“Hmmm, kamu ingin aku cepat pergi” katanya sambil melangkah ke arahku namun matanya tak lepas dari kontolku yang tampak jelas masih tegang\.
“Bukan!” aku jadi serba salah, “serba salah ngomongnya” lanjutku sambul senyum.
“Aku tak akan pulang sebelum kamu mengisi aku” bisiknya ke telingaku.
“Mengisi?” tanyaku pura-pura tak tahu.
“iya kentoti aku. Aku suka dikentot. Aku suka lubangku digenjot”
Title:
Uploaded by:
Submitted:
Disclaimer: Cerita milik penulis
Genre:
Rate:
Length:
WARNING!
Typo
menXmen
Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan di ambil dari web.
Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!
-----] @bluexavier69 [-----
Ku lihat jam menunjukkan 05.30.
Sambil membuatkan kopi dua gelas, aku merasa geli sendiri mengingat kejadian tadi. Ketika aku menginginkan pelukan seperti di film Brokeback Mountain, eeehh pucuk dicinta ulam pun tiba. Bedanya dengan film tersebut, kalau di film tersebut, adegannya adalah adanya penolakan dari kawannya, sedangkan yang baru terjadi, justru malah lebih suka.
Aku membawakan kopi yang kubuat ke dekat tempat tidur. Di tempat tidur dia masih berbaring sambil melihatku dengan senyumnya yang menawan. Kedua tangannya dibawah kepalanya, sehingga nampaklah bulu keteknya yang menghitam. Uihhh darahku berdesir ingin membenamkan wajahku di sana.
Kontolnya yang tak dia selimuti terlihat sedikit lemas. Dengan kantung telornya yang menghitam. Jembutnya lebat diikuti garis mengarah ke pusarnya menghitam. Ohh seksi sekali. Rambutnya khas polisi, dan jenggot serta kumisnya, dari kejauhan nampak menggelap dari kulit wajahnya. Sedikit agak kasar, namun sangat merangsang sekali apalagi tadi saat ku jilati leher serta jakunnya, kekasaran jenggotnya menggaruk hidungku dan sesekali kena ke bibir atasku. Sangat merangsang sekali.
Dua gelas tadi kuletakkan di atas kursi yang kudekatkan ke kaki tempat tidur. Aku duduk di ujung tempat tidur dekat kaki kanannya.tepat di arah posisi tidurku tadi. Dengan tangan kananku kuusap kaki kanannya yang penuh bulu.
“Kopi nih, nanti keburu dingin” kunaikkan usapan tanganku kearah pahanya, tapi hanya sedikit ke atas lutut.
“Iya” jawabnya pendek dan membiarkan tanganku. Namun kuhentikan sejenak.
Kuputar badanku kearah dia. Aku mencari sesuatu. Dapat. Diujung tempat tidur sebelah kanannya. Celana dalamnya kuambil. Berwarna putih. Kulihat sebelah dalamnya tepat di daerah kontolnya terbungkus, warnanya menguning. Aku suka melihatnya apalagi baunya. Di depan dia aku menempelkan celana dalamnya ke hidungku. Kutarik nafas dalam-dalam. Ohh nikmatnya. Baunya menusuk hidungku dan sangat kusuka.
Kudengar dia bergerak. Dan mendekat ke arahku. Dia menurunkan kakinya, dia duduk disampingku. Tanpa bergeming akan kehadiran dia, aku terus menikmati bau celana dalamnya.
“Dua setengah hari tak diganti. Dan aku juga suka membaui cdku sendiri” bisiknya ke telingaku. Nafasnya sangat merangsang di bulu tengkukku. Kemudian dia menggigit lembut telingaku.
Tangan kananku meraba pahanya. Semakin ke atas mendekati telornya. Gigitanya berganti jadi jilatan. Lidahnya seakan hendak mengentot telingaku. Aku membiarkannya. Tangan kirinya melingkar dan memegang pinggangku. Mengelus dan meraba. Kontolku dalam celana pendekku, membentuk tenda kemah yang menonjol, karena aku tidak memakai celana dalam. Sedang kontolnya sudah berdiri, mengarah ke atas. Aku mengelus telornya. Dia merenggankan kakinya agar tanganku bebas bergerak.
Aku melihat kearah kontolnya, sehingga kepalaku sedikit tertunduk. Dia menggarukkan bulu jenggotnya yang kasar ke tengkukku. Aku menggeliat. Aku mulai terbakar lagi. Apalagi kontolnya mengarah ke atas, ingin rasanya mengulum kembali. Aku melingkarkan tangan kananku ke pinggangnya. Dan aku sambil memejamkan mata menempelkan pipiku ke pipinya. Kugesekkan pipiku, agar aku mersakan kekasaran bulu di wajahnya.
“Minum kopi yuk, nanti keburu dingin”, kubisikkan ke telinganya sambil merenggangkan spasi antar kami.
Aku mengambil gelas untuk dia dan dia menerimanya. Dan kuambil gelasku, dan mencoba meminum sedikit. Kemudian aku berdiri dan melangkah dekat perapian. Ku ambil celana panjangnya dan mencoba menggenggam bagian bawahnya.
“Sudah kering.” Kataku menghadap dia.
“Hmmm, kamu ingin aku cepat pergi” katanya sambil melangkah ke arahku namun matanya tak lepas dari kontolku yang tampak jelas masih tegang, dari tonjolan celana pendekku yang tak ber-CD.
“Bukan!” aku jadi serba salah, “serba salah ngomongnya” lanjutku sambul senyum.
Dia menempelkan badannya ke tangan kiriku. Sehingga tangan kiriku menyentuh kontolnya yang sudah mengeras tapi belum tegak sempurna. Kontolnya langsung kupegang. Tangan kanannya memegang pinggang kananku. Ku kocok-kocok kontolnya sebentar lalu kuusap telornya.
“Aku tak akan pulang sebelum kamu mengisi aku” bisiknya ke telingaku.
“Mengisi?” tanyaku pura-pura tak tahu.
“iya kentoti aku. Aku suka dikentot. Aku suka lubangku digenjot”
“Apa gak sakit nantinya,” kataku sambil memutar badan dan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya. Dia merapatkan diri dan melingkarkan kedua tangannya ke pinggangku juga. Sangat sangat intim sekali.
“Malah lebih nikmat” katanya memperkuat dekapannya.
Kulumat mulutnya dengan rakus. Kumasukkan lidahku dan kitarik krmbali. Lidahnya pun demikian. Kepalaku bergerak sedikit kebawah mengarah ke putingnya. Kepalanya menengadah ke atas.
Bibir dan lidahku mempermainkan putingnya yang kiri dan kanan. Dia merasa nikmat yang luar biasa. Dia bergumam entah apa. Tangannya mengusap-usap punggungku. Kadang dia mempererat pelukannya sehingga wajahku menempel habis di teteknya berakibat aku susah bernapas. Namun seakan tahu dia melonggarkannya.
Aku melanjutkan seranganku semakin ke bawah. Aku memutar-mutar wajahku ketika tongkat saktinya berada tepat di hidungku sampai dahiku. Setelah beberapa kali, aku mengulum sampai kepangkalnya. Dia bergetar seakan hilang keseimbangan. Aku menkankan tanganku dengan kuat seakan menarik pantatnya sampai ia berjinjit mengimbangi gerakanku. Tongkat saktinya sudah tegak maksimum. Tangan kananku bergerak mengocok kontolku sendiri agar semakin tegak. Bila saatnya tiba dia meminta langsung bisa menikam.
Tanpa pelumas jari telunjuk tangan kiriku mulai menusuk dam mempermainkan lobangnya. Dia merilekskan lingkar anusnya. Malahan dia memperlebar kakinya agar akses jariku lebih leluasa. Saat jari telunjukku mulai masuk setengah, dia mulai gusar. “Ah, shhhh ahhhhhh” Aku tahu jariku terlalu kasar masuk ke anusnya. Karena terlalu kupaksa tanpa pelumas. Aku menariknya. Kontolnya kulepas dari mulutku. Seakan menyapu hidung dan wajahku, kontolnya terayun ke atas. Telornya aku jilat kemudian. Dia menekukkan kakinya. Lidahkupun menjalar ke pangkal telornya kea rah duburnya. Kemudian aku berdiri. Dengan berbisik kuajak dia ke tempat tidur. Sambil bibir kami saling menepel, dia mundur pelan-pelan ke tempat tidur. Di saat betisnya menyentuh tempat tidur, dia langsung duduk sambil menarikku. Dan akupun mendorong dia.
Aku melanjutkan serangan ke arah bawah. Dia mengangakt kedua kakinya. Dan lidahkupun menjulur kea rah anusnya. Hmmm tak ada bau sedikitpun. Semakin lama lidahku semakin rileks masuk. Maka akupun mengganti lidahku dengan jariku. Kuusap-usap dada dan perutnya. Agar dia tetap merasa hot. Setelah puas dengan lidahku akupun berdiri. Tanpa dimintanya lagi aku mengarahkan rudalku ke arah lubangnya. Dia mencoba melihat dengan mengangkat badanya. Kakinya semakin dia perlebar.
Dia menutup paksa matanya dan mulutnya menganga saat rudalku mulai menerobos masuk. Dia sedikit berteriak saat kepala kontolku mulai dijepit duburnya. Aku tahu dia mulai merasakan masuknya. Aku mengulum mulutnya yang disambutnya dengan rakus. Kontolku aku tarik sedikit. Kemudian masuk. Dan semakin masuk, dalam kulumanku, dia menggumam kuat.
“Sakit?” aku bertanya setelah kulepas mulutnya. “Sedikit! Tapi lanjut aja! Memang begitu rasanya tapi enak” jawabnya Mendengar jawabannya begitu, aku menekan kuat kontolku, sampai-sampai aku merasa kontolku seakan mau patah berlipat. Kulihat wajahnya meringis. Sambil pantatku tetap menekan, kujilat lehernya, kubasahi lehernya dengan liurku. Sampai akhirnya kontolku amblas bersarang di anusnya. Setelah bersarang aku tegak berdiri. Kudiamkan sebentar tanpa bergerak. Kutarik kembali kontolku. Aku melihat lobangnya melingkar bagai liang, setelah kontolku lepas. Sebelum liangnya mulai menutup. Aku mendorong kontolku kembali.
Wajahnya tidak seperti meringis lagi. Sepertinya dia tidak merasa sakit lagi. Aku mulai mengejotnya. Kutarik pinggulku dandorong kembali. Kuraih kontolnya. Kukocok perlahan seirama genjotanku. Namun dia melarangnya. “Jangan, nanti langsung nembak” katanya. Akupun melepasnya. Keringatku mulai kurasakan mengalir di dahiku. Sambil kugenjot, aku mengulum mulutnya. Dan kulengketkan perutku sebisa mungkin ke perutnya yang sedikit buncit. Dapat kurasakan perkakas jantannya menggesek perutku. Dalam hati aku berpikir kalau dia memang bottom sejati. Karena walaupun duburnya sedang digenjot, kontolnya tetap terhunus sempurna. Padahal aku sudah pernah merasakan anusku digenjot begini, tapi kontolku tak bisa tegang seperti dia. Setelah beberapa kali tarik dorong, dia memeluk aku dengan kuat. Aku tahu, telah tiba waktunya buat dia. “Aku mau nembak” katanya lirih. “keluarkan sayang, ohh sayang! Tembakkan saja” kataku.
Kemudian aku memasukkan lidahku ke mulutnya yang dia layani dengan sedotan kuat. Seakan mau meremukkan badanku dia memelukku sekuat tenaga. Dan kurasakan panas laharnya membasahi perut kami berdua. Dan genjotanku semakin kupercepat. Beberapa kali semburan dapat kurasakan. Pelukannyapun mulai melemah. Aku berhenti menggenjot. Dan kurasakan manisnya lidahnya dalam mulutku. Dia mengusap wajah dan rambutku. Setelah dua menit kurang lebih berciuman, aku kembali menggenjot duburnya. Diapun mengusap usap badan aku seakan mau memelukku. Namun pada akhirnya pertahannanku jebol juga. Setelah beberapa menit setelah dia menembakkan, laharnya akupun mulai merasakan hal serupa.
Sumsum di tulangku mulai kurasakan bergerak dari kakiku. Ohhh nikmatnya mulai terasa akan meledak. “Ahhhhh, bang akuuuuu mau nembak!” kataku lirih “Tembakkan didalam, ohhh sayang. Lepaskan didalam” katanya memberi semangat. Aku menancapkan kontolku sedalam mungkin yang diimbanginya dengan dorongan pantatnya. Seiring dengan itu, menyemburlah laharku ke dalam ususnya. Ohhhhh nikmat sekali. Kutarik sedikit dan kutancapkan kembali sedalam mungkin. Setelah beberapa semburan, akupun merasa lemas seiring dengan tembakan terakhir. “Jangan langsung lepaskan sayang! Biarkan sampai lemas didalam agar spermamu gak langsung keluar. Aku ingin dia didalam” katanya padaku. Akupun memutar kakinya dari perutku, sehingga tanpa melepas kontolku dari duburnya aku bisa merebahkan tubuhku di belakangnya.
Dengan perlahan aku merebahkan badanku dibelakangnya. Aku menyelipkan tanganku diantara ketiaknya. Dia memluk tanganku itu dengan mesranya. Kujilat keringat di leher belakangnya. Setelah kontolku lemas, kontolku lepas sendiri dari anusnya. “Sudah lepas” bisikku di telinganya. Dia pun memutar badannya. Sambil memeluk aku dia membisikkan. “Sudah waktunya, aku pulang dulu yah. Tapi bolehkah aku datang lagi?” tanyanya. Dengan tersenyum aku menjawab, “sebebas yang abang mau”. Kami pun berciuman dengan memainkan lidah dalam sesaat. Kemudian dia bangkit dan meraih celana dalamnya. Dalam posisi duduk dia memakai celana dalamnya. Akupun duduk di pinggir tempat tidur.
Dia bangkit dan berpakaian. Saat dia berpakaian, aku tidak melihat adanya noda di celana dalamnya saat dia membelakangi aku. Aku jadi berpikir apakah spermaku memang sedikit saja yang keluar. Tapi melihat besarnya belahan pantatnya, spermaku takkan bisa keluar dengan cepat pikirku. Setelah selesai perpakaian, aku berdiri masih tanpa sehelai benang di tubuhku. Dia memeluk dan menciumi aku di bibir. Akupun mengimbangi dia dengan pelukannku. Seakan tak rela saling melepas. “Sudah kapan-kapan bisa kita lanjuti, nanti terlambat” kataku pada akhirnya. “Iya, aku masih ingin merasakanya, tapi aku harus pergi dulu” katanya sambil melepas pelukan. Dia tersenyum melihat wajahku, akupun tersenyum. Lantas tangannya mendarat memegang telorku dan kontolku. Aku diam saja. Dia berjongkok, dan langsung mengulum kontolku sekalian telorku. Aku merasa keenakan bercampur geli. “jangan berjongkok, nanti meleleh. Ntar celana abang nampak aneh lagi” aku memperingatkan dia. Dia pun seakan tersadar langsung berdiri dan tertawa. Diapun mempersiapkan motornya. Aku mengambil sarung yang dia pakai untuk kupakai sekedar menutupi ketelanjanganku pada saat pintu terbuka. Kubukakan pintu. Sejenak sebelum pintu terbuka lebar, dia kembali menempelkan mulutnya kemulutku. Aku menerimanya. Selepas itu tangan krinya mencengkeram bagian kontolku dan dia berkata: “Aku sangat senang sekali mampir disini. Aku pasti datang kembali. Masih ingin mengisapnya” katanya dengan senyum yang menunjukkan dia memang betul-betul merasa senang. “Sepertii yang kubilang tadi, kapan abang mau, dia selalu siap, percayalah” jawabku. Kemudian dia keluar dan aku berdiri di pintu. Dengan melambai dia melaju dengan perlahan dari rumahku. Setelah dia tak nampak lagi baru aku menutup pintu. Dengan tersenyum aku melepaskan sarungku dan di dekat tempat tidur, aku memandangi kontolku yang telah lemas setelah dua ronde menembakkan peluru cairnya.
Aku bergegas mandi. Sambil mandi dan bernyanyi kecil. Aku kembali mengingat kejadiannya semua. Begitu indah dan sangat nikmat.
-----] #berpedang [-----
Uploaded Contact:
Source:
Kalo udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.
-----] Thank’s for reading [-----
0 komentar