Title: Krisna, Pembalap Kecilku
Uploaded by: luvtoteen
Submitted: Okktober 2011
Disclaimer: Cerita milik penulis
Rate: H
Length: Doubleshot
Warning: Typo. menXmen. Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan diambil dari website. Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!
-----] @bluexavier69 [-----
Di stadiun Mandala Krida, kulihat beberapa orang pembalap saling mengejar di trek yang sudah disediakan. Panasnya terik matahari dan seruan penonton di sekitarku membuatku semakin tertarik untuk terus mengaguminya, bahkan saat aku menonton acara motoGP di tivi, decak kagumku semakin menjadi terhadap para pembalap itu.
Perkenalkan, namaku Ricky, sejak umur 7 tahun aku sudah tertarik dengan dunia balapan. Hidupku awalnya biasa-biasa saja hingga pada umur 11 tahun, orangtuaku yang mengetahui kalau aku sering pergi keluar menonton latihan balap di stadion dekat rumah mengajakku untuk bertemu teman-temannya yang juga memiliki bengkel. Saat yang pertama kali tak dapat kulupakan adalah saat pertama kalinya aku menjejakkan kakiku di atas motor balap 110 cc milik bengkel, dan aku sukses meraih juara ketiga pada event terbuka yang diadakan oleh promotor lokal. Saat itu, ada beberapa bengkel yang tertarik untuk mengajakku untuk bergabung dengan tim balapnya. Selain karena usiaku masih sangat muda, mereka berkata bahwa bibit muda harus selalu dilatih.
Hidupku kembali berubah saat aku berusia 13 tahun, saat itu aku sedang bersama sepupuku yang seumuran di dalam kamar. Aku masih belum menyadari bahwa aku memiliki penyimpangan seksual yang berbeda dengan orang lain. Ya, aku mulai menyukai sesama jenis. Kejadian itu terjadi begitu cepat, saat sepupuku menginap, aku dan sepupuku membuka situs porno di internet dan kami sepakat untuk menggesek-gesekkan alat kelamin, dan hingga kami bisa saling mengemut milik kami masing-masing. Lalu waktu berlalu, dan dimana teman-temanku mulai berpacaran, aku sendiri malah lebih tertarik pada pria di kelasku, tapi karena kesibukanku sebagai pembalap muda, aku tidak memiliki waktu luang untuk itu, hingga aku berusia 15 tahun.
Semakin seringnya aku menonton acara balapan dan berbincang-bincang dengan rekan sebayaku, entah kenapa aku bisa memiliki fantasi liar untuk melakukan hubungan seks saat berpakaian balap. Saat malam, aku sering sekali menggunakan wearpack milikku dan berpakaian lengkap ala pembalap untuk tidur, tentu saja sembari onani membayangkan hal yang tak ayal terjadi saat umurku 16 tahun.
Saat itu, di tim kami ada anak baru bernama Krisna, ia masih berusia 12 tahun dengan tinggi 142 cm dan agak kurus. Anaknya memiliki warna kulit coklat muda karena menurut pengakuannya, ia sering pergi bersepeda dengan teman-temannya. Masalah bagaimana ia bisa memasuki tim balap ini, aku tidak begitu tahu, mungkin sama sepertiku. Kamipun berkenalan dan sering mengobrol masalah kesukaan kami masing-masing. Ternyata ia juga suka bermain playstation2 dan sepak bola, cocok denganku kupikir. Kami sering bermain bersama dan tak jarang Krisna menginap di rumahku untuk berbincang-bincang dan adu kemampuan bermain game.
2 bulan berlalu dan kami harus mewakili tim kami dalam ajang balapan Minggu siang itu, kejadian tak terduga pun terjadi. Saat itu, acara sudah selesai, aku dan Krisna masih duduk di pitstop selagi menunggu trek dibereskan. Karena sudah tidak akan membawa motor, kami berdua berniat ganti baju bersama di sebuah tenda yang disediakan oleh bengkelku. Kami berjalan kesana, dan kulihat bahwa Krisna yang kecil ini ternyata memang imut sekali wajahnya. Jujur, aku bukan pedofilia, tapi ada kalanya anak seperti ini justru memiliki aura maskulin yang sangat menarik perhatianku.
Di dalam tenda, Krisna menaruh helmnya di atas kursi dan akan melepaskan wearpack yang ia gunakan. Namun aku tanpa sadar, malah mendadak jongkok dan melihat Krisna dari dekat.
“Kak, malu kak.” Ia berkata,
“Halah, sama-sama laki-laki saja.” jawabku. Badannya yang mungil cukup seksi, dan bahkan kulihat ia sudah memiliki sedikit jakun yang tumbuh di lehernya. Tanpa sadar, saat itu juga aku mulai mendekatinya dan memeganginya.
“Kak, mau ngapain?” tanyanya,
“Ssst, diam saja dek.” Lalu kudekatkan bibirku ke bibirnya dan menciumnya, sembari tanganku mencoba membuka wearpack yang dipakai Krisna secara perlahan.
Sambil tetap menciumnya, kutarik risleting di dadanya ke bawah dengan tangan kananku perlahan. Sembari tangan kiriku masih terus memegani pundaknya, ia melengus perlahan. Kumasukkan lidahku ke bibirnya yang kecil itu dan menjilati lidah dan giginya, tanpa ada sedikitpun perlawanan dari Krisna, ia hanya pasrah.
Setelah agak lama, kulepaskan kecupan itu dan mulai membuka wearpacknya yang cukup ketat. Kuturunkan kembali ritsleting yang masih berada di dada itu hingga ke arah selangkangannya, dan kulihat ia masih menggunakan jersey juga didalamnya. Entah karena memang udaranya yang cukup panas di dalam tenda ganti atau memang karena ia sendiri juga bernafsu, kuraba jerseynya yang basah oleh keringatnya. Baunya maskulin, dan akupun semakin bernafsu untuk mencoba melepaskan wearpacknya. Namun saat kucoba menarik bagian pundaknya, terdengar suara bahwa aku dan Krisna dipanggil oleh promotorku,
“Rick, Kris, sudah selesai ganti belum? Kita sudah mau beres nih.” Secepat mungkin kuhentikan gerakanku. Kulihat tampangnya sedikit kecewa, dan sesegera mungkin kukecup keningnya itu dan berkata, “Nanti kakak lanjutkan lagi ya, lebih baik di rumah kakak saja, nanti bawa wearpack dan helmmu ya?” Iapun mengiyakan dan akupun segera keluar meninggalkan ia yang terdiam.
Promotorku berkata bahwa ternyata besok siang masih ada acara tambahan, event balapan kecil-kecilan dan promosi safety riding sebuah merk motor. Kebetulan event itu tidak dilaksanakan di stadiun Mandala, tapi di stadion Maguwoharjo. Yah, memang susah negara ini, untuk orang yang memiliki ketertarikan terhadap balap, kami semua kebanyakan hanya bisa melaksanakan dengan motor 80-150 cc, dan itupun hanya di lapangan-lapangan besar, tidak di stadion balap yang semestinya. Masa setiap kali ada event, kami harus terbang ke Jakarta dan melanjutkan lagi ke Sepang? Capek! Tapi, setidaknya inilah hal yang maksimal bisa dilakukan untuk kami yang ingin mencoba berprestasi di kancah nasional. Untuk kancah internasional, masih lama. Asal bisa gas pol tanpa balapan liar, cukup kok, hahahhaa.
Seusai acara siang tadi, kurebahkan tubuhku di kasur yang berada di kamarku, kuambil HPku dan kuSMS Krisna,
'Kris, ni Ricky, nanti jangan lupa ke rumah kakak ya, jangan lupa pamit untuk menginap dan membawa wearpackmu, kita akan buat alasan untuk menginap di rumah teman di Maguwoharjo saja, biar besok tak repot.' 3 menit kemudian, diapun membalas,
'Oke kak!' Dengan dalih latihan, aku meminta kunci rumah kakak yang sedang keluar kota dan menitipkan kuncinya ke Ibuku.
2 jam kemudian, Krisna datang diantarkan dengan mobil oleh orangtuanya. Kebetulan memang aku dan orangtua Krisna sudah saling mengenal sejak pertemuan pertamaku dengan Krisna di acara balapan bulan lalu. Setelah berbincang-bincang sedikit, merekapun berpamitan dan menitipkan Krisna padaku.
Dengan menggunakan motor V-ixion milikku, menerobos kota Jogja sore itu menuju ke daerah perumahan di Maguwoharjo. Ada sedikit kejadian menyebalkan memang, karena saat sudah hampir sampai, aku baru menyadari bahwa kunci rumah ketinggalan. Bah, memutar deh, mana ini wearpack besar-besar di tas berat semua pula, grooooar! Tapi tak apa, sekalian aku mau berbincang-bincang dengan Krisna masalah balapan besok, walau memang aku berniat juga untuk mengerjainya malam ini, hihihihi.
Setelah makan malam di warung pecel lele dekat rumah, aku dan Krisna langsung pergi sebentar ke sebuah warung kopi. Karena Krisna masih dibawah umur, ia kusuruh untuk meminum Hot Chocolate saja, walau ia sedikit ngambek,
“Kak, Kris sudah bukan anak kecil lagi kak.” Kubalas saja,
“Halah, masih 12 tahun aja belagu minum kopi. Nanti udah beli, gak doyan lagi.” Ia merengut, kuelus kepalanya.
Selagi menunggu kiriman Cappucino Vienesse Style dan Hot Chocolate, kunyalakan rokokku dan membuka tas berisi peta trek buatan besok. Kita mulai membicarakan masalah motor bengkel yang sudah agak gak enak digas lah, hingga masalah kecepatan maksimal yang bisa dicapai saat belokan di trek besok. Pokoknya, besok saat safety riding play, aku bercanda akan mencoba sedikit atraksi, yang disambut dengan kata-kata khas Krisna,
“astaga kak.” Jelas saja aku bercanda, sambil kubalas, “Hahahah, kalo kakak ugal-ugalan besok, dijamin kita gak akan satu bengkel lagi nak, hahaahaha.”
“astaga kak.” Jelas saja aku bercanda, sambil kubalas, “Hahahah, kalo kakak ugal-ugalan besok, dijamin kita gak akan satu bengkel lagi nak, hahaahaha.”
Setelah itu minuman kami datang, sambil tetap mengobrol yang tidak jelas arahnya, mulai dari sekolah dia lah, kapan kelulusan SD lah, dan rencana dia melanjutkan dan masalah dia di rumahnya. Aku baru tahu kalau Krisna ternyata cukup sering dipukuli ayahnya apabila nilai-nilainya agak dibawah standar. Yah, memang kuakui sih, kalau Krisna sendiri agak minim di pelajaran, tapi ahli saat meliuk-liukkan motornya di trek.
Minuman pun habis, saat akan membayarnya, tiba-tiba Krisna menarikku kan berkata,
“Kak, yang tadi siang, mau dilanjutkan tidak?” Aku sempat kaget, tapi kubalas saja,
“Iya dek, ntar yah.” Saat itu, aku sempat sedikit kaget, karena aku tidak berpikiran untuk merusak masa depan anak tersebut, entah setan apa yang tadi siang merasuki aku, Aku berharap malam ini aku tidak melakukannya.
Setelah membayar, kamipun kembali ke rumah kontrakan kakakku. Setelah itu, Krisna langsung menanyakan,
“Kak, Kris lupa bawa handuk nih. Bisa pinjem punya kakak tidak?”
“Ya, sana pakai aja.” jawabku singkat. Kunyalakan water heater di kamar mandi sambil menaruh ember disana untuk menampungnya.
Seusai Krisna mandi, aku langsung masuk kamar mandi juga. Kubuka baju dan langsung menyiramkan tubuhku dengan air hangat di ember, lalu menyabuni tubuhku sebersih mungkin karena semenjak event tadi siang, aku belum mandi sama sekali. Saat keluar, aku sangat kaget karena Krisna mengenakan wearpack AHRS lengkap, bukannya menggunakan baju tidur. Dalam hatiku berkecamuk, 'Ternyata anak ini serius, duh…'
Saat itu langsung saja aku berkata, “Nak, kayaknya event balapannya besok siang deh, kalau kamu mau tidur kayak gitu, awas pegal-pegal.” Aku tahu karena aku pernah mencobanya sambil melampiaskan fantasi seksku. Dia malah berkata,
“Lah, kata kakak, suruh bawa?”
“Kan biar besok nggak usah bolak-balik.” kataku sedikit bercanda. Ia pun melanjutkan menonton TV. Saat aku mengeluarkan baju ganti dari tasku, sedikit-sedikit kulirik dia sambil berpikir, 'Duh, ni anak, kok cakep bener sih.' Dan tanpa kusadari, penisku menegang dengan sendirinya sehingga menimbulkan gundukan di handukku. Langsung saja aku pakai bajuku di lorong dan berpikir tidak ada apa-apa. Untuk menepiskan pikiranku, aku pergi ke dapur dan membuat susu hangat. Aku sedikit berteriak,
“Kris, mau susu hangat ndak?” Dia menjawab,
“Mau kak!” Setelah itu aku kembali ke kamar dan kulihat ia masih menggunakan baju balapnya itu.
Kutaruh susu hangat di meja dan kunyalakan rokokku sambil duduk di sebelahnya ikut menonton TV. Sekitar 10 menit kemudian, kulihat ia mulai menguap, dan berkata,
“Kak, Kris tidur dulu deh ya, ini baju nggak usah dilepas, soalnya Kris juga lupa bawa baju ganti.” Sesaat aku terdiam dan kupandangi wajahnya yang imut itu. Lalu kucium bibirnya sekali lagi, dan kejadian tadi siang pun hampir terulang, namun aku kembali membatalkannya. Kris yang mendadak terlihat kecewa berkata,
“Kak, kakak pakai juga dong baju balapnya, Kris ingin melakukan ciuman lagi dengan kakak.” Kaget aku, tapi ya karena rumah tidak ada orang, otomatis aku pun mengiyakannya. Di depan pintu, saat aku berniat mengambil wearpackku di teras, ku berkata,
“Kris pake helm ya.”
“Oke kak, siap!”
Aku kembali ke kamar, dan membuka bajuku hingga tinggal celana dalam saja. Kuakui, bahwa ini adalah impian terbesarku semenjak aku menyadari bahwa diriku gay dan kebetulan aku adalah pembalap. Untungnya, aku baru diberi wearpack oleh sponsorku yang baru, jadi bisa kupakai untuk malam ini. Kukeluarkan wearpack dan jerseyku, lalu kupakai jersey tersebut dengan cepat. Saat kulihat wearpack baru itu, aku sempat sedikit kaget karena ukurannya agak kekecilan,tidak seperti biasanya. Kucoba memasukkan kaki ke dalam bagian bawah, untunglah pas. Lalu aku agak kesusahan saat memasukkan kedua tanganku ke dalam wearpack tersebut, namun ternyata cukup pas. Kunaikkan ritsleting hingga jerseyku tertutup oleh pakaian kulit ini secara perlahan, lalu kupakai boots HRP warna merah kesayanganku. Setelah aku memakai sarung tangan dan helm, aku mulai berkaca dan merasa akan membalap tubuh Krisna malam ini juga.
Krisna yang masih duduk di atas kasurpun langsung kurebahkan. Sambil menaikkan bagian depan helmku yang flip-up, kubuka kaca helm fullfacenya dan dengan liar kujilati hidung dan matanya. Setelah itu, kubuka pengait helmnya dan kunaikkan helm dia hingga di atas kepala, lalu kulumat bibirnya. Agak kerepotan memang karena helm ini, tapi karena ini termasuk dalam fantasi liarku, aku lakukan saja.
Agak lama kucium bibirnya, dan kuangkat dia hingga pojok kasur. Sambil memegangi bahu kiri dan tetap menciumnya, tangan kananku membuka ritsleting wearpack yang ia pakai hingga bagian dadanya yang masih tertutup jersey terbuka lebar. Kulepaskan bibirku dan dengan gigiku aku menarik ritsleting jerseynya dia ke bawah. Krisna pun melenguh keenakan sambil memegangi pundakku dan menjilati helmku dari atas. Sambil kupilin-pilin puting susu dari tubuh mungil ini, akupun kembali menciumnya, karena sebetulnya itulah yang ia harapkan, bukan berhubungan penuh denganku. Tapi apa daya, nafsu setanku semakin meliar. Kulepaskan helmnya dan menaruhnya di sebelah dia. Kujilat-jilat telinga dan bibirnya.
“Dek, apa Kris sudah pernah melakukan ini? Atau mengetahuinya?” tak diduga iapun membalas,
“Dulu waktu pertama kali ketemu kakak, aku pernah melihat kakak mengelus-elus burung punya kakak, lalu kakak merasa keenakan. Waktu itu aku tidak berani menegur kakak, karena takut kakak marah. Sampai di rumah, aku penasaran kak. Aku mencoba seperti kakak, tapi aku tidak merasa keenakan. Hingga akhirnya aku iseng membuka google dan mencari-cari tentang itu dan ingin mencobanya, aku tidak tahu rasanya apa. Jujur, aku merasa senang waktu tadi kakak menciumku di tenda.”
Bagai kerbau dicucuk hidungnya, iapun menurut saat aku mencoba membuka celana dalam yang berada di balik jerseynya itu. Kulihat, penis berukuran sekitar 6 cm itu masih lemas, yah, namanya juga belum memasuki masa puber.
“Dek, mau kakak bikin enak nggak? Agak geli tapi awalnya…”
“Mau kak.” jawabnya singkat.
Aku agak kesusahan saat mencoba mengulum penisnya itu karena wearpack yang dipakainya. Untunglah wearpack miliknya berukuran agak besar, jadi bisa keluar dengan mudah hanya dengan sedikit diturunkan. Kukulum penisnya yang masih belum tumbuh bulu itu perlahan dan iapun mulai bernafas secara tidak teratur.
Agar memudahkanku, kulepas helm yang kupakai dan menjilati tubuhnya sedikit. Tak lama kemudian, penisnya mulai membesar, dan akupun kaget karena untuk anak seumuran dia, penisnya saat tegang saja sudah berukuran sekitar 10 cm, bagaimana nanti kalau sudah besar?
“Kak, jangan kak, adek malu, masa burung adek bisa jadi besar gini?” tanpa basa basi, aku mengulumnya terus-menerus, dari atas ke bawah. Ukurannya yang kecil memudahkanku untuk memasukkannya ke mulutku seluruhnya, iapun meracau gak karuan,
“Ha… Hahh… Hasshh… Lagi kak… Enak…” Tapi karena aku ingin mengulur permainan, aku hentikan sebentar. Aku duduk menghadap dia,
“Dek, mainin punya kakak dong.” sambil menunjuk selangkanganku yang masih terbungkus baju balap. Dia pun mengangguk mengiyakan dan mengikuti caraku tadi. Ia mulai menurunkan ritsleting yang menutupi dadaku dan mencium-cium puting susuku. Ah, enak sekali rasanya. Lalu ia juga menurunkan jersey AHRS yang kupakai dan mengelus celana dalamku.
“Kak, kok punya kakak sudah besar, nggak usah diemut dulu kak?” katanya.
“Nanti kalau adek sudah remaja, hanya melihat saja sudah akan membesar kok.” Ia pun menurunkan celana dalamku dan batang kejantananku mencuat keluar. Dengan mulut kecilnya, ia menciumi dan mengulumnya, walau ia sempat berkomentar,
“Kak, rasanya agak aneh ya.” tapi kubiarkan saja. Karena mulutnya cukup kecil, ia hanya mampu memasukkan sepertiga dari panjang keseluruhan batang kejantananku. Dengan sigap, aku langsung membanting dia ke kasur dan kutundukkan tubuhku yang agak kerepotan karena punuk wearpack ini. Untunglah aku bisa melanjutkan mengemut penis punya Krisna ini. Kami melakukan posisi 69 agak lama,
Beberapa lama kemudian, iapun mulai mengerang. Karena ingin melanjutkan permainan lebih lama, kuluman tersebut langsung aku lepas. Lalu aku juga melepaskan penisku yang masih berada di kuluman Krisna. Setelah itu, kutelentangkan tubuhnya di atas tempat tidur dan kugesek-gesekkan penisku yang masih ereksi dan mencuat di paha Krisna yang masih tertutup kulit tebal tersebut. Sambil tanganku berusaha memasuki bagian belakang tubuhnya melalui bagian tengah wearpack yang terbuka itu aku lanjutkan menjulati kulit yang entah telah bersentuhan dengan aspal beberapa kali itu.
Kupeluk dia dan kulepaskan bagian atas wearpack dan jersey yang ia kenakan hingga ia telanjang dada. Udaranya memang cukup panas karena kami hanya menyalakan kipas angin disini, selain itu, wearpack yang kami kenakan membatasi gerakan dan keringat yang keluar semakin deras. Tak ayal, aku pun semakin bernafsu menjilati setiap inci dari tubuhnya yang terbalur keringat segar tersebut.
Kali ini, gantian Krisna yang aktif, ia juga memelukku sambil terus menjilat-jilat wearpack yang telah berlumuran keringat ini. Karena ia masih awam, ia hanya mengulang apa yang tadi sempat kulakukan terhadapnya. Lalu, kuturunkan bagian bawah wearpack dan jerseynya hingga ia telanjang dari atas lutut. Penisnya yang mungil itu masih berdenyut-denyut ingin minta dimangsa lagi. Jemariku mengulik lubang pantatnya, kumasukkan satu jari, dua jari. Dan kulihat Krisna agak sedikit kesakitan.
“Dek, kakak mau masukkan ini ke pantat adek boleh? Tapi akan sakit loh.”
“Boleh kak, adek pengen nyobain.” balasnya. Lalu akupun mengenakan helmku kembali dan mengaitkannya. Otakku sudah dipenuhi pikiran liar, aku ingin membalap tubuhnya.
Kududuk menghadap lubang anusnya dengan posisi kedua kakinya di atas, dan kujilati lubang anusnya itu dengan lidahku, kulihat ia keenakan. Dengan kondisi aku masih mengenakan wearpack secara penuh, kucoba memasukkan penisku yang ingin dipuaskan ini. Agak berat memang, karena gerakanku harus dibatasi pelindung lutut dan punggung yang bisa dibilang cukup mengganggu. Penisku yang berukuran 16 cm ini kuolesi dengan cairan precum yang sedari tadi keluar karena diemut oleh Krisna. Lalu aku mencoba memasukkannya ke dalam liang kenikmatan tersebut. Kulihat Krisna sendiri kesakitan,
“Dek, sakit ya? Nggak usah deh ya.”
“nggak apa-apa kak, lanjutkan saja.” Akhirnya dengan penuh perjuangan dan usaha Krisna untuk menahan agar tidak berteriak. Akupun berhasil memasukkan penisku tersebut. Karena kulihat air mata Krisna, aku jadi agak sangsi, tapi kucoba untuk menggenjot pantatnya perlahan.
Sekali, dua kali, agak kesusahan menyesuaikan dengan tubuh mungil ini. Tapi akhirnya lubang pantat Krisna berhasil kukuasai juga. Kugenjot berkali-kali, kulihat Krisna juga mulai keenakan dan pasrah. Akhirnya saat cairan kenikmatanku hampir keluar, aku lepaskan penisku dari pantatnya dan menyuruh Krisna untuk mengemutnya. Tak lama setelah itu, aku mulai mengeluarkan cairan kenikmatan di mulutnya sambil terus menggelinjang dan meracau tak karuan. Kulihat kebawah bahwa Krisna agak shock, namun kulangsung melepas helm dan mengecup bibirnya yang masih berlumuran spermaku itu. Kami saling menjilati lidah dan sperma yang sudah keluar. Krisna sedikit bertanya,
“Kak, kok kakak kencing?”
“Itu bukan kencing dek, nanti adek pasti mengerti, sekarang gantian kakak ya.” Lalu kulanjutkan mengulum penis Krisna yang sedari tadi minta dipuaskan.
Sambil bergantian menjilat sepatu dan penisnya, aku juga memilin puting susu Krisna. Kudengar ia mendesah, “Ah, ah, kak, aah…” Hingga sekitar 3 menitan, ia hampir mencapai puncak klimaksnya. Ia memaksa untuk menarik penisnya dari mulutku, tapi kucegah. Sembari berkata, “Kak, Kris mau pipis kak.” akhirnya Krisna menyemburkan air mani pertamanya. Semburan air mani dalam jumlah banyak dan muncrat berkali kali itu sungguh menunjukkan bahwa ia baru pertama kalinya melakukan ini. Kusedot sperma yang belepotan di dada dan baju balapnya, dan kembali kucium Krisna. “Kak, enak kak, enak…” katanya,
Kulihat penisnya sudah mulai melemas lagi, lalu kuambil tenga, alat untuk onani yang biasa kupakai. Setelah itu aku gelitik lagi penis Krisna, hanya dengan sedikit rangsangan saja, ia sudah ereksi maksimal. Lalu kumasukkan tenga tersebut ke penisnya, dan kunaik-turunkan tanganku sambil mencium bibirnya. Kulihat ia keenakan, yah, bisa dimaklumi, alat produksi dari Jepang ini memang sangat enak, terutama yang jenis Deep Throat, rasanya benar-benar seperti dikulum sepenuhnya.
Aku membuka wearpack yang kugunakan hingga selutut seperti posisi Krisna, aku mulai duduk di atas penisnya, dan kucoba untuk memasukkan penisnya yang cukup kecil itu. JLEB, masuk dengan mudahnya. Kunaik turunkan badanku sambil membuat kontraksi pada lubang pantatku. Karena ukurannya yang cukup kecil, sering kali penisnya keluar dari lubang. Kusuruh Krisna untuk menunggangiku, dan ia melakukannya dengan baik. Beberapa menit kemudian, kudengar Krisna semakin meracau, dan semburan cairan kenikmatannya memasuki lubang anusku.
Setelah itu ia melepaskan penisnya yang sudah lemas, dan kamipun berpelukan. “Aku sayang kakak.” katanya,
“Kakak juga.” kubalas demikian.
Setelah itu kami saling menjilati sperma yang blepotan di atas wearpack yang seharusnya kami pakai besok siang. Sambil kembali memakai wearpack tersebut, lalu kami tidur bersama sambil tetap saling memeluk.
Keesokan paginya, kami bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa, hanya saja aku kaget saat terbangun bahwa Krisna ternyata membawa baju ganti, ia agak membodohiku, tapi lain kali akan kubalas hahaha. Lalu kami melakukan kegiatan seperti biasa dan bersiap untuk melakukan GAS POL!
Note : Hingga kini, aku dan Krisna tetap berhubungan baik seperti layaknya kakak dan adik, namun aku sudah memiliki pacar wanita, karena aku tidak ingin Krisna menjadi gay sepertiku. Lebih baik ia meniru sosok kakak yang normal dan ideal untuk perkembangannya. Sekali saja kami melakukan itu, dan sudah cukup.
-----] #berpedang [-----
• Uploaded Contact: -
• Source: boyzforum
Kalo udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini. Biar blognya rame n rajin di update.
Kritik dan saran bisa dikirim lewat
e-mail: kulipembangun@gmail.com
-----] Thank’s for reading [-----
0 komentar