Cowok Rasa Apel [9]

Thursday, June 22, 2017


Kutarik koper-koper itu. Ehh, anjrit…!!! Berat banget?!! Ini kan kopernya Denis kemarin? Kok… masih ada isinya…?! Kok ada di sini?!!

. . .



Title: Cowok Rasa Apel (9)
Author:  tommylovezacky
Submitted: 5 Januari 2012
Disclaimer: Cerita dari Teman
Rate: M
Length: Chaptered


WARNING!

Typo.

menXmen.

Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan diambil dari website.

Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!

Cerita ini ditulis oleh seorang penulis dengan nama noel solitude, terima kasih karena telah memberi ijin cerita ini dimuat di blog ini. *tommylovezacky’s blog

-------] @bluexavier69 [-------



... ..   Pulang   .. ...

Lima hari di Bali. Akhirnya aku pulang…

Sampai di rumah masih agak siang. Sambutan di rumah adalah sesuatu yang nggak bisa dihindari: pertanyaan pikniknya asyik apa nggak, mampir kemana saja, jajan apa saja, oleh-olehnya mana…? Ya, begitulah. Memang sebuah piknik yang berkesan, tapi namanya orang baru selesai menempuh perjalanan jauh pasti capek! Mama tetap saja nanya ini itu, dari waktu masih di mobil sampai tiba di rumah, nyerocos terus… Huhhh… Letih sekali.

Kubongkar muatanku, kuturunkan dari mobil. Aku menjinjing ranselku masuk ke rumah. Mama membopong plastik-plastik yang berisi oleh-oleh, yaahhh… pilihannya bisa dimaklumi. Papa memasukkan mobil ke garasi, nggak terlalu pusing denganku seolah aku pulang dengan selamat sudah cukup.

Aku duduk di sofa ruang tamu. Menikmati suasana rumah ini lagi, yang sudah kutinggal selama lima hari. Memandangi dari sudut ke sudut, foto-foto keluarga dan lukisan pemandangan sawah di dinding bercat biru semu. Menatap ke luar pintu, pada teras yang berubin coklat muda, menyambung dengan taman kecil dengan rumput-rumput yang hijau… Kentongan berbentuk lombok merah, dan juga lonceng pipa di serambi… berbandul emblem yang berukiran gaya Bali, berdenting-denting ditiup angin yang sejuk menerobos masuk melewati pintu… Pikiranku yang penat terbawa lagi kepada semua kesan tentang perjalananku di Bali… Bali yang memberi pengalaman pahit, tapi kemudian menumpuknya dengan pelajaran hidup yang berharga. Aku tersenyum di tengah lamunanku. Aku akan merindukannya, dan pasti akan ke sana lagi suatu saat nanti. Ke Bali yang penuh kesan…

Ahhh… Kendati begitu, suasana rumah ini dan keluarga ini, yang meski cuma lima hari kutinggal tapi rupanya aku juga merindukannya… Rumahku yang memberi rasa tenang dan damai ini. Tapi… Setelah lima hari meninggalkan tempat ini, sepertinya aku juga akan kehilangan salah satu yang berharga darinya… Mungkin yang aku bisa, hanya merindukannya setelah dia pergi… Aku nggak akan lihat Denis lagi di sini. Sodara kembarku yang cuma tinggal beberapa hari di sini, tapi… aku akan sangat merindukannya.

Sebagaimana diriku yang ingin berubah, rumah inipun nggak akan pernah sama lagi…

“Nih minumnya…” Mama nyodorin teh yang masih agak panas.

“Tante sama Om udah balik ke Medan ya…?” gumamku.

“Iya, tadi pagi…”

“Denis juga ya…?”

“Ya iyalah… Dia nggak pamitan sama kamu?”

“Udah, tadi pagi pas mau berangkat dia sempat nelpon…”

“Berarti udah tahu kan…?” Mama sedikit mencibir. “Kenapa? Kangen ya sama Denis…?”

Aku memandangi Mama yang tersenyum-senyum jahil. “Kapan kita gantian nengok dia di Medan, Ma…?” gumamku menerawang.

Senyum jahil Mama perlahan berubah jadi raut haru yang lembut. “Kalo kamu libur lagi kita kesana…” bisik Mama.

Aku tersenyum simpul. Itu cukup menghiburku…

“Istirahat dulu sana…” sahut Papa yang ikut gabung di ruang tamu.

“Mandi dulu sana!” sela Mama.

“Nggak usah, kalo capek ya tidur!” balas Papa.

“Tapi kalo mandi dulu kan jadi enak tidurnya!” Mama ngeyel.

“Nggak usah mandi, nggak bau kok…” cetusku sambil berdiri. “Habis tidur baru mandi!”

Aku menggeloyor menuju ke tangga di ruang tengah. Meniti tangga dengan lesu. Lalu segera membuka pintu kamarku. Diam sejenak berdiri di muka pintu…

Kulihati kamarku. Tiap-tiap sisi dan sudut. Rapi, seperti sebelum Denis tinggal di sini. Selama ada Denis, hampir tiap hari berantakan. Tapi kok aku malah kangen ya…? Siapa lagi yang bisa kumarahi? Siapa lagi yang bisa kuajak berantem? Siapa lagi yang bisa kuajak main, ngobrol sambil tiduran, nyanyi, main gitar…?

Aku melangkah masuk. Kupandangi tempat tidurku. Dua bantal masih tertata berderet. Denis biasanya tidur di sebelah kiri… Ahhh… Badanku pun terjatuh, kutaruh kepalaku di atas bantal yang biasanya dipakai Denis. Kurengkuh juga guling kesayanganku. Kupejamkan mata.

Entah berapa lama aku tidur…

Saat terbangun, rupanya sudah malam…

Kulihat jam di mejaku, jam delapan malam. Padahal masih capek. Pinginnya tidur sampai pagi. Gara-gara banyak nyamuk, aku jadi terbangun. Aku bangkit dengan malas, mencari obat nyamuk electrik yang biasanya aku pakai buat ngusir nyamuk.

Tapi… aku sudah cari sampai kolong-kolong meja dan tempat tidur, kok nggak ketemu ya? Aku bergegas keluar dari kamar, turun ke lantai bawah.

“Bik, tahu obat nyamuk electrik yang biasa aku taruh di kamar nggak?” tanyaku ke Bik Marni, pembantu rumahku yang sedang beres-beres meja setrika.

“Wah, nggak tahu, Mas Dimas. Tapi kalo nggak salah kemarin Om Frans yang bawa ke kamarnya…” jelas Bik Marni.

Aku langsung menuju ke kamar yang kemarin dipakai Om Frans sama Tante Hilda. Aku cari obat nyamuk electrik itu di tiap sudut kamar. Belum ketemu. Aku melongok ke bawah tempat tidur…

“Haahhh…?” aku kaget, ada dua koper besar di situ.

Kutarik koper-koper itu. Ehh, anjrit…!!! Berat banget?!! Ini kan kopernya Denis kemarin? Kok… masih ada isinya…?! Kok ada di sini?!!

OOHHHH…!!! Ini ada yang nggak beres nih…!!!

“MAAAAA…!!!” teriakku sepanjang langkah ke kamar Mama.

“Eeeeehhh!!! Ini ngapain sih pakai teriak-teriak?!!” Mama keluar dari kamar.

“Hayoo!!! Mama ngaku aja, pasti ada yang lagi disembunyiin nih?!!” tanpa basa-basi aku langsung nuduh…!

“Ihhh… Apaan sih? Main tuduh sama Mama…?!”

“Halahh! Mama nggak usah pura-pura! Itu kenapa koper-kopernya Denis masih di sini?! Masih ada isinya lagi!!! Sengaja diumpetin ya…?!”

Mama langsung kelihatan gugup. Bengong melihatku berapi-api mengajukan bukti dari tuduhanku.

“Ini pasti konspirasi nih! Mama ngaku aja lah…! Denis beneran balik ke Medan nggak?!” aku ngomel-ngomel.

“Dimas kok gini sih…? Kayak anak kecil mainannya diumpetin…? Tadi Dimas udah makan belum, Bik?” Mama masih mau mbulet, pakai nanya ke Bik Marni segala.

“Mama nggak usah ngeles ya…! Jawab aja kenapa sih? Denis belum balik ke Medan kan?!” omelku sambil memelototi Mama, geregetan!

Mama akhirnya nyerah. Nggak bisa pura-pura lagi, udah ketahuan, ada buktinya!

“Iya iya! Denis belum balik ke Medan!” akhirnya Mama ngaku.

Wajahku terbelalak, mulai berbinar. “Terus? Kenapa belum balik…?!” penasaranku makin menanjak.

“Yaa… Dia memang… nggak mau balik… Dia pingin pindah sekolah di sini…” jawab Mama agak kikuk.

Aku terperanjat lagi. Pindah sekolah…? Beneran…?

“Lho… Kalo mau pindah sekolah bukannya musti ngurus-ngurus dulu? Memangnya bisa dadakan? Kemarin aja Denis bilang siap balik ke Medan kok?” kulikku, susah untuk percaya!

Mama mendesah. Memandangiku dengan raut agak payah…

“Sebenarnya… Denis itu memang mau dikembaliin sama Tante ke sini, Mama sama Papa yang minta. Cuma… kan yang nentuin tetap Denis-nya sendiri, dia mau balik kesini ato nggak. Awalnya sih, dia memang masih ingin tetap tinggal di Medan. Tapi baru kemarin, sehari sebelum balik ke Medan, Denis mutusin pingin sekolah di sini…! Yaa… memang ribet sih jadinya, orang sudah telanjur dipesankan tiket pesawat… Tapi yaaa… Masa tiket pesawat lebih penting sih…? Denis tetap lebih penting buat Mama sama Papa, apapun pilihan dia…” ujar Mama makin lirih, matanya kelihatan hampir berkaca-kaca. “Dia udah dipisah jauh sejak kecil, dia pingin pulang ke sini lagi masa masih dihalang-halangi sih…? Ini kan rumah dia juga… Kita ini satu keluarga… Mama sama Papa senang, kita bisa ngumpul lagi…”

Kini aku jadi terharu mendengar kata-kata Mama. Aku jadi nggak bisa ngomong apa-apa sekarang… Kalau aku nggak malu sama Mama, mungkin akulah yang udah nangis duluan…

“Entah apa yang bikin Denis berubah pikiran… mendadak seperti itu… Tapi Mama yakin kok, Denis mutusin itu bukan karena ada yang maksa… Kamu bisa kan… nerima Denis lagi…?” ujar Mama seraya mengusap rambutku.

Aku hanya mengangguk pelan, dan tersenyum penuh arti seperti senyum Mama. Akhirnya… Keluarga ini berkumpul lagi seutuhnya… Ini adalah keputusan yang terbaik untuk kami semua…

“Tante sama Om pesan, kamu harus bisa jaga adik kamu baik-baik… Boleh berantem tapi nggak boleh musuhan…” tambah Mama.

“Ngapain dijagain? Udah sama-sama gede juga…” aku langsung ngeles dengan jaim. Memangnya Denis anak umur sepuluh tahun apa? “Terus, kalo gitu ngapain koper-kopernya diumpetin segala?!” tanyaku, mulai jutek lagi.

Mama jadi kikuk lagi, dan tersenyum rada malu. “Yaa… Denis ngajak bikin kejutan buat kamu… Gitu…” jawab Mama selintutan kayak anak kecil kepergok bikin ulah.

KEJUTAN…??? Oooo… Alasannya se-simple itu ya? Jadi aku sampai hampir nangis bernostalgia dan membayangkan bakal kangen sama Denis, ternyata cuma termakan akal-akalan ini? Ooo… Kejutan ya…?!!

Aku menahan kejengkelanku. “Hmmm… Berhubung rencana udah ketahuan, berarti tinggal satu pertanyaan yang harus Mama jawab dengan jujur…!” tukasku.

Mama bengong menatapku…

“DIMANA DENIS SEKARANG…???!!!”

:twisted: :twisted: :twisted:

Reuni

“Eh, monyong… Bangun!”

Bukkk!

Aduhhh…! Siapa sih nih? Nimpuk kepala gue?! Nggak sopan amat ganggu orang tidur?!! Setengah memicing, mata gue menangkap sosok yang nggak gitu jelas lagi kacak pinggang…

“Bangun, dodol…!” orang itu nimpuk lagi pake bantal.

“Lohhh… Elu, Mas…?” gue langsung kaget begitu nyadar mahluk yang nimpukin gue… si Dimas!

“Nah, ngapain ngumpet di sini?! Mau ngerjain aku kan? Mau bikin kejutan kan?! Sekarang sapa yang kaget? Sapa?!!” omel Dimas sambil gebukin pakai bantal lagi.

“Lu ngapain sih uring-uringan kayak gini?!” otomatis gue protes!

“Puas nangkap kamu!!! Pakai ngumpet di rumah Eyang segala!!! Makan nih kejutan! Nih…!!!”

“Aaaahhhhhhh…!!!” gue langsung berontak waktu Dimas mulai menyergap dan gelitikin pinggang gue. “Lepasin, anjrittt!!!”

“Ogah…!” Dimas malah cekikikan, tambah reseh.

Gue kibas sodara kembar gue itu, lalu gantian gue rajam dia pakai bantal sampai gelagapan. Sampai bantal habis terlempar semua ke lantai. Dengan sigap gue terjun dari dipan… Kabur…!!!

“Eittt… Jangan lari!!!” seru Dimas.

Bodo…! Sumpah, paling ogah gue kalau jahilnya si Dimas kumat…! Dengan lari ngebut gue menyelamatkan diri ke luar kamar…

Dimas ngejar…! Dan…

Brukkkk!!!

“Gusti Allah…!!!” pekik Kakek waktu gue nabrak dia di ruang tengah! Dan… Kraaakkkk!!! Sangkar burung yang sedang dibawa Kakek terjatuh ke lantai…

“Maaf, Kek… Nggak sengaja!” gue jadi gelagapan minta maaf.

“Lho lho… Manuk’e mabur…!” seru Kakek sambil nunjuk burung piaraannya yang lepas dari sangkar…

Aduhhhh… Tambah runyam!!!

Burung yang lepas itu terbang berkitaran di ruang tengah. Kakek langsung lari nutupin semua pintu dan juga jendela…

“Hayooo! Tanggung jawab, ditangkap burungnya!” seru Kakek marah.

“Itu Dimas yang bikin gara-gara!” jelas aja gue nunjuk Dimas, orang memang dia yang bikin gara-gara!

“Weeee… Yang nabrak Eyang kan kamu?!” Dimas langsung ngeles dengan tampang blo’on.

“Kamu berdua! Kalo burungnya gak ketangkap, tak gebuki kabeh…!!!” Kakek langsung naik pitam ngambil pentungan pengganjal pintu…

“Iya iya iya!!!” gue sama Dimas nggak bisa menghindar dari murka Kakek yang ngancam pake pentungan, terpaksa ngejar terbangnya si burung yang masih berputar-putar di ruangan.

“Gara-gara lu nih…!”

“Kamu yang nabrak!!!”

“Lu yang usil duluan!”

“Kamu pakai ngumpet di sini?!”

Bruaaanggg…

Klonthaanggg…

“Gusti Allah…!!!”

“Dimas tuh, Kek…!”

“Denis, Mbah…!”

“DIAAAAMMM…!!! TANGKAP BURUNGNYA…!!!”

Kok gue bisa ketahuan seehhhh…??!!!

====selesai===

:evil: :evil: :evil:



-------[ xavier224 ]-------

Sekali lagi tommy ucapin terima kasih kepada NOEL_APPLE yg udah ngijinin cerita ini di post disini, dan juga selamat untuk Cowok Rasa Apelnya yang akan segera terbit dalam bentuk novel. buat temen2 yg penasaran ma season 2 dr cerita ini, bisa ditunggu ampe novelnya terbit… sekali lagi terima kasih dan selamat



-----] #berpedang [-----

Uploaded Contact: tommylovezacky@gmail.com


Kalo udah dibaca, komentarin lah.  Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.


Kritik dan saran bisa dikirim lewat



-----] Thank’s for reading [-----

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar