Get Me Free, Master! [2]

Saturday, September 15, 2018


"Kenapa, rubah?" Sasuke mencibir, membuat mata Naruto semakin terbelalak. "Kau rubah berekor Sembilan yang sedang mencari tuan bukan? Agar kau bisa berubah menjadi manusia seutuhnya."

"Dari mana kau tahu?!"





Title: 
Uploaded by: 
Submitted: 
Disclaimer: Cerita milik penulis
Genre: 
Rate: 
Length: 


WARNING!

Typo

menXmen

Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan di ambil dari web.

Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!

-----] @bluexavier69 [-----










Author



Princess Love Naru Is Nay




Disclaimer

Naruto Masashi Kishimoto



History Gumiho Korea



Genre

Romance – Hurt/comfort



Pairing

Sasuke Uchiha X Uzumaki Naruto



Slight

Itachi Uchiha X Uzumaki Kyuubi



Rated M



Warning

OOC, miss typos,

YAOI or BoyXBoy,

Lime, Lemon,

No Like? Don't read!





HAPPY READING ALL!



"Dari baumu." Sasuke mengendus aroma tubuh Naruto yang menyengat. Wewangian citrus serta feromon memabukkan yang bisa membuat siapa pun mabuk kepayang.

"Kau tahu?" Tanya Naruto mulai gemetaran. Ia takut pemuda di sampingnya itu adalah orang jahat yang akan membunuhnya setelah tahu identitasnya. Jika ia bisa tahu dirinya adalah siluman hanya dalam sekali lihat, sudah bisa dipastikan bahwa pemuda di sampingnya itu adalah seseorang yang hebat.

Sasuke tidak menjawab, ia hanya diam saja melihat Naruto yang duduk beringsut berusaha menjauhinya. Membuat ia tersenyum geli karena tingkah polosnya.

"Kau sedang mencari tuanmu bukan?"

"Y-ya."

"Bagaimana kalau aku?" Tanya Sasuke sambil tersenyum tulus. Kali ini benar-benar tulus, berbeda dengan senyuman mengejek atau seringaian jahat yang sejak tadi terus Sasuke pamerkan. Membuat kedua pipi tan caramel itu sedikit memerah.

'Dia tampan sekali…' Naruto membatin.

"Jadi?" Sasuke berusaha membuyarkan lamunan Naruto. membuat Naruto tersentak dan semakin salah tingkah.

"Kau serius? Kau tidak takut aku membunuhmu lalu memakanmu?"

"Aku dulu yang akan 'memakan'mu Dobe." Sasuke terkekeh. Naruto kembali cemberut tapi tidak lama kemudian ia mengangguk.

"Baiklah, tapi berjanjilah kau tidak akan membunuhku."

Sasuke terdiam. Ia berusaha menelan ludahnya yang mendadak pahit. Hatinya bergemuruh membuat dadanya semakin sakit. Sesak! Sasuke merasa napasnya semakin sesak.

"Ya…" kata Sasuke parau. Membuat Naruto yang melihat perubahan raut wajah Sasuke itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Kenapa dia?

"Panggil aku Sasuke." Sasuke memperkenalkan diri. Baru menyadari sejak tadi Naruto tidak memanggil namanya.

"Yah, Sasuke… aku mohon bantuannya agar bisa mendapatkan kebebasanku."




Naysaruchikyuu



"Sasuke… sungguh bukan aku yang melakukannya." Lirih seorang gadis yang menangis terisak di depan pemuda bermata onyx yang tengah menatapnya murka. Bersimpuh di bawah kakinya memohon ampun karena kesalahan yang memang tidak pernah dilakukannya.

Sasuke, pemuda yang menggunakan hakama berwarna putih itu sama sekali tidak tergerak hatinya. Di tengah hutan, sore itu ia terus saja mengacungkan pedangnya. Sesekali ia melirik seonggok mayat di samping gadis itu yang mati secara mengenaskan.

Dadanya berlubang dengan tubuh berlumur darah. Matanya terbelalak seolah menunjukkan betapa mengerikannya jelang-jelang kematian yang ia rasakan. Wajah yang biasa memancarkan kehangatan itu kini putih memucat, air hujan yang mengguyur tubuhnya seolah sama sekali tidak bisa menghapus jejak-jejak darah yang terus keluar dari lubang tubuhnya.

"Kau membunuh ibuku…" Sasuke mendesis sinis. Gadis berambut pirang yang bersimpuh di kakinya itu menggelengkan kepalanya cepat. Air matanya sudah menyatu dengan air hujan. Ia memang tidak melakukannya, ia tidak mungkin membunuh ibu mertua yang sangat disayanginya.

"Sungguh percayalah padaku Sasuke…" Naruko, gadis berkulit tan itu semakin sesenggukkan. Kimono putih yang kini ia kenakan berubah kemerahan karena tadi berusaha menyelamatkan sang ibu. Uchiha Mikoto.

Namun Sasuke yang sudah terlanjur murka itu sama sekali tidak menggubris penjelasan Naruko. Ia tidak percaya ada rubah berekor Sembilan lain yang membunuh ibunya sementara saat datang ke tempat itu, ibunya tergolek tak berdaya di atas tanah dengan Naruko yang duduk di sampingnya.

Sesekali petir saling menyambar, suara jangkrik meramaikan suasana hutan yang nyaris seperti kuburan. kilat-kilat kecil menambah kesan mengerikan saat menyorot wajah Sasuke. seolah malaikat maut yang hendak mengeksekusi, Sasuke benar-benar kehilangan akal sehatnya.

"Sasuke…"

"Nyawa harus ditebus dengan nyawa Naruko…" kata Sasuke dingin. Naruko menggelengkan kepalanya cepat, ia bukan takut pada kematian. Ia hanya tidak mau Sasuke menyesal di kemudian. Mata Naruko sedikit melebar, ia tiba-tiba teringat satu hal, mungkin saja Sasuke akan percaya jika ia sudah mengatakannya.

"Sasu-"

Jleb!

Naruko melebarkan matanya, sebuah pedang menembus punggung dan jantungnya. Matanya melebar mendongak menatap Sasuke yang terus memasang wajah bengis.

Tidak percaya…

Naruko masih tidak percaya ia akan dibunuh oleh sosok orang yang sangat amat dia cinta.

Kemudian tubuh Naruko roboh. Air matanya menetes semakin deras, saat dalam posisi menyamping pun ia tetap menatap Sasuke penuh sayang. Sama sekali tidak ada sorot kebencian yang dia simpan.

Naruko tersenyum getir, ia berusaha menahan rasa sakit di tubuhnya. Berkat awalnya ia yang adalah siluman rubah, ditusuk menggunakan pedang tepat jantung pun dirinya tidak langsung mati. Namun, Naruko masih punya waktu beberapa menit lagi. Ia tidak ingin mati dengan diiringi tatapan benci.

"Sasuke…" panggil Naruko lirih. tapi pemuda itu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya berdiri. "Kau tahu Sasuke? aku memang rubah berekor Sembilan, aku memang makhluk terkutuk yang dipenuhi kebencian. Aku memang sering menggoda manusia untuk kubunuh lalu kumakan hatinya. Tetapi, ada yang tidak kau tahu, jika setelah seratus hari aku bersama orang yang kucintai tanpa satu orang pun yang tahu, aku bisa berubah menjadi manusia seutuhnya."

Perkataan Naruko kontan saja membuat ekspresi wajah Sasuke memucat. Tubuhnya mendadak gemetar saat ia mulai menyadari suatu hal. Seharusnya, jika seekor siluman rubah sudah ditusuk mengenai jantungnya, ia akan dipenuhi banyak bulu lalu mati dengan wujud rubahnya.

Tapi Naruko berbeda, ia tetap memiliki wujud manusia. Safirnya yang semakin layu itu menatap Sasuke penuh sayang, darah bukan hanya mengalir dari lubang di tubuhnya, tapi juga melewati celah-celah mulutnya mengotori wajah cantiknya.

Melihat Sasuke yang mendadak berlutut dengan tubuh gemetar hebat, Naruko mengulurkan tangannya, berusaha menggenggam tangan Sasuke lalu ia arahkan ke perutnya. Ia juga belum sempat memberitahu Sasuke kabar gembira yang lainnya.

"Na-Naruko…" kata Sasuke tergagap. Ia menatap safir itu tak mengerti. Kenapa gadis itu tersenyum saat tangan Sasuke ia sentuhkan ke perutnya?

"Di sin-nih…" kata Naruko semakin kesulitan untuk bicara. "Ad-dah bay-yimuh… Suk-keh."

"NARUKOOOOO!" teriak Sasuke menggila. Ia tidak kuasa untuk menahan dirinya saat melihat Naruko yang mulai memejamkan matanya. Tidak bergerak, tidak bernapas, tidak lagi menunjukkan senyuman lembut yang selalu menenangkannya.

Apa yang sudah dilakukannya?

Apa yang sudah diperbuatnya?

Bagaimana mungkin ia membunuh istrinya sendiri?

Istrinya yang tidak bersalah dan kini sedang mengandung bayinya?

Dengan gemetaran Sasuke mengangkat kepala Naruko, ia meletakan kepala gadis pirang itu di pangkuannya. Memeluknya erat sambil terus mengoyang-goyangkannya. Berharap Naruko segera membuka matanya dan mau memaafkannya. Berharap Naruko kembali hidup dan mereka bisa kembali bersama.

"Naruko… bangun Naruko. Maafkan aku, maafkan aku!" pinta Sasuke sesenggukkan. Ia terus saja memanggil nama gadis itu. Berharap menjadi mantera sakti yang bisa merubah keadaan yang terjadi. "Naruk-koh. Maafkan aku, kumohon bangunlah… Naruko…"

Sasuke memeluk kepala gadis itu lalu menangis semakin histeris. benar-benar frustasi karena sudah membunuh istri dan anaknya sendiri. "NARUKOOOOO! AAAAAARGGGGGGHHHHH!"

_________________________________



"NARUKO!" teriak Sasuke lalu terjaga dari tidurnya. Napasnya memburu dan keringat dingin mengalir dari sekujur tubuhnya. Ia mengedarkan pandangannya. Gelap! Ternyata ia memang masih ada di kamarnya. Mimpi buruk itu lagi… mimpi buruk yang selalu membuatnya gemetar ketakutan setiap kali hari menjelang malam.

"Sukeh…" panggil seseorang yang juga terjaga dari tidurnya karena teriakan Sasuke. ia mengucek matanya pelan lalu menguap. "Kau mimpi buruk lagi?" tanyanya begitu Sasuke menoleh kearahnya dan menatap dirinya intens.

"Naruto…" panggil Sasuke sendu. Lewat cahaya bulan yang melewati celah-celah jendela kamarnya, Sasuke bisa melihat sosok di sampingnya nanar. Perlahan matanya berubah merah dengan tiga koma memutar untuk memperjelas penglihatannya.

Si blonde itu, sudah satu bulan ini ia tinggal di rumahnya. Menjadi bagian dari dirinya dan orang terpenting dalam hidupnya. Orang yang tidak akan pernah lagi disia-siakannya apalagi dibuatnya terluka. Sasuke sudah bersumpah pada dirinya sendiri, kali ini ia akan menjaga si blonde dengan taruhan nyawa.

"Jangan menggunakan kekuatanmu disaat kita sedang seperti ini Sasuke, kau membuatku takut." Naruto mengomel saat balas menatap mata Sasuke. ia memang sejak awal sudah tahu Sasuke bukan manusia biasa, tapi tidak disangkanya Sasuke ternyata adalah hunter yang tidak bisa mati atau bisa juga dibilang hidupnya abadi. Ia terlihat seperti masih dua puluh lima tahun sekalipun usianya yang sebenarnya sudah mencapai seratus lima puluh tahun.

Sasuke menepuk tangan sekali membuat lampu kamarnya seketika menyala. Matanya kembali berubah menjadi onyx kelam favorit si blonde. Naruto mengulurkan tangannya menyentuh pipi Sasuke, raut wajahnya kembali berubah cemas saat sadar wajah pemuda yang sudah mencuri hatinya itu sedikit memucat. Mimpi yang sama lagi?

"Suke…"

"Tolong aku." Sasuke meminta lirih. ia terlihat sangat amat rapuh. Naruto mengangguk, ia merengkuh bahu Sasuke lalu memeluknya erat. Membiarkan saja Sasuke yang menenggelamkan kepalanya di perpotongan lehernya sambil menghirup aroma tubuhnya.

Sama… baik Naruko atau pun Naruto memiliki aroma harum yang sama. Bukan hanya wajah mereka yang serupa, tapi kelakuannya pun memang tidak jauh berbeda. Yang membedakan keduanya itu hanya gender dan bentuk tubuh mereka saja.

"Suke… tenanglah… aku bersamamu." Naruto yang sudah tahu cerita masa lalu Sasuke berusaha menenangkan tuannya. Ia tahu Sasuke melakukan sebuah kesalahan tak termaafkan pada kaumnya, tetapi penderitaan sang onyx selama berpuluh-puluh tahun itu membuat Naruto berpikir semuanya sudah impas. Sudah sepantasnya sekarang Sasuke mendapatkan kebahagiaannya.

"Aku menyesal… aku benar-benar menyesal…"

"Aku tahu Suke, sudah… tenanglah…" Naruto melepaskan pelukannya. Ia tersenyum manis lalu mengecup bibir Sasuke sekilas. "Aku sekarang bersamamu. Menggantikannya. Kau tidak perlu memikirkan hal itu lagi."

Sasuke balas mengecupi bibir Naruto. mereka saling melempar senyuman tipis lalu menyatukan bibir mereka seutuhnya. Melumat dan saling memilin lidah lawan dengan lidah dan bibir mereka yang cukup lihai.





-----] #berpedang [-----

Uploaded Contact: 
Source: 

Kalo udah dibaca, komentarin lah.  Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.


-----] Thank’s for reading [-----

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar