah tipe yang suka mengerjakan segala sesuatu setengah, karena itu dengan cepat ia langsung menarik bokser biru muda itu dan melemparnya sembarang arah.

Jaejoong memejamkan matanya ketika merasakan kain terakhir di tubuhnya terlepas. Menyadari dirinya yang kini telentang polos di hadapan Yunho membuatnya merasa begitu malu. Secepat kilat Jaejoong meraih selimut yang berada di dekatnya dan menghampirkan selimut itu ke seluruh tubuhnya. Aksi Jaejoong ini mengundang tawa kecil dari Yunho.

"Kenapa ditutup Boo?"

"A~aku malu Yun…" sahut Jaejoong sambil menatap mata Yunho.

Yunho tersenyum tipis, "Kenapa mesti malu Boo? Tubuhmu indah sekali, kau tahu?" Perlahan tangan Yunho menyusup ke sela-sela selimut Jaejoong. Membuat namja cantik di bawahnya mengerang ketika secara tidak sengaja tangan Yunho menyentuh pusat sensitifnya.

Yunho menyukai reaksi Jaejoong yang menurutnya sangat menggemaskan itu. Dengan cepat Yunho menyingkap selimut yang Jaejoong kenakan, membuat tubuh indah itu kembali terekspos. Yunho mengecup bibir Jaejoong sekilas sebelum akhirnya membawa bibirnya ke dada putih namja itu.

"Yunh!" Reflek Jaejoong memekik ketika bibir dingin Yunho mengecup nipple-nya. Tidak hanya mengecup, tetapi juga menjilat dan menggigitnya sedikit. Dan Jaejoong meningkatkan erangannya ketika merasakan telapak tangan Yunho yang agak kasar melingkupi juniornya.

Yunho tersenyum mendengar erangan Jaejoong yang begitu sexy. Kini bibirnya tidak hanya mengecup, namun melumat habis bulatan pink di dada. Menghisapnya begitu kuat seolah ingin menelan benda kecil mungil itu, sementara tangannya meremas benda yang kini mengeras dalam genggamannya.

Jaejoong memejamkan matanya erat. Kedua tangannya mencengkeram sprai yang baru tadi sore digantinya. Sementara kedua kakinya yang tanpa ia sadari membuka kian lebar. Semua aksi Yunho di atas tubuhnya membuatnya merasa gila, belum pernah sekalipun ia merasakan kenikmatan seperti ini. Kenikmatan yang saking nikmatnya sampai membuatnya merasa takut.

Sontak Jaejoong membuka matanya ketika merasakan Yunho mengangkat kedua lututnya dan membentangkannya. Jaejoong berusaha menegakkan tubuhnya hendak melihat apa yang Yunho lakukan, namun sayang ia tidak sempat ketika dengan gerakan cepat Yunho merendahkan tubuhnya dan menenggelamkan keseluruhan junior Jaejoong ke dalam mulutnya. Kembali tubuhnya terhempas ke kasur.

"Elmmph… elmmph…" Yunho mendesah menikmati apa yang kini berada dalam mulutnya. Kepalanya bergerak-gerak sedemikian rupa untuk menikmati junior Jaejoong semaksimal mungkin.

"Y-yunh~ aaahh… uuuugh! Eeeengh~" Jaejoong meracau tidak jelas ketika merasakan perutnya terasa melilit. Bisa dirasakannya Yunho yang menikmati juniornya makin ganas, "Ouuuh! Y-yun… a- hhh… aku… h-hampi… eeeegh…"

Yunho mengerti maksud Jaejoong, ia sendiri bisa merasakan benda dalam mulutnya terus menerus mengeluarkan cairan precum. Tangan Yunho tidak tinggal diam, dengan agak kasar tangan itu meremas-remas twinsball Jaejoong. Tak ayal hal itu menyebabkan kedua kaki Jaejoong bergerak liar.

Jaejoong memejamkan matanya sementara giginya menggeram keras, perutnya terasa mengencang secara alami. Terasa ada sesuatu yang mendesak keluar dari juniornya, "O-oogh… Y-YUNHOOOOO~~~"

Cairan kental dan putih itu melesak keluar dari sumbernya dan memenuhi rongga mulut Yunho. Tanpa sungkan-sungkan Yunho menelan seluruh cairan itu. Namja tampan itu kemudian meninggikan tubuhnya, membuat wajahnya sejajar dengan wajah Jaejoong. Wajah Jaejoong yang terengah-engah menjadi hiburan tersendiri untuknya.

"Lelah Boo?" tanya Yunho lembut sambil menyelusuri wajah Jaejoong dengan telunjuknya. Jaejoong membuka matanya, dengan lemah ia menggelengkan kepalanya.

"A-aku juga…" Jaejoong bergumam lirih.

Yunho memiringkan kepalanya bingung, "Juga apa?"

Perlahan rona merah merambat wajah cantik itu. Matanya melirik-lirik gelisah, "Emm… i… ituuu~"

Yunho tertawa kecil, dengan gemas ia menggigit pipi kiri Jaejoong, "Katakan dengan jelas Boo…"

"A-aku juga mau 'punya'mu…"

"Huh?"

"I-itu… seperti yang kau lakukan padaku…"

Yunho tertegun sejenak, namun kemudian ia menyeringai ketika mengerti maksud perkataan Jaejoong, "Kau ingin meng-oral 'punya'ku, hm?"

Jaejoong mengangguk. Ekspresi polosnya membuat Yunho gemas sendiri, "Bilang begitu saja kau malu…" Namja tampan itu kemudian beranjak ke kepala kasur. Disandarkannya punggungnya pada dinding sementara kakinya membuka lebar, "Nah, Boo… silakan…"

Jaejoong menarik napas untuk menetralisir detak jantungnya yang tidak beraturan, dengan merangkak ia beranjak mendekati Yunho. "Saranghae Yunnie…" bisik Jaejoong begitu ia sampai di hadapan Yunho. Yunho membalasnya dengan ciuman singkat, "Ne, nado Boo…"

Namja cantik itu terdiam sejenak sebelum kemudian mendadak meraup bibir Yunho. Berusaha melahap sebagaimana Yunho melahap bibirnya. Sementara tangannya menuruni bahu Yunho, lalu ke dadanya dan terus turun ke perutnya.

"Aaah…" desis Yunho ketika merasakan juniornya dibelai dengan begitu lembut. Jaejoong masih terus melumat bibir Yunho sedangkan tangannya tengah berusaha melepas restsluiting suaminya itu. Begitu terlepas, tangan Jaejoong menyusup ke dalam. Rona merah kontan menjalar di wajah cantiknya ketika ujung jarinya menemukan apa yang dicarinya.

Jaejoong melepas ciumannya setelah memberi sedikit jilatan pada bibir Yunho. Celana jeans Yunho ia turunkan hingga sebatas paha, demikian pula dengan boksernya. Kini mata besar Jaejoong tertuju pada junior Yunho yang berdiri tegak dalam genggamannya 0.o

Lama Jaejoong mengamatinya benda di tangannya itu. Bentuknya sama dengan junior Jaejoong *ya iyalah, namanya juga sama-sama namja =.=*. Yang berbeda hanyalah warna dan ukurannya. Warna junior Yunho lebih coklat dan ukuran juniornya termasuk super. Yah, singkatnya super junior lah…

"Jangan hanya dilihat Boo…" gumam Yunho ketika melihat Jaejoong yang terdiam menatap juniornya.

Jaejoong mengangkat kepalanya, menatap Yunho sejenak lalu kembali menatap apa yang berada dalam genggamannya. Perlahan Jaejoong menjulurkan lidahnya dan menjilat ujung junior Yunho.

"Egh…" erang Yunho lirih hampir tak terdengar. Jaejoong meneruskan kegiatannya, dengan lambat lidahnya menyusuri junior yang berukuran besar itu. Dari pangkalnya hingga ujungnya yang memerah. Jaejoong sontak berhenti menjilat ketika indera pengecapnya mengecap sesuatu yang perlahan keluar dari lubang kecil pada ujung junior Yunho. Merasa penasaran, Jaejoong menghisap-hisap lubang kecil itu.

"U-ugh Jae… j-jangan hanya dihisap… m-masukkan ke mulutmu…" himbau Yunho memberi tahu. Jaejoong mengangguk patuh, ia buka mulutnya dan berusaha memasukkan benda itu ke dalamnya. Sedikit sulit mengingat ukuran Yunho yang sebesar itu.

"Aaaahh…" Yunho mendesah lega ketika juniornya memasuki rongga mulut Jaejoong yang basah dan hangat. Jaejoong mulai menaik turunkan kepalanya, memanja junior super tegang yang berada dalam mulutnya. Yunho menggeram nikmat, tangannya mencengkeram rambut Jaejoong lumayan kuat. Jaejoong masih asyik dengan junior Yunho ketika tiba-tiba saja Yunho menarik kepalanya dan menciumnya sesaat.

"Kenapa Yun? Kau belum keluar 'kan?" tanya Jaejoong polos. Yunho tersenyum tipis, tangannya mendorong pelan bahu Jaejoong hingga membuat namja itu berbaring di kasur, "Karena ini malam pertama kita, aku ingin mengeluarkannya di tempat yang seharusnya," sahut Yunho.

Yunho lalu melepas celana yang masih tersangkut di kakinya. Namja tampan itu kemudian beranjak mendekati Jaejoong yang terbaring pasrah. Dengan tangannya, Yunho melebarkan kedua kaki Jaejoong dan menumpukannya pada bahu kekarnya. Yunho menelan ludahnya ketika melihat hole milik Jaejoong yang berwarna merah muda.

"Ne Jae, katakan kalau sakit." Dengan selembut mungkin Yunho memasukkan jari telunjuknya ke dalam Jaejoong. Bisa ia rasakan tubuh Jaejoong sedikit menegang karena itu. "Sakit?" tanya Yunho ketika melihat wajah Jaejoong yang meringis.

"H-hanya terasa asing. Ne, lanjutkan…"

Yunho mengangguk, kini ia memasukkan dua jarinya sekaligus ke dalam tubuh Jaejoong. "Aaaaagh!" Sontak Jaejoong melengkungkan punggungnya. Tangannya mencengkeram erat seprai hingga buku-buku jarinya memutih. Giginya menggeretak dan air matanya mengalir perlahan. Rasanya sakit sekali ketika tiga buah jari Yunho berada dalam hole-nya yang belum pernah dimasuki oleh apapun. Seolah hole-nya dirobek paksa.

Melihat wajah Jaejoong yang memerah karena kesakitan, Yunho merendahkan tubuhnya. Satu tangannya membelai pipi Jaejoong untuk memberikan rasa nyaman. Dengan lembut Yunho menjilat tiap tetes air mata Jaejoong yang mengalir. Jaejoong membuka matanya perlahan, melihat wajah Yunho membuatnya merasa lebih baik.

"Apa lebih baik aku berhenti?" tanya Yunho sambil mengecup bibir Jaejoong. Jaejoong menggelengkan kepalanya, "G-gwaenchana Yun…"

Yunho mengangguk. Tangannya yang tadi berada di pipi Jaejoong kini melingkar di pinggang ramping namja cantiknya itu. Perlahan Yunho menggerakkan tiga jarinya yang berada dalam hole Jaejoong. Yunho bisa merasakan pelukan erat dan sesekali ringisan kesakitan dari Jaejoong. Namja itu tahu kalau Jaejoong pasti menderita sekali, oleh karena itu ia mempercepat gerakan jarinya untuk mencari sweet spot Jaejoong.

"Ahh!" Reflek Jaejoong mendongakkan kepalanya ketika merasakan sweet spot-nya tertekan oleh jari Yunho. Yunho yang mengetahui itu tersenyum tipis, jarinya ia gerakkan sedemikian rupa menusuk-nusuk sweet spot Jaejoong.

"Aaahh~ Y-yunh… ouuuuhh~…"

Yunho kemudian menarik jarinya dan menegakkan tubuhnya kembali. Tangannya bergerak mengocok juniornya sambil memandang hole Jaejoong yang lumayan merekah. Jaejoong yang melihat itu hanya bisa pasrah, dia tahu setelah ini mereka akan sampai pada inti dari kegiatan ini. Tetapi membayangkan junior Yunho memasuki tubuhnya tak ayal membuatnya ketakutan juga. Baru tiga jari saja rasanya sesakit itu, apalagi dengan junior sebesar itu. Yunho tertegun ketika menyadari wajah Jaejoong yang memucat.

"Gwaenchanayo Boo…?"

"Y-yun… a-aku…" Yunho merendahkan tubuhnya. Dikecupnya lembut dahi berkeringat Jaejoong. Dia tahu pasti kalau Jaejoong ketakutan, namun meski begitu Yunho tidak ingin menghentikan ini. Bagaimana juga gairahnya sudah sampai ke ubun-ubun.

"Gwaenchana Boo, aku akan pelan-pelan."

Jaejoong tidak menjawab. Ia hanya memandang ragu pada Yunho. Namja cantik itu tersentak ketika Yunho melebarkan kakinya dan menggosok juniornya ke mulut hole Jaejoong.

"Gigit bahuku," ujar Yunho sambil menyodorkan bahunya ke depan mulut Jaejoong. Jaejoong yang tidak mengerti hanya memandang Yunho bingung.

"Gigit bahuku saat aku melakukannya, Boo," jelas Yunho memahami arti tatapan Jaejoong.

"Tapi nanti aku menyakitimu," bisik Jaejoong lirih.

"Gwaenchanayo, ketika aku melakukan ini bukankah kau juga akan merasa sakit? Jadi ini supaya kita impas, ne?"

Jaejoong memandang Yunho ragu, namun kemudian ia mengapit bahu Yunho dengan giginya. Sementara tangannya melingkar erat di leher Yunho. Kedua tangan Yunho sendiri mendekap bahu Jaejoong. Yunho menganggukkan kepalanya, memberi kode kalau ia akan mendorong pinggulnya.

"Eeegh!" Reflek Jaejoong menggigit kuat bahu Yunho ketika namja itu memajukan pinggulnya berusaha memasuki Jaejoong. Rasa sakit ini ratusan kali lebih sakit dari saat Yunho memasukkan jarinya. Yunho sendiri juga merasa sakit akan gigitan Jaejoong yang kuat pada bahunya, ia hanya menggeram menahan sakitnya.

"AAAGH!" Jaejoong berteriak kencang ketika Yunho menghentakkan pinggulnya dan langsung memasuki Jaejoong seutuhnya. Saking sakitnya sampai namja itu lupa menggigit bahu Yunho.

Yunho memundurkan wajahnya. Hatinya miris melihat Jaejoong yang sepertinya begitu kesakitan. Dengan lembut ia melumat bibir Jaejoong untuk mengurangi sakitnya, sementara satu tangannya memainkan junior Jaejoong. Yunho sendiri sudah tidak sabar untuk menggerakkan pinggulnya, namun dia diam menunggu hingga Jaejoong siap.

Jaejoong membuka mata sambil mengatur nafasnya. Perlahan ia naikkan kedua kakinya dan melingkarkannya pada pinggang Yunho. "Ne, bergeraklah…"

Yunho tersenyum, namja itu menaikkan tubuhnya seraya menggenggam erat tangan Jaejoong. Dengan pelan ia mundurkan pinggulnya, lalu menghentakkannya kuat. "Aaagh!" Jaejoong mendongakkan kepalanya merasakan sensasi aneh pada hole-nya.

Yunho menarik pinggulnya lagi lalu kembali memasukkannya kuat. Namja itu terus melakukannya hingga beberapa menit ke depan. Sambil menggerakkan pinggulnya, Yunho terus menatap wajah Jaejoong. Wajah cantik itu kini memerah sempurna, mulutnya membuka serta mengeluarkan desahan yang begitu merdu. Matanya terpejam erat dengan sebutir dua butir air mata di sudutnya. Rambutnya yang lumayan basah karena keringat bergoyang-goyang karena hentakan Yunho.

"Ooouh… Yunhoooohh… aahh…ahh…" Jaejoong terus mengerang seiring hentakan Yunho yang makin cepat dan bertenaga. Bisa dirasakannya juniornya yang kembali menegang menggesek-gesek perut rata Yunho. Kakinya yang tadi melingkar di pinggang Yunho kini mengacung ke atas.

Yunho terus menggerakkan pinggulnya, terus meningkatkan kecepatannya. "Ouhh Yunho!" Sontak Jaejoong melengkungkan tubuhnya ketika sweet spot-nya tersentuh oleh junior Jaejoong. Melihat itu Yunho meningkatkan kecepatannya dan terus menerus menusuk titik yang sama.

"Aaah! Aaah! Ahh! A-aku… h-hampir…" Jaejoong menggeram nikmat ketika merasakan orgasmenya hampir tiba. Tangannya yang tadi digenggam oleh Yunho kini mencengkeram punggung coklat namja itu. Desahan Jaejoong terlepas begitu saja ketika akhirnya juniornya kembali menyemprotkan cairan itu. Menyebabkan perutnya dan perut Yunho basah.

Yunho menghentikan aksinya sejenak, membiarkan Jaejoong menikmati pasca orgasmenya. "Kau menyukainya?" Yunho membelai lembut pipi Jaejoong yang lembab karena keringat. Jaejoong yang masih mengatur nafas hanya mengangguk. Dia pun hanya pasrah ketika Yunho meraih bahunya dan menggendongnya masih dengan posisi saling menyambung.

Jaejoong menatap Yunho bingung ketika suaminya itu menyandarkan tubuhnya ke dinding. Namun Jaejoong tidak sempat bertanya karena Yunho keburu menghentakkan pinggulnya. Kali ini gerakannya bisa disebut brutal dan agak kasar, beruntung Changmin sedang tidak dirumah, karena kalau iya Changmin pasti terbangun karena suara desahan Jaejoong.

"Ahh! Ahh! Ahh!" Jaejoong terus mendesah, menyuarakan kenikmatan yang ia dapatkan dari suaminya. Tubuhnya pun kini sudah basah karena keringat dan cairannya, begitu pula dengan Yunho.

Jaejoong mengerang kuat ketika orgasmenya yang ketiga kembali melandanya. Reflek hal itu membuatnya menyempitkan hole-nya dan meremas junior Yunho yang berada di dalamnya. Yunho hanya mampu menahan diri agar ia tidak menyusul Jaejoong saat itu juga.

Kembali Yunho merengkuh pinggang Jaejoong dan menidurkannya di kasur. Tubuhnya ia tegakkan dan mencengkeram paha Jaejoong kuat. Dan kembali ia menusuk Jaejoong dengan brutal. Jaejoong hanya mampu mendesah karena hal itu.

Tiga puluh menit berlalu, dan mereka masih pada posisinya. Dan selama itu Jaejoong mendapatkan dua kali orgasmenya. Jaejoong sendiri sudah lumayan lemas karena Yunho yang terus menghentaknya dengan kuat. Dalam hati ia benar-benar mengagumi ketahanan Yunho sebagai seorang pria.

"Aaaaaahhh~" Jaejoong mendesah lirih ketika orgasmenya yang ke enam mendatanginya. Bersamaan dengan itu ia bisa merasakan hole-nya tersiram oleh cairan hangat. Dari situ Jaejoong tahu kalau Yunho sudah mendapatkan orgasme-nya.

Yunho merebahkan tubuhnya di atas tubuh Jaejoong. Keduanya bernafas bersahutan seolah sedang memperebutkan oksigen. "Lelah Boo…?" Jaejoong hanya mengangguk sambil menatap wajah Yunho. Yunho kemudian menggeserkan tubuhnya ke samping Jaejoong, meski begitu ia sama sekali tidak melepas juniornya dari hole Jaejoong. Malah ia mendorong pinggulnya supaya juniornya menyeruak masuk lebih dalam sementara tangannya memeluk Jaejoong supaya mendekat. Begitu dekatnya hingga mereka bisa merasakan terpaan nafas masing-masing.

"K-kenapa tidak dilepas, Yun?"

"Aku suka berada didalammu, rasanya hangat…" sahut Yunho.

Iseng, Jaejoong menyempitkan hole-nya, meremas junior Yunho yang berada di dalamnya. Namja cantik itu terkikik geli melihat Yunho mendesah lirih karena ulahnya.

"Jangan menggodaku Boo…"

Jaejoong menyeringai, bukannya berhenti ia malah meneruskan kegiatannya itu. Ia sangat menikmati wajah Yunho yang memerah karena nikmat. Namun senyumnya mendadak hilang dan berganti menjadi horror ketika merasakan junior Yunho kembali menegang di dalamnya. Gantian Yunho yang menyeringai melihat Jaejoong.

"Sudah kubilang jangan menggodaku 'kan?"

"Y-yun… b-besok kita harus ke sekolah. Kau ingat?" Jaejoong berusaha memundurkan tubuhnya, namun gagal karena Yunho meraih pinggangnya kuat.

"Kau nakal sekali Jung Jaejoong-sshi, sebagai seonsaengnim aku akan memberimu hukuman."

"Y-Yun… Aah! Aah! Aah!"

Dan kembali kamar itu dipenuhi dengan suara erangan Jaejoong dan suara derit ranjang. Yah, sepertinya besok Jaejoong harus ijin sekolah.







---[11]---
Pagi yang cerah ditandai dengan matahari yang bersinar terang dan kicauan burung yang terdengar begitu merdu. Jaejoong yang terbangun karena suara dering ponselnya mengusap-usap wajahnya. Kedua mata indahnya itu terasa sangat berat. Bagaimana tidak kemarin Yunho tega sekali 'membantai'nya hingga jam lima pagi. Diliriknya Yunho yang masih tertidur pulas disampingnya. Dengan agak malas-malasan Jaejoong meraih ponselnya.

'Leeteuk-ah calling…'

"Ne, yeobesseyo?" Jaejoong mengangkat teleponnya.

"Jaejoong-ah? Mianhaeyo, kami mungkin pulang jam sepuluh pagi nanti. Jadi sepertinya Changmin tidak bisa sekolah hari ini. Mianhae."

"Ne, gwaenchana Leeteuk-ah. Changmin-nya mana?"

"Dia masih tidur. Apa perlu kubangunkan?

"Tidak usah. Ne, gwaenchana. Apa Changmin merepotkan?"

"Tidak, dia anak baik kok. Ne Jaejoong-ah, annyeong."

"Ne, annyeong." Jaejoong menjatuhkan wajahnya ke kasur begitu teleponnya dengan Leeteuk putus. Inginnya sih tidur lagi, toh Changmin juga jam sepuluh nanti pulangnya. Tapi mana bisa Jaejoong tidur lagi dengan matahari yang sudah bersinar seperti itu. Jaejoong melirik jam yang terpasang di dinding kamar, masih pukul tujuh lewat rupanya.

"Yun… Yun…" Jaejoong menggoyangkan bahu pria yang masih pulas di sampingnya.

Yunho membuka matanya perlahan, "Ne, selamat pagi Boo." Yunho menarik tengkuk Jaejoong dan melumat bibirnya.

"Kau tidak ke sekolah?" tanya Jaejoong. Tubuhnya menelungkup di atas tubuh Yunho, membuat sebagian dadanya menempel pada dada Yunho.

"Sekolah kok, kau tidak?"

Jaejoong memajukan mulutnya, "Gara-gara kau badanku sakit semua tahu!"

Yunho tertawa kecil, "Mianhaeyo, salah sendiri, kau yang menggodaku. Changmin sudah pulang?"

"Masih di rumah Leeteuk-ah, Leeteuk-ah bilang mereka akan pulang jam sepuluh nanti."

Yunho mengangguk kecil, pria tampan itu kemudian mendudukkan tubuhnya. Membuat Jaejoong yang bertumpu pada dadanya kembali terhempas ke kasur. Melihat Jaejoong yang telentang begitu membuat gairah Yunho kembali muncul, menyadari hal itu Jaejoong cepat-cepat bangkit walau harus mengernyit sakit pada bagian bawahnya.

"Aku mau mandi, kau mandi di kamar Changmin sana." Dengan tertatih Jaejoong yang sudah memakai boksernya berjalan menuju kamar mandi. Melihatnya membuat Yunho terkikik sendiri.

.

.

.

Selesai mandi Jaejoong turun ke bawah. Pria cantik itu terkejut melihat ruang tengah yang berantakan dengan bungkus-bungkus cemilan, lebih terkejut lagi ketika menyadari pintu depan yang belum terkunci. Huft, untung tidak ada maling yang masuk.

Jaejoong kemudian memilih untuk berkutat dengan dapur. Pria cantik itu menghidupkan rice cooker untuk memanaskan nasi. Karena ini masih pagi Jaejoong berpikir lebih baik dia memasak nasi goreng saja. Jaejoong sedikit tersentak ketika merasakan pelukan lembut dari belakangnya.

"Jangan mengejutkanku Yunho!" seru Jaejoong sambil memukul pelan kepala Yunho dengan sendok yang dipegangnya. Yunho mengaduh kecil meski begitu ia sama sekali tidak melepaskan pelukannya, justru lingkaran tangan pada pinggang ramping itu ia eratkan. Dagunya bersandar nyaman di bahu Jaejoong. Dan bagaikan bayi koala yang menempel pada induknya, Yunho terus menempel pada Jaejoong yang tengah memasak. Ck, padahal Changmin saja tidak semanja itu.

"Leher bajumu rendah sekali," gumam Yunho ketika menyadari Jaejoong mengenakan kaus berleher yang cukup lebar, "Mau menggodaku, ya?" lanjut Yunho sambil menghirup aroma vanilla yang menguar dari sana.

"Bicara apa sih? Dasar pervert," ketus Jaejoong sambil menyikut perut Yunho pelan. Pria cantik itu meneruskan pekerjaan meski agak terganggu karena Yunho yang terus menempel di belakangnya. Berkali-kali ia harus menggigit bibir untuk menahan desahannya ketika tangan nakal Yunho menjelajahi tubuhnya.

"Sarapannya… sudah siap…" bisik Jaejoong sambil meletakkan nasi goreng yang sudah matang ke meja makan dengan agak lemas. Lemas karena sedari tadi Yunho terus mengerjai telinganya yang lumayan sensitif.

"Aku sedang sarapan, jangan ganggu aku." Yunho meneruskan kegiatan menjilat leher Jaejoong, sesekali ia memberikan gigitan kecil disana. Jaejoong menumpukan tangannya di meja makan sementara Yunho masih memeluknya dari belakang. Pria cantik itu menggigit bibir bawahnya ketika merasakan junior Yunho yang mulai mengeras menusuk bagian belakang tubuhnya.

"Y-yun… i-itu… menusuk~" bisik Jaejoong lirih. Yunho tidak menanggapi, mulutnya asyik mengulum daun telinga Jaejoong sementara tangannya mulai menyusup ke dalam kaus Jaejoong.

"Jae…" bisik Yunho dengan suara beratnya, "Sebentar saja ya?" lanjutnya sambil meraba pantat Jaejoong.

"Tapi nanti kau terlambat ke sekolah…" sahut Jaejoong yang mengerti maksud Yunho.

"Gwaenchana, jadwal mengajarku sekitar jam sembilan." Dan tanpa persetejuan dari Jaejoong, Yunho langsung mengangkat tubuh Jaejoong ke kamar.

*** NC sedang berlangsung~ harap tunggu sebentar~***

Yunho merapikan dasi coklatnya sambil tersenyum cerah. Benar-benar pagi yang indah, begitulah pikir Yunho. Diliriknya jam dinding di kamar, 08:45. "Ne Jae, aku ke sekolah dulu ya?" ujar Yunho pada pria cantik yang menelungkup lemah di kasur. Pria cantik itu terlihat masih mengatur nafasnya yang memburu. Melihat itu Yunho tersenyum tipis,

Ia menundukkan tubuhnya dan mengecup dahi berkeringat Jaejoong lembut, "Saranghae Joongie…" bisiknya sambil mencium bibir Jaejoong sekilas.

Jaejoong hanya tersenyum tipis. Mata besarnya mengikuti hingga punggung Yunho keluar dari kamar. Tak lama terdengar suara mesin mobil, itu artinya Yunho sudah pergi. Jaejoong sedikit mengernyit sakit ketika ia membalikkan tubuhnya.

"Dasar pervert…" bisik Jaejoong lirih. Pria cantik itu kemudian memutuskan untuk mandi lagi. Yah jelas saja, karena aktivitasnya dengan sang suami beberapa menit lalu, tubuhnya terasa agak lengket.

.

.

.

~Beberapa minggu kemudian~

"Joongie-ya!"

Jaejoong yang sedang memainkan ponsel seorang diri di kelasnya menoleh ketika mendengar ada yang memanggil. Senyum manis menyeruak di wajahnya ketika mendapati suami sekaligus wali kelasnya berdiri di ambang pintu kelas. Cepat-cepat Jaejoong menghampiri orang itu.

"Lama menungguku?" tanya Yunho sambil mengecup pelan dahi Jaejoong. Tadi dia ada rapat dengan para guru. Jaejoong yang selalu pulang bersama Yunho mau tidak mau menunggu hingga rapat guru selesai.

"Tidak juga," sahut Jaejoong. Tanpa sungkan ia menggenggam tangan Yunho sementara tangan yang satunya masih sibuk dengan ponselnya. "Jangan berjalan sambil memainkan ponsel begitu, nanti kau jatuh," ujar Yunho memperingatkan.

"Tapi kau tidak mungkin membiarkanku jatuh 'kan?"

Yunho tertawa kecil. Ia memajukan wajahnya dan menggosokkan hidungnya ke hidung Jaejoong. Jika ada seorang yunjaeshipper yang melihat adegan ini, mungkin ia akan mati di tempat. Sambil bergenggaman tangan keduanya berjalan menuju parkiran sekolah. Mereka bisa melakukannya dengan leluasa karena seluruh koridor sekolah telah sepi.

"Oh ya, Leeteuk-ah sudah tidak bekerja lagi," gumam Jaejoong membuka pembicaraan dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.

"Jinjja?"

Jaejoong mengangguk, "Katanya sih supaya lebih mudah mengawasi perkembangan Kyuhyun, 'kan Kangin-sshi tinggal di luar Korea. Dia hanya memantau keadaan kantor dari rumah."

"Hemm… Berarti kita bisa mempercayakan Changmin sepenuhnya pada Leeteuk-ah ya?"

"Humm~ Yunho…"

"Ya?"

"Bisakah aku berhenti sekolah?" tanya Jaejoong sambil menatap Yunho.

"Mwo? Wae?" Yunho balas tanya sambil balas menatap Jaejoong. Namun hanya sebentar sebelum ia kembali menoleh ke jalanan.

"Supaya aku bisa mengawasi Minnie. Dia pasti kesepian setiap pulang sekolah." Jaejoong menundukkan wajahnya. Ia selalu ingat raut wajah Changmin yang begitu senang ketika ia dan Yunho pulang sekolah. Itu meyakinkan Jaejoong betapa kesepiannya Changmin ketika mereka tidak ada.

Bukannya menjawab Yunho malah tertawa kecil, tangannya terulur mengacak rambut Jaejoong, "Aku mengerti, tapi tetap saja itu bukan alasan untuk berhenti sekolah, ne?"

Jaejoong mengerucutkan bibirnya kesal, "Lagipula untuk apa aku sekolah lagi? Toh aku sudah menikah. Sekolah atau tidak pun ujung-ujungnya aku pasti di rumah mengurusimu atau Changmin, ya 'kan?"

"Tidak begitu juga 'kan Joongie-ya. Biar bagaimana juga pendidikan itu pasti bermanfaat. Lagipula apa kau mau Changmin diolok-olok temannya karena ibunya tidak tamat sekolah, huh?"

Jaejoong hanya menundukkan kepalanya dengan bibir yang masih mengerucut. Sekali lagi Yunho tertawa karenanya. "Setahun lagi 'kan kau tamat, bersabarlah…"

"Arraseo, arraseo," ujar Jaejoong akhirnya, "Ngomong-ngomong anak kelas tiga sudah mulai ujian ya?"

Yunho mengangguk, "Lalu setelah kelas tiga ujian, giliran kelas dua dan kelas satu yang ujian. Kau belajar yang rajin, jangan main terus, arra?" ujar Yunho sambil menarik pipi Jaejoong.

Jaejoong hanya manyun seraya mengusap-usap pipinya, "Huh, aku 'kan sering belajar, kau saja yang selalu menggangguku tiap aku belajar~"

Yunho tertawa kecil mendengarnya, "Makanya kalau belajar jangan pakai celana pendek, itu berarti kau mengundangku untuk mengganggumu tahu"

"Pervert!"

Yunho hanya tertawa kecil sambil mengacak rambut Jaejoong. Jaejoong sendiri membiarkan rambutnya diacak, toh dia suka kalau Yunho menyentuhnya dengan sayang begitu.

.

.

.

Makan malam yang tenang di keluarga Jung. Terlihat Yunho meminum jusnya dengan tenang sambil mengotak-atik ponselnya. Lalu Changmin yang makan dengan lahap sehingga membuat Jaejoong kelabakan membersihkan mulutnya yang penuh dengan nasi.

"Kaa-chan~"

"Hm?"

Changmin menelan makanan yang ada dimulutnya sebelum melanjutkan ucapannya, "Luca kaa-chan cama tou-chan diculuh ke cekolah~"

"Ke sekolah?" Jaejoong mengangkat sebelah alisnya, ia melirik Yunho sekilas, lalu kembali menatap Changmin, "Untuk apa Min?"

Changmin mengangkat bahunya, "Nggak tahuu~ Pokoknya halus datang~"

"Mungkin ini soal Changmin yang akan tamat TK sebentar lagi, ne?"

"Benar juga ya," celetuk Jaejoong, "Sebentar lagi Min tamat TK, terus masuk SD deh… Omoo… Minnie-yah sudah besar…" tambah Jaejoong sambil mengecup puncak kepala Changmin dengan gemas.

Changmin hanya nyengir sambil mengusap kepalanya.

.

.

.

Suara jarum jam memenuhi ruangan tamu malam itu. Jaejoong sedang duduk di karpet sambil mengerjakan PR-nya. Sedangkan Yunho sedang menidurkan Changmin. Sesekali Jaejoong memutar pulpennya ketika menemukan soal yang sulit. Namun tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan jawabannya, karena sebenarnya Jaejoong adalah siswa yang lumayan cerdas.

"PR apa?" tanya Yunho yang tiba-tiba datang dan langsung menyelipkan tangannya di pinggang ramping Jaejoong.

"Fisika," jawab Jaejoong singkat. Mata besarnya yang tertuju pada buku PR-nya menunjukkan bahwa ia begitu konsentrasi dengan pekerjaan rumahnya itu.

Yunho hanya menganggukkan kepalanya. Tanpa banyak bicara ia menumpukan kepalanya pada bahu Jaejoong. Sesekali tangannya mengusap pinggang 'istri'nya itu. "Yun, geli!" protes Jaejoong.

Yunho menghentikan usapannya, sebagai gantinya kini tangan jahilnya menyusup ke kaus Jaejoong dan menari-nari di perut rata pemuda cantik itu. "Yunnie-yaaaa~~~" rengek Jaejoong karena konsentrasinya buyar oleh Yunho.

"Pelit sekali," sahut Yunho sambil memajukan bibir bawahnya.

"Bukan pelit, tapi aku sedang mengerjakan PR."

"Arraseo, arraseo," ujar Yunho dengan nada kesal. Pria itu bangkit dari posisi duduknya dan duduk di sofa. Tangannya terjulur dan menghidupkan televisi yang sedari tadi dimatikan.

"Yunnie-ya, aku tidak bisa konsentrasi kalau kau menghidupkan televisinya!" protes Jaejoong lagi. Yunho mendecih kesal. Tanpa banyak bicara ia mematikan televisi dan berjalan menuju kamarnya.

"Yunnie-ya? Kau marah?" tanya Jaejoong sembari menatap punggung Yunho yang menjauh. "Yunnie-yaaa~?" panggil Jaejoong sekali lagi, kali ini menggunakan nada manja yang jadi andalannya kalau Yunho marah.

Namun sepertinya nada manja itu tidak mempan saat ini, karena Yunho tetap melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar mereka. Jaejoong menghela napasnya. Ia ingin menyusul Yunho, tapi Jaejoong tahu kalau menyusul Yunho sekarang ia pasti tidak bisa melanjutkan PR-nya. Akhirnya Jaejoong memutuskan untuk menyelesaikan PR-nya terlebih dahulu.

Jam menunjukkan pukul satu lewat ketika Jaejoong menyelesaikan PR-nya. Pria cantik itu tersenyum sambil menyusun bukunya. Namun senyumnya hilang ketika ia ingat bahwa dirinya masih punya satu PR lagi. Yup, menenangkan seorang Jung Yunho. Jaejoong yakin kalau Yunho masih marah padanya. Dan Jaejoong yakin pula untuk menenangkan amarah suaminya itu pasti mengorbankan waktu tidur dan mungkin 'lubang'nya juga.

'Krieeett'

Jaejoong membuka pintu kamarnya perlahan. Didapatinya kamarnya dalam keadaan remang-remang. Hanya lampu kecil di samping tempat tidur yang menyala. Jaejoong juga melihat gundukan di balik selimut yang ia yakini bahwa itu adalah Yunho. Yunho tidak tidur, Jaejoong tahu itu. Yunho tidak akan tidur kalau dirinya belum tidur, begitulah kebiasaan suaminya yang tampan itu.

Setelah mengganti kausnya dengan piyama dan meletakkan buku di rak buku, Jaejoong merangkak menaiki kasur dan menduduki tubuh Yunho yang seluruhnya ditutupi oleh selimut itu. Yunho tidur dengan posisi menyamping, sehingga Jaejoong kini duduk di pinggangnya.

"Yunnie-yaaa~~~" gumam Jaejoong manja. Tangannya menarik ujung selimut, namun ada tangan lain yang menahan selimut itu. Sesuai dugaannya, Yunho belum tidur.

"Mianhae Yunnie-ya~ Jangan marah padaku, ne?" ujar Jaejoong lagi sambil jarinya menusuk-nusuk pipi Yunho yang tertutup selimut.

"…"

"Aku tahu kau pura-pura tidur Yunnie-ya~ Jangan seperti ini, please?"

"…"

Jaejoong menghela napasnya. Yunho bukanlah tipe yang gampang merajuk seperti ini, tapi sekalinya merajuk akan susah membujuknya. "Yunnie-yaaaaa~~~" rengek Jaejoong sambil mengguncang-guncang bahu Yunho. Pria cantik itu memang mengantuk, tapi ia tidak mau tidur dalam keadaan bermusuhan dengan Yunho.

Jaejoong sedikit tersentak ketika Yunho membalikkan tubuhnya, sehingga kini Yunho berbaring dengan posisi telentang. Sekali lagi, masih dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Jaejoong yang tadi di pinggang Yunho, kini duduk di perut sixpack pria itu.

Kembali Jaejoong berusaha menarik ujung selimut, namun Yunho masih menahannya. Pria bermata indah itu mulai kesal dan kehabisan ide. Ia tidak tahu harus mengatakan apa untuk membujuk pria Jung ini. Ah, tidak kehabisan ide sih. Sebenarnya masih ada satu cara, namun Jaejoong ragu untuk mencobanya.

"Yunnie-ya! Aku akan kesal kalau kau tidak juga membuka selimut ini!" seru Jaejoong. Tapi sama seperti tadi, tetap tidak ada reaksi.

Jaejoong menghela napasnya. Oke, ini cara terakhir yang ia pikirkan. "Aku akan liburan ke Jepang, aku akan kencan dengan Siwon!" Jung Jaejoong mulai mengancam. Namun sayang disayang ancamannya tidak digubris sama sekali.

Pria cantik itu mulai mengerutkan alisnya karena kesal. Dengan cepat ia bangkit dari atas tubuh Yunho dan menuruni kasurnya. "Kalau kau marah padaku, aku juga akan marah padamu!" gerutu Jaejoong. Kini ia berniat untuk tidur di kamar Changmin saja.

Tetapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, lengan kirinya ditarik kuat. Otomatis membuat tubuh rampingnya terhempas ke kasur. Dan dalam sekejap seseorang menindih tubuhnya.

Yunho tersenyum atau tepatnya menyeringai melihat wajah Jaejoong yang cemberut. Pasti kesal karena Yunho tiba-tiba menariknya ke kasur. Dengan perlahan ia mengusap bibir Jaejoong, "Berani sekali kau ingin kencan dengan lelaki lain."

"Memang kenapa?" tantang Jaejoong.

"Kau tidak akan ke Jepang, Joongie-ya…"

"Huh?" Jaejoong menarik alisnya, "Wae?"

Senyum licik bagai serigala terukir di wajah tampan pria berusia dua puluhan itu. Ia menundukkan wajahnya lebih rendah. Membuat bibirnya nyaris bersentuhan dengan bibir Jaejoong. "Kau tidak akan kemana-mana Joongie-ya, karena aku akan membuatmu tidak bisa berjalan."

"Ap- Mmmmph!"

.

.

.

Bocah mungil berambut lurus itu menggerak-gerakkan badannya gelisah. Membuat sprai kasurnya berantakan dan selimutnya bergeser. Dengan enggan ia membuka matanya yang sangat mengantuk. Ia mendudukkan dirinya di tempat tidur sambil mengucek matanya.

"Aaahh… Uhh! Ahhhh… Yuuuunh~"

"Cuala itu lagi~" gerutu bocah kecil yang terganggu tidurnya, "Kemalin-kemalin juga kedengelan~ Omonaaa… Min jadi nggak bica bobok nih…" Bocah bernama Changmin itu menguap lebar. Ia mengambil boneka bintangnya dan mendekapkan kepalanya kesana. Berharap tidak lagi mendengar suara 'ahh-uhh' yang mencurigakan itu.






---[12]---
Pagi menjelang siang. Cuaca cerah dengan awan bergumpal memenuhi kanvas biru berupa langit. Bias-bias sinar matahari terlihat berebut melalui celah awan untuk sampai ke bumi. Di satu wilayah kota besar bernama Seoul, terlihat sebuah bangunan yang serupa rumah dengan halaman yang sangat luas.

Rumah itu tidak kecil, tapi juga tidak besar. Dindingnya berwarna merah muda pada satu sisi dan biru muda pada sisi lainnya. Di dinding itu pula terlihat berbagai gambar-gambar lucu. Seperti bunga, matahari, kupu-kupu dan lainnya. Dan di halamannya yang luas terdapat beberapa permainan yang cukup akrab dengan penglihatan kita. Seperti seluncuran, ayunan, jungkat-jungkit dan lain sebagainya. Yup, inilah dia TK dimana anak Jung Yunho dan Jung Jaejoong belajar dan bermain.

Si mungil Jung Changmin terlihat sedang duduk tenang sambil matanya melihat ke langit melalui jendela besar di kelasnya. (a/n :: bayangkan ruangan kelasnya seperti ruangan kelas Shin-chan ya?). Sesekali bocah mungil yang belum bisa berbicara dengan jelas itu mendesah. Matanya kembali ia alihkan pada kertas putih bersih yang terpampang di depannya. Hari ini Sungmin soensaengnim memberi tugas menggambar cita-cita di masa depan.

Changmin menghela napasnya, bukan ia bingung mengenai cita-citanya. Cita-citanya mudah saja. Yaitu menjadi orang yang banyak uang supaya bisa membahagiakan kedua orang tuanya dan makan sebanyak mungkin. Namun ada satu hal yang mengganjal pikiran bocah itu. Yup, mengenai suara-suara aneh yang ia dengar nyaris tiap malam.

Changmin lalu memutar kepalanya menatap gambar Kyuhyun. Di kertas gambar milik Kyuhyun itu, Changmin melihat gambar yang lumayan berantakan. Terlihat seseorang dengan senjata dan beberapa makhluk aneh yang bertanduk. "Kamu gambal apa Kyu?" tanya Changmin.

Kyuhyun tersenyum lebar, " Ini cita-cita Kyu~ Kyu ingin jadi pembelantas monctel!" ujar Kyuhyun bersemangat.

Changmin hanya mengangguk dengan wajah tidak berminat, hal itu rupanya sedikit membuat Kyuhyun merasa kesal. Bocah manis seperti perempuan itu melongokkan kepalanya ingin melihat gambar Changmin. Ia menaikkan sebelah alisnya ketika mendapati kertas gambar Changmin masih putih bersih, "Kok nggak gambal, Min?"

Changmin memandang Kyuhyun sejenak, lalu ganti memandang kertas putihnya, sedetik kemudian ia menghela napas, "Ada yang aneh di lumah Min, Kyu…" ujar Changmin pelan.

"Aneh?" Kyuhyun menaikkan alis kirinya, "Aneh gimana, Min?"

Changmin menggeser duduknya supaya lebih dekat dengan Kyuhyun, "Di lumah Min, tiap malam ada cuala-cuala aneh Kyu…"

"Cuala aneh? Cuala apa, Min?"

"Emm…" Changmin mengelus dagunya, "Cualanya begini 'uuhh~ ahhh~' gitu, Kyu. Udah gitu cualanya milip cuala kaa-chan~"

Kyuhyun mendengarkan dengan seksama. Terlihat dari kepalanya yang mengangguk dan dahinya yang berkerut, "Jangan-jangan di lumah Min ada monctel!"

"Mwo? Monctel?"

Kyuhyun mengangguk-anggukkan kepalanya dengan wajah serius, "Cepeltinya begitu! Coalnya cuala yang Min dengel itu menculigakan banget~"

"Jadi gimana dong? Maca di lumah Min ada monctel cih?"

"Begini caja!" Kyuhyun menjetikkan jarinya, "Ntal malem Kyu bobok di tempat Min, telus kita celidiki tentang monctel itu cama-cama!"

Changmin menganggukkan kepalanya tanda setuju, "Oke! Tapi jangan bilang cama tou-chan dan kaa-chan Min ya? Min nggak mau kalau meleka jadi khawatil!"

Kyuhyun mengangguk dengan senyum terkembang. Terbayang dalam benaknya kalau nanti malam ia akan memburu monster. Sesuai dengan cita-citanya.

"Aigoo… Kyunnie sama Minnie sudah selesai gambarnya?" tanya Sungmin soensaengnim yang tiba-tiba saja datang menghampiri mereka berdua. "Minnie kok belum menggambar?"

"Lagi nggak ada ide coencaengnim~" jawab Changmin.

Sungmin mengangguk. "Cungminnie~ ini gambal Kyu lhoooh~" ujar Kyuhyun girang sambil menarik kaus merah jambu Sungmin. Pria imut itu pun mengalihkan pandangannya ke kertas gambar Kyuhyun. Segera saja ia memuji gambar itu dengan kata-kata yang membuat wajah Kyuhyun memerah. Entah karena senang atau karena malu.

Dan pandangan Kyuhyun terus mengikuti Sungmin ketika gurunya itu berpindah melihat gambar-gambar muridnya lain. "Jangan celingkuh~" gerutu Changmin sambil menarik pipi chubby Kyuhyun. Kyuhyun hanya nyengir seraya mengusap pipinya.

.

.

.

"Kyunnie sama Minnie tidur sana gih," ujar Jaejoong.

"Min cama Kyu belum ngantuk kaa-chan~" tolak Changmin. Tangannya masih asyik menggoreskan crayon oranye di kertas putihnya. Demikian Kyuhyun yang melakukan hal sama di sampingnya. Sesuai rencana keduanya, malam ini Kyuhyun menginap di rumah Changmin. Yunho dan Jaejoong pun tidak menanyakan alasannya. Kyuhyun adalah teman baik Changmin, tidak salahkan kalau Kyuhyun ingin menginap di rumah Changmin.

Namun yang jadi masalah untuk Jaejoong adalah fakta bahwa kedua bocah lucu ini masih belum mau tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Jaejoong dan Yunho tengah duduk di sofa sambil menonton acara televisi, sedangkan Changmin dan Kyuhyun menelungkupkan badan mereka di karpet sambil menggambar.

"Yunnie!" desis Jaejoong pelan sambil mencubit pinggang Yunho. Bagaimana tidak, sedari tadi tangan suaminya itu terus menggerayangi dadanya. Bahkan sesekali memelintir nipple-nya. Jaejoong ingin sekali membalas perlakuan itu, tapi tidak dengan adanya Changmin dan Kyuhyun di dekat mereka. Untung saja Changmin dan Kyuhyun tidak lihat.

"Joongie-ya~ kita jadi nonton tidak sih?" bisik Yunho sambil menjilat telinga Jaejoong, sementara tangannya meremas-remas dada pria cantik itu.

Jaejoong hanya menggigit bibir bawahnya. Yang dimaksud Yunho adalah film dewasa alias film porno yang tadi dipinjam Yunho dari Yoochun. Niatnya sih mau nonton sekarang juga, tapi yah…

"Masih ada Changmin dan Kyuhyun, Yunnie-ya~"

"Jadi bagaimana? Kata Yoochun filmnya bagus. Aku jadi penasaran Joongie-ya~"

Jaejoong menghela napasnya. Ia pun sangat ingin menonton film itu. Belum pernah sekalipun Jaejoong menonton film semacam itu bersama Yunho. Ia penasaran akan seperti apa permainan Yunho setelah mereka menonton film itu berdua. Dengan cepat Jaejoong menarik tengkuk Yunho dan menciumnya dalam, "Bersabarlah sampai mereka tidur. Setelah itu tubuhku ini seratus persen menjadi milikmu," ujar Jaejoong sambil tersenyum nakal. Ia sedikit terangsang karena kata-katanya sendiri tadi.

Yunho hanya tersenyum mendengar kepastian dari sang istri. Segera tangannya ia lepas dari pinggang Jaejoong dan mulai menonton acara televisi dengan tenang. Berbeda halnya dengan Jaejoong yang kini dengan manjanya menumpukan kepalanya ke bahu Yunho dan melingkarkan tangannya pada pinggang suaminya itu. Yang dilakukan Yunho hanya mengelus-elus rambut halus Jaejoong, jarang-jarang istrinya ini bersikap begitu manja dan pasrah padanya.

Satu jam berlalu dan penantian pasangan JYJ alias Jung YunJae ini terbayar. Terlihat dua bocah laki-laki menelungkup di atas karpet dengan mata terpejam. Tangan-tangan mungil mereka masih menggenggam erat crayon yang mereka gunakan. Singkatnya Jung Changmin dan Kim Kyuhyun kini tertidur pulas.

"Yunnie-ya, mereka sudah tidur tuh," gumam Jaejoong sambil menunjuk kedua bocah itu. Namun ia mendelik kesal karena sang suami tidak merespon. Sepertinya Yunho tengah konsentrasi menonton film action di layar kaca televisinya. "Yunnie-ya! Jadi nonton tidak sih?" gerutu Jaejoong. Tangannya terulur mencubit pelan pinggang Yunho.

"Tumben sekali kau yang meminta, biasanya kau juga menolak kalau aku melakukan 'itu'"

Jaejoong mengeratkan pelukannya. Dengan nakal jari-jari lentiknya mengusap selangkangan suaminya itu, "Memang tidak boleh, umm?"

"Aish… Kau nakal sekali Joongie-ya."

"Ingin menghukumku?" goda Jaejoong. Kini telunjuknya menekan-nekan kesejatian Yunho yang telah mengeras.

"Ya! Kau benar-benar ingin dihukum rupanya!" Yunho berdiri tegak dari duduknya. Pria tampan itu kemudian menarik tubuh Jaejoong ke pelukannya dan berusaha mengangkat tubuhnya.

"Eh? Kita mau kemana? Bukannya kita mau nonton film itu?" tanya Jaejoong bingung.

"Kita nonton di kamar, pakai laptop-ku," jawab Yunho singkat, "Kalau disini takut Changmin dan Kyuhyun terbangun."

"Kenapa tidak membawa Min dan Kyu ke kamar Min saja?"

"Aku takut kalau nanti mereka terbangun jika kita memindahkan mereka. Sudahlah, kita ke kamar sekarang juga!" Dan tanpa basa-basi lagi Yunho langsung memikul tubuh Jaejoong di pundaknya. Sesekali Jaejoong mendesis pelan karena ulah tangan nakal Yunho yang meraba pantatnya.

.

.

.

'Tik, tik, tik'

Suara jarum jam terdengar berirama bagai detak jantung. Ruang tengah keluarga Jung itu terlihat tenang. Sepi. Nyaris tanpa suara, kecuali detak jam tadi. Terlihat dua orang bocah tertidur dengan lelapnya di karpet lembut berwarna coklat itu. Kertas gambar mereka telah acak-acakan karena tertimpa tubuh mungil keduanya dan crayon-crayon aneka warna berserakan di sekitar mereka.

Keduanya terlihat tidur dengan pulasnya, namun beberapa detik setelahnya salah satu dari dua bocah itu terbangun. Seorang bocah berambut ikal duduk sambil mengusap matanya yang mengantuk. "Pengen pipis~" gumam Kyuhyun lalu beranjak pergi menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur.

Dengan langkah gontai karena masih mengantuk, Kyuhyun membuka pintu kamar mandi dan membuka celananya. Sesekali ia menguap pelan sambil menunggu kegiatan buang air kecilnya selesai. Namun mata yang tadi seperempat terbuka kini terbuka sepenuhnya ketika telinganya yang mungil bin polos mendengar suara-suara aneh.

"Uuuumh~ ahh!"

Suara itu terdengar samar-samar namun sukses membuat Kyuhyun merinding ketakutan. Cepat-cepat ia membasuh junior mungilnya dan memakai celananya, tak peduli hal itu membuat celananya sedikit basah. Dengan cepat ia berlari ke arah Changmin dan membangunkan bocah itu. "Min! Bangun! Bangun!" seru Kyuhyun sambil mengguncang bahu Changmin.

"Eumm~ Ada apa Kyunnie?"

"A-ada cuala-cuala aneh Minnie~~~" rengek Kyuhyun sambil menggenggam erat kaus Changmin.

"Cuala aneh?"

"Umm~" Kyuhyun menganggukkan kepalanya dengan cepat. Tangannya masih menggenggam kaus Changmin dengan erat, "Di lumah Min benelan ada monctel~"

Changmin menajamkan pendengarannya, dan sesuai ucapan Kyuhyun suara 'ahh-uhh' mencurigakan itu memang terdengar. Seperti berasal dari lantai dua. "Allaceo, ayo kita cali acal cuala itu."

"Mwo?" Kyuhyun membulatkan mata bulatnya, "Celius? Kalau kita yang dicelang monctel itu gimana?"

"Bukannya cita-citamu mau jadi pembacmi monctel ya, Kyu?"

"Itu 'kan kalau Kyu cudah becal, cekalang Kyu kan macih kecil~"

Changmin swaetdrop mendengarnya. "Cudahlah, cekalang kita cali pengaman, lalu kita celang monctel itu!"

Kyuhyun ingin menolak. Namun ia memilih diam dan mengikuti Changmin. Kedua bocah polos dan mungil itu berjalan mengendap-endap menuju dapur. Sesampainya di dapur, Changmin menarik kursi menuju lemari dapur. Tangan-tangan mungilnya mengacak-acak lemari itu dengan pelan. Ia tersenyum puas ketika menemukan dua buah panci yang biasa digunakan Jaejoong untuk memasak air.

Changmin meloncat turun dari kursinya. Sekali lagi perlahan dan tanpa suara. Ia tidak mau kalau si monster menyadari keberadaannya. Dengan agak kesusahan Changmin berusaha memanjat counter dapur. Kali ini ia mengambil sendok sayur dan spatula yang tergantung disana.

"Pakai," perintah Changmin sambil menyerahkan panci kepada Kyuhyun. Kyuhyun mengambil panci itu, ia melihat Changmin memakai panci itu di kepalanya dan Kyuhyun ikut memakai panci itu kepalanya. Sekarang mereka terlihat seperti bocah bertopi panci(?).

"Nah, kalau begini kan lebih aman," ujar Changmin bangga. Ia menyerahkan spatula pada Kyuhyun, sedangkan ia menggenggam sendok sayur dalam genggamannya.

"Kita benal-benal akan mendatangi monctel itu?"

"Um, Min takut kalau monctel itu akan melukai kaa-chan atau tou-chan."

Dengan langkah pelan dan mengendap-endap, Changmin dan Kyuhyun menaiki tangga. Keduanya terlihat begitu hati-hati. Beberapa langkah berikutnya, dan dua bocah manis itu berhenti di depan sebuah pintu bercat putih. Dari dalam pintu itulah suara-suara aneh itu berasal.

"Ini 'kan kamal kaa-chan dan tou-chan?" bisik Changmin. Kyuhyun di belakangnya menganggukkan kepalanya, "Belalti monctelnya ada di kamal Yun ahjucci dan Jae ahjumma?"

"Mwo?" Changmin menolehkan kepalanya ke arah Kyuhyun, matanya menatap horror pada bocah berambut ikal itu, "Belalti kaa-chan tou-chan dalam bahaya dong!"

Sekali lagi Kyuhyun mengangguk, "Lalu bagaimana?" Changmin tidak menjawab. Suara-suara itu masih terdengar, bahkan lebih jelas dari sebelumnya, "Itu cuala Jae ahjumma 'kan?" celetuk Kyuhyun.

"Ne," gumam Changmin. Wajahnya terlihat begitu cemas. Ia begitu khawatir kalau kaa-chan kesayangannya itu dilukai oleh sang monster. Changmin ingin mendobrak ke dalam, namun bocah sekecil dia belum berani menghadap monster yang pasti sangat mengerikan. Beberapa kali Changmin pernah menonton film berbau horror yang menampilkan rupa monster atau iblis. Dan menurut Changmin mereka itu menyeramkan dan jahat.

"Ahh! Yunho!"

Changmin dan Kyuhyun sama-sama tersentak ketika mendengar suara Jaejoong yang lebih seperti pekikan kecil itu. Dalam pikiran mereka yang masih sangat polos, Jaejoong sedang diserang oleh monster itu dan meminta bantuan Yunho. Namun Yunho tidak bisa membantu, atau parahnya Yunho sudah mati lebih dulu dibunuh oleh monster kejam itu.

Tubuh mungil Changmin bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca dan bibirnya gemetar. Ia sungguh tidak sanggup membayangkan kalau setelah malam ini selesai ia tidak lagi bisa melihat ayah dan ibunya. Tidak lagi bisa memakan masakan lezat sang ibu atau mendapat pelukan hangat dari sang ayah.

Berbekal nekat Changmin mendorong tubuhnya menghantam pintu itu. Kyuhyun terkejut melihatnya. Ia tidak menyangka Changmin seberani itu.

Mata Changmin membulat sempurna. Keringat dingin membasahi dahinya. Tidak sedikit pun pintu itu terbuka. Sepertinya terkunci dari dalam. Bocah mungil itu mulai panik. Terdengar suara gaduh dari dalam kamar. Changmin mulai terisak pelan.

'Klekk.'

Pintu terbuka tiba-tiba. Dan Changmin langsung menangis histeris ketika melihat Jaejoong -yang membuka pintu-. Bagaimana tidak. Piyama ibunya itu berantakan dan dikancing dengan asal. Rambutnya sedikit berantakan dan bibirnya terlihat bengkak. Serta yang membuat Changmin makin histeris adalah banyaknya titik-titik merah mencurigakan di leher putih Jaejoong. Dalam benak polos Changmin, pastilah monster itu yang menggigiti ibunya sampai seperti itu.

"Aigoo… Ada apa?" seru Jaejoong panik. Ia berjongkok supaya tingginya sejajar dengan Changmin. Pria cantik itu merasa heran, sekaligus malu. Malu karena Changmin dan Kyuhyun berdiri di depan pintu kamarnya ketika ia dan suaminya tengah bercinta. Jaejoong hanya bisa berharap semoga suara desahannya tidak terdengar oleh dua bocah itu.

"Min, min… Waeyo chagi?" tanya Jaejoong lembut sambil menepuk-nepuk pipi Changmin dengan pelan. Changmin menghentikan tangisannya. Dengan wajah basah karena air mata dan sedikit terisak, ia bertanya, "Kaa-chan gwaenchanayo~?"

"Gwaenchana, Minnie-yah. Ada apa?" tanya Jaejoong lembut.

Changmin tidak menjawab, ia memilih melongokkan kepalanya ke dalam kamar. Dilihatnya ayah tersayangnya tengah memakai kaus putihnya. Tidak ada monster di dalam kamar itu. Yang ada hanya kasur yang terlihat sangat berantakan.

"Monctelnya cudah pelgi, Min," celetuk Kyuhyun yang ikut melongok ke dalam kamar.

"Monster?" Jaejoong mengernyit bingung, "Monster apa?"

Changmin mengalihkan wajahnya ke arah Jaejoong lagi, "Kaa-chan benelan nggak apa 'kan?"

"Iya sayang. Kaa-chan baik-baik saja kok, memangnya kenapa?"

"Tadi Kyu cama Min dengel cuala aneh dali kamal Jae ahjumma! Jadi kami kila ada monctel di kamal Jae ahjumma" jawab Kyuhyun cepat.

"Mwo?" Dalam sekejap saja wajah Jaejoong memerah parah. Ternyata suara desahannya memang sampai terdengar oleh Changmin dan Kyuhyun.

"Kaa-chan kenapa tadi cualanya cepelti itu? Kaa-chan dicelang monctel ya?"

'Iya, dan monsternya adalah ayahmu,' jawab Jaejoong dalam hati tentu saja. Pria cantik itu tersenyum manis. Dengan lembut ia membelai pipi dan mengusap rambut halus Changmin, "Tidak ada apa-apa sayang. Semuanya baik-baik saja kok."

"Jinjja?"

Jaejoong mengangguk tanpa menghapus senyum manisnya. "Ada apa ini?" tanya Yunho yang sedikit penasaran kenapa Jaejoong begitu lama mengurusi Changmin dan Kyuhyun. "Min? Kyu? Kenapa jam segini malah terbangun? Ayo sana tidur lagi," perintah Yunho.

Changmin dan Kyuhyun mengangguk bersamaan. Namun bukannya masuk ke kamar Changmin, dua bocah itu malah memasuki kamar Yunho dan Jaejoong. Keduanya langsung naik ke kasur yang berantakan. Untung Yunho dan Jaejoong belum 'keluar', jadi seprai putih itu masih aman dari cairan-cairan mencurigakan XD

"Kenapa tidur disana?" tanya Yunho dengan nada sedikit tidak senang.

"Aniyo! Min cama Kyu bobok dicini aja!" seru Changmin.

Kyuhyun mengangguk cepat, "Kami ingin memactikan Jae ahjumma nggak dicelang monctel lagi!"

"What?"

Jaejoong tertawa kecil. Ia bangkit dari posisi jongkoknya. "Sebaiknya yang tadi ditunda dulu ya?" bisik Jaejoong pada Yunho.

"Ha? Tapi Jae…"

"Ada Min dan Kyu, Yunnie-ya. Tadi mereka terbangun karena mendengar suaraku."

Yunho memasang wajah terkejut. Namun sedetik kemudian ia menghela napas, "Oke, kita tunggu sampai mereka tidur, lalu kita lanjutkan di sofa, ne?"

"Tidak," jawab Jaejoong cepat menghapus seringai mesum di wajah Yunho. "Aku tidak mau mereka terbangun lagi. Sekarang kau tidur di sofa, biar aku tidur bersama mereka."

Yunho melongo tidak percaya, "Kau mengusirku Joongie-ya?"

"Aish bukan begitu. Hanya saja aku tidak yakin kau bisa menjaga tanganmu jika kau tidur bersamaku. Bukannya aku tidak mau. Tapi 'kan ada Changmin dan Kyuhyun."

Yunho ingin membantah, namun pada akhirnya ia memilih untuk mengalah, "Arraseo," ucapnya pelan dan berjalan keluar kamar. Melihat Yunho yang terlihat putus asa, membuat Jaejoong iba juga. Ia berlari kecil mendekati suaminya yang akan menuruni tangga. Dengan cepat Jaejoong menarik tangan Yunho dan mencium bibirnya kilat, "Mianhaeyo~" gumamnya sambil tersenyum nakal.

Yunho sih inginnya membalas godaan 'istri'nya itu. Tapi apa boleh buat, Jaejoong sudah berlari memasuki kamar. Yunho hanya menghela napas sambil tersenyum lirih, setelah ini ia bersumpah akan membuat suatu malam dimana Jaejoong menjerit-jerit menyebut namanya.

Membayangkannya saja sudah membuat seringai mesum terpampang di wajah tampan itu.

*author tarik napas*



end

-------] #berpedang [-------

Uploaded Contact: han_mingi@yahoo.co.id

Kalo udah dibaca, komentarin lah.  Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini. Biar blognya rame n rajin di-update.


Kritik dan saran bisa dikirim lewat

-------] Thank’s for reading [-------

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar