. . .
Title: My Teacher My Husband
Author: Arisa Adachi
Submitted: 22 Mei 2011 - 05 Oktober 2011
Disclaimer: Cerita milik author, They are not mine, tapi Changmin forever mine!
Genre:
Rate: M
Length: Chaptered
Warning: Typo. menXmen. Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan diambil dari website. Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca! YAOI, OOC, gaje, typo(s)
-------] @bluexavier69 [-------
Detik jam terdengar jelas di ruangan itu. Seorang namja dewasa dan berwajah tampan tengah duduk di kursinya sambil membolak-balik sebuah buku. Sementara di hadapan namja itu terlihat satu lagi namja yang lebih muda duduk dengan sangat tidak sopan. Kedua kakinya naik hingga ke meja tempat namja dewasa tadi sedang membolak-balikkan bukunya.
"Kim Jaejoong-sshi, bisa turunkan kakimu?" tanya namja itu dengan lembut. Kepalanya masih menunduk menatap buku yang berisi daftar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Jaejoong seminggu terakhir di sekolah.
"Kalau aku tidak mau, Yunho soensaengnim?" balas sang siswa a.k.a Kim Jaejoong dengan nada remeh.
Jung Yunho menghela napas menghadapi murid paling berandalan se-Dong Bang High School ini. Mulai dari datang sesuka hati ke sekolah, berlarian di koridor saat jam pelajaran, mengecat rambut, membuat keributan saat guru sedang mengajar dan masih banyak lagi.
Kalau bukan karena sejumlah prestasi yang diraihnya hingga membuat nama Dong Bang harum serta sokongan dana dari orang tuanya, sudah pasti Kim Jaejoong akan dikeluarkan dari sekolah. Sayangnya sekolah tidak bisa melakukan hal itu karena sejumlah hal yang author sebutkan diatas.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan Kim Jaejoong?" tanya Yunho lagi.
"Yang aku inginkan? Ani, aku tidak ingin apa-apa, aku hanya bosan" jawab Jaejoong santai.
Yunho menghela napas lagi. Dia adalah wali kelasnya Jaejoong dan itu artinya dia bertanggung jawab penuh atas kelakuan siswanya ini. Bukan sekali dua kali pihak sekolah mengadukan kelakuan Jaejoong kepada orang tuanya, malah orang tua Jaejoong sudah benar-benar angkat tangan atas kelakuan putra tunggal mereka itu.
"Sudah selesai soensaengnim? Sekarang jam istirahat dan aku lapar, aku ingin ke kantin"
"Bicara apa kau? Bukankah siswa sepertimu sudah berandalan sepertimu bebas ke kantin tanpa terikat jam istirahat?"
Jaejoong menyeringai, "oh anda pintar Yunho soensaengnim. Ne, aku bosan disini, karena itu aku pergi dulu ya?" dan tanpa menunggu persetujuan dari sang guru Jaejoong seenaknya pergi meninggalkan ruangan itu. Membuat Yunho menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Jaejoong berjalan sambil menghentakkan kakinya. Namja berambut pirang itu tidak peduli walau siswa lain memandangnya kesal karena hentakan kakinya itu.
Namja cantik itu berhenti didepan kelasnya dan memasukinya. Seketika saja sekumpulan yeojya penggemar Yunho yang menamai diri mereka 'Love YunYun Club' mendatanginya.
"Jaejoong-ah, apa Yunho soensaengnim mengatakan sesuatu tentang kami?" tanya seorang yeojya yang Jaejoong kenali bernama Tiffany.
Jaejoong memutar bola matanya. Dia tidak mengerti kenapa hampir seluruh yeojya bahkan tidak sedikit namja di Dong Bang High School ini mengagumi seorang Jung Yunho. Apa sih bagusnya Yunho? Jaejoong akui, soensaengnim-nya itu memang tampan dan ramah, tapi tetap saja dia tidak mengerti kenapa begitu banyak orang yang mengaguminya. Terutama sembilan yeojya centil ini.
(a/n :: disini author bikin anggota SNSD jadi anggota 'Love YunYun Club', tapi tenang aja, author gak bakal bikin mereka jadi pengganggu hubungan YunJae, hohoho~)
"Jaejoong-ah! Jangan melamun!" desak Taeyeon, ketua 'Love YunYun Club'.
Jaejoong menyeringai, "kalian tahu? Yunho soensaengnim bilang, kalian itu jelek, dandanan kalian norak, kalian gemuk dan tua"
Hening sejenak. Jaejoong tersenyum menang melihat wajah para Yunho's fangirls itu memucat, lalu…
"NOOOOOOOOO~~~!" histeris sembilan yeojya itu. Cepat-cepat mereka kembali ke bangku mereka dan mengeluarkan isi tas yang tidak lain adalah alat make-up dan segera saja yeojya-yeojya itu berdandan ria, memastikan mereka tidak jelek ataupun norak. Jaejoong memandang yeojya itu bosan. Padahal dia 'kan berbohong, tapi siapa sangka mereka justru percaya.
Daripada memandangi yeojya-yeojya itu Jaejoong kemudian memilih melangkahkan kakinya ke bangkunya. Namun raut heran memenuhi wajah cantiknya ketika melihat Junsu teman sebangkunya. Bukan, Jaejoong bukan heran melihat Junsu, lebih tepatnya heran melihat bocah kecil yang sedang makan dengan lahapnya di pangkuan Junsu.
Bocah itu menoleh dan tanpa sengaja bertemu pandang dengan Jaejoong. Senyum lima jari terpasang di wajah imutnya, "Okaa-chaaann~~" serunya dengan suara cemprengnya.
"Mwo? Kau bilang apa?"
"Okaa-chan itu artinya 'ibu', masa' kau tidak tahu?" gumam Junsu santai.
"Aku tahu! Masalahnya kenapa anak ini memanggilku 'okaa-chan'?"
Junsu memiringkan kepalanya bingung, "memangnya kau bukan ibunya?" gumamnya dengan segala ke-innocent-an yang ada.
"Jelas bukanlah! Aku 'kan namja dan lagi sejak kapan aku punya anak?" geram Jaejoong.
"Mwo? Ah! Telnyata cuma milip, kau bukan kaa-chan! Okaa-chan tidak pelnah malah-malah!" celetuk bocah tadi.
"Memang aku bukan okaa-chan-mu tahu!"
"Ne, ne, Jaejoong-ah jangan buat keributan dikelas" gumam Junsu seraya mengencangkan pelukannya pada bocah yang kembali makan itu.
Jaejoong tidak peduli. Dia menarik kursi disamping Junsu dan mendudukkan dirinya. Mata beningnya menatap bocah itu, rasa-rasanya dia mirip dengan seseorang.
Tiba-tiba saja bocah itu mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pintu kelas dengan mata berbinar, "OTTO-CHAAAAAAAANNN~~~~!" pekiknya yang sontak mendapat perhatian dari seluruh kelas.
Dan semua siswa di kelas itu pun menolehkan kepalanya secara bersamaan ke pintu kelas, ingin tahu siapa yang dipanggil 'otto-chan' oleh bocah kecil tadi. Tidak perlu menunggu lama hingga terdengar pekik kecewa seluruh yeojya di kelas itu, terutama dari Taeyeon dan kawan-kawan. Kenapa? Pasalnya yang berdiri di depan pintu itu adalah Jung Yunho.
"Otto-chan itu artinya ayah" celetuk Junsu, "Jadi Yunho soensaengnim itu ayah bocah tadi?Aku tidak tahu kalau Yunho soensaengnim sudah punya anak" tambahnya sambil memandangi si bocah yang kini berlari kecil ke arah Yunho.
Jaejoong mengangguk, "Yunho soensaengnim masih muda, pasti itu anak haram!"
"Ya, bicara apa kau Jaejoong-ah? Mana mungkin Yunho soensaengnim punya anak haram!"
Jaejoong mengerucutkan bibirnya, dia paling kesal kalau ada yang tidak sependapat dengannya.
"Changmin, apa yang kau lakukan disini? Bukankah otto-chan sudah bilang supaya Changmin menunggu di ruang guru saja bersama Ara-ah?"
Bocah kecil itu menggelengkan kepalanya, "Min bocan di luang gulu tou-chan~"
"Disini kau rupanya, sudah kucari kemana-mana"
Seorang yeojya yang juga guru di Dong Bang High School berdiri di depan pintu. Tidak lain yeojya itu adalah Ara. Paras cantiknya terlihat khawatir.
"Mian Ara-ah, sepertinya Changmin merepotkanmu" gumam Yunho ditambah senyum manly-nya.
"G-gwaenchanayo oppa, Changmin anak yang baik hanya saja aku tidak begitu cermat memperhatikannya tadi"
Oh, ingin rasanya Taeyeon serta belasan yeojya lainnya dikelas itu melempari raut malu-malu-menjijikkan milik Ara dengan sepatu mereka. Yah, di Dong Bang High School ini ada tiga guru yang usianya paling muda. Dua diantaranya adalah Yunho dan Ara. Tidak heran kalau keduanya sangat akrab bahkan mereka sampai digossipkan berpacaran. Dan tentu saja gossip itu dibantah habis-habisan oleh ratusan yeojya di sekolah itu.
"Ne Changmin, ayo ikut noona" gumam Ara sambil membawa Changmin keluar dari kelas. Soalnya sekarang sudah masuk jam pelajaran Yunho dan kebetulan Ara sedang tidak ada jam pelajaran sehingga Yunho bisa meminta tolong padanya untuk menjaga Changmin.
Ada yang penasaran kenapa Yunho membawa Changmin ke tempatnya mengajar? Itu karena Leeteuk ahjumma yang biasanya menjaga Changmin sedang keluar kota bersama suami dan anaknya.
(a/n :: disini no genderswitch! Jadi meski Leeteuk disebut ahjumma, Leeteuk tetaplah seorang namja disini)
"Oke, sekarang kita mulai pelajarannya" ujar Yunho setelah memastikan Changmin aman bersama Ara. Para siswa dikelas yang didominasi oleh yeojya itu pun segera membuka buku mereka, padahal kalau dengan soensaengnim mereka tidak seperti itu. Dan semua itu karena pesona seorang Jung Yunho yang luar biasa.
"Nah, buka buku halaman-" perhatian Yunho teralih dari seorang murid yang seenaknya berjalan hendak keluar kelas. Yunho hanya menghela napas ketika melihat Jaejoong-lah murid yang hendak keluar itu.
"Jaejoong-sshi, kau mau kemana?"
Jaejoong tidak menjawab, namja cantik itu hanya mengacungkan jari tengahnya. Membuat Yunho geleng-geleng kepala.
.
.
.
Jaejoong merebahkan tubuhnya di atap sekolah. Mata beningnya memandang pada sekumpulan awan yang bergerak bebas di langit biru. Sebersit perasaan iri menyeruak didadanya. Ingin rasanya Jaejoong menjadi seperti awan itu. Bebas. Tidak terikat.
'brakk!'
Tiba-tiba saja pintu atap sekolah terbuka keras. Membuat Jaejoong bangkit dari berbaringnya. Mata besarnya membulat terkejut ketika secara tiba-tiba seorang anak kecil berlari menerjang tubuhnya.
"K-kau! Kau anaknya Yunho soensaengnim 'kan?"
Bocah kecil itu mengangguk semangat, "ne, namaku Changmin!"
"Aku tidak tanya namamu"
"Ya! Nee-chan ketus cekali?"
Jaejoong membelalakkan mata mendengar panggilan yang diberikan oleh bocah ini. Nee-chan? Dalam bahasa Jepang 'nee-chan' itu artinya kakak perempuan 'kan?
"Ehem, dengar ya bocah…"
"Changmin!" seru Changmin kesal. Namja mungil itu tidak terima kalau dipanggil bocah rupanya.
"Ne, ne Changmin, panggil aku hyung! Arra?"
"Mwo? Nii-chan?" Changmin memiringkan kepalanya bingung.
"Ya Changmin, bisakah kau gunakan bahasa Korea saja?" gerutu Jaejoong. Walau 'nii-chan' itu berarti kakak laki-laki, tetap saja dia kesal karena bocah ini menggunakan beberapa kosakata Jepang dalam kalimatnya.
"Ani! Kaa-chan Min olang Jepang! Jadi Min pakai bahaca Jepang!"
Jaejoong menghela napas. Bocah ini sama menyebalkannya dengan ayahnya, begitu pikir Jaejoong.
"Jadi, emm… Changmin, kenapa kau disini? Ibumu mana?"
"Kaa-chan nggak tinggal di lumah"
Jaejoong mengerutkan alisnya. Ibunya Changmin alias istrinya Yunho tidak tinggal di rumah? Apa Yunho sudah cerai dengan istrinya?
'Huh, itu pasti karena Yunho soensaengnim selingkuh, dasar playboy' batin Jaejoong.
"Kalau tidak tinggal di rumah, jadi ibunya Changmin dimana?"
Changmin tersenyum lima jari. Kepalanya menengadah ke langit dan tangannya menunjuk ke langit, "kata tou-chan, kaa-chan tinggal cama Tuhan"
Jaejoong tertegun. Mendadak perasaan tidak enak merasuk pikirannya, "oh begitu" gumamnya canggung.
Sejenak suasana hening. Jaejoong memilih untuk menyandarkan dirinya di dinding sambil membuka bungkus rotinya. Gerakannya terhenti ketika melihat Changmin memperhatikan kegiatannya dengan seksama.
"Ada apa?"
"Min mau ituuu~" gumamnya sambil menunjuk roti yang dipegang Jaejoong.
"Ani, ini punya hyung!"
"Tapi Min mauuu~"
"Aiiish, kau 'kan sudah makan sama Junsu tadi?"
"Min lapal lagiii~"
"Kau rakus ya?"
"Min nggak lakus, Min lapal, nii-chaaa~n"
"Pokoknya eng-"
"Changmin?"
Sontak Jaejoong dan Changmin memutar kepalanya dan mendapati sosok seorang guru wanita di pintu.
"Aish, tolong jangan menghilang tiba-tiba begitu, Changmin-ah" gumam yeojya yang ternyata Ara itu.
"Min bocaaa~n"
"Dan kau Jaejoong-ah, apa yang kau lakukan di tengah jam pelajaran begini?"
"Aku? Tadinya sih sedang tidur, tapi bocah ini datang menggangguku" ujar Jaejoong santai.
"Kembali ke kelasmu!" perintah Ara.
Tapi bukannya mematuhi perintah Ara, Jaejoong justru memakan rotinya dengan santai, "Ani, di kelas bikin ngantuk"
"Jaejoong-ah!" suara Ara meninggi.
"Ya, kau berisik sekali sih! Aku bilang 'kan tidak mau!"
"Siswa macam apa kau yang tidak menaati peraturan sekolah!"
"Apa hakmu mengaturku, hah?"
Yeojya cantik itu menggeram emosi. Tanpa sadar tangannya terangkat ke udara, ketika akan melayangkan tangannya mendadak ada yang menahan tangannya.
"Ada apa ini?" suara bass Yunho terdengar tegas.
"Y-yunho-ah…"
"Cih, jadi ramai!" ketus Jaejoong.
Yunho menghela napas. Namja tampan itu menundukkan kepalanya untuk sekedar melihat kondisi Changmin yang memeluk kakinya. Anak tunggalnya itu terlihat ketakutan. Dengan perlahan diangkatnya tubuh Changmin dan menggendongnya.
"Ara-ah, lebih baik kau ke ruang guru sekarang"
"T-tapi Yunho-ah…"
"Lebih baik kau ke ruang guru sekarang, nanti kau dikira membolos, hm?" perintah Yunho lembut sambil memamerkan senyumnya.
Yeojya bernama lengkap Go Ara itu hanya mengangguk pelan dan segera pergi dari sana.
"Dan kau Jaejoong-ah" Yunho beralih menatap Jaejoong, "kembali ke kelasmu sekarang"
Jaejoong menatap Yunho tajam. Namja cantik itu kemudian berjalan menuruni tangga bawah setelah sebelumnya sengaja menabrakkan bahunya dengan Yunho. Namja bermarga Jung yang turut menuruni tangga itu mulanya mengira Jaejoong akan kembali ke kelasnya, namun ketika sampai di anak tangga terakhir Jaejoong malah belok ke arah kiri. Padahal kelasnya ada di sebelah kanan.
Yunho menghela napas, "lihat itu, kalau sudah besar Changmin jangan jadi seperti itu ya?"
"Ne tou-chan!"
Yunho tersenyum tipis sambil mencium puncak kepala Changmin gemas.
.
.
.
"Joongie, kau sudah siap?"
"Ne eomma!" jawab Jaejoong menyahut panggilan sang ibu yang berada di lantai satu.
Saat ini namja cantik berusia 16 tahun itu tengah memperhatikan pantulan dirinya pada cermin berukuran cukup besar. Jas formal berwarna putih dengan dalaman kemeja yang juga berwarna putih membalut tubuh rampingnya. Dan celana panjang berwarna putih yang membungkus kaki jenjangnya. Sekilas Jaejoong tampak seperti mempelai pria yang akan menikah.
Rambut hitam lurusnya pun disisir rapi dan untuk wajah Jaejoong tidak memolesnya sedikitpun. Wajahnya sudah putih dan bibirnya juga sudah berwarna merah seperti buah cherry segar tanpa perlu bedak maupun pewarna bibir.
Jangan tanya kenapa dia berpenampilan seperti itu. Semua ini eomma-nya yang memerintahnya. Ketika sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam tadi terlihat rumah Jaejoong seperti sedang mempersiapkan sesuatu. Eomma-nya keliling hilir mudik memastikan bunga yang diletakkan di setiap sudut rumah masih segar. Beberapa pelayan juga terlihat sibuk seperti membersihkan karpet, mengelap kaca dan perabotan dan masih banyak lagi. Seolah-olah akan ada suatu acara penting yang akan dilaksanakan di rumah ini. Dan pakaian formal ini juga eomma-nya yang memerintahkan Jaejoong untuk memakainya.
Sekali lagi namja cantik itu menghela napas. Padahal niatnya tadi sehabis dari game center, ia ingin langsung mandi, makan dan tidur. Tapi dengan segala persiapan entah-untuk-acara-apa dirumahnya ini membuat Jaejoong mengurungkan rencananya, kecuali mandi tentu saja.
"Joongie!" terdengar lagi suara eomma dari bawah. Jaejoong menghela napas lagi. 'Merepotkan' pikirnya. Untuk yang terakhir Jaejoong menyisir rambut lembutnya dengan jemarinya.
'cklek'
Jaejoong membalikkan ketika mendengar ada yang membuka pintu kamarnya. Dan mata besarnya membulat ketika melihat sosok bocah pendek dengan wajah yang cukup manis.
"Aigooo~ nii-chan manis~" gumam anak itu.
"C-changmin? Kau Changmin 'kan? Kenapa bisa ada disini?" tanya Jaejoong beruntun.
"E-eh, Min dicini kalena-"
"Joongie! Lama sekali!" ketus Mrs. Kim yang sudah berdiri di ambang pintu. Yeojya yang mengenakan gaun hitam sederhana dengan beberapa perhiasan mahal melembutkan pandangannya ketika melihat Changmin yang berdiri tidak jauh dari Jaejoong.
"Changmin-ah? Apa yang kau lakukan disini, hm?"
"Min bocan, ahjumma!"
Mrs. Kim merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan Changmin, tangannya terjulur membelai rambut Changmin lembut, "ne, jangan panggil ahjumma dengan sebutan 'ahjumma', panggil 'nenek', oke?"
Jaejoong memiringkan kepalanya bingung. Kenapa ibunya meminta Changmin untuk memanggilnya dengan sebutan 'nenek'?
"Joongie, cepatlah ke bawah. Yang lain sudah menunggumu"
Kembali Jaejoong mengernyit heran. Siapa yang dimaksud eomma-nya dengan 'yang lain'? Namun namja bermata bening itu memilih untuk diam saja dan mulai menuruni tangga bawah menuju meja makan. Diikuti sang eomma sambil memegangi Changmin.
Mata Jaejoong membulat sempurna ketika melihat ruang makan yang luas itu disulap hingga terlihat begitu mewah. Dengan bunga-bunga aneka warna di setiap sudut ruangan, lukisan mahal di pajang pada dindingnya lalu meja panjang dengan taplak meja berwarna merah dan hidangan lezat disepanjang meja itu.
Mata Jaejoong memicing ketika melihat siapa yang duduk di meja itu. Ada sekitar empat orang. Satu dikenalinya sebagai ayahnya. Sedangkan tiga lagi –dua namja dan satu yeojya- sama sekali tidak dikenali oleh Jaejoong. Kecuali seorang namja dengan rambut berwarna coklat yang familiar bagi Jaejoong, namun namja itu tengah berbicara dengan appa-nya hingga wajah namja itu tidak bisa dilihat dari sudut Jaejoong berdiri sekarang.
"Joongie, kenapa berhenti chagi?" tegur Mrs. Kim ketika mendapati putra tunggalnya berdiri mematung. Jaejoong mengangguk gugup, namja itu lalu berjalan menghampiri meja makan dengan kepala tertunduk diikuti oleh Mrs. Kim.
Jaejoong menarik kursinya disamping kanan eomma-nya yang duduk disamping kanan appa-nya. Ketika namja itu mengangkat kepalanya, ia terkejut bukan main ketika mendapati sosok Jung Yunho duduk di depannya. Disamping sosok gurunya terlihat Changmin yang sedang mengunyah kuenya.
"Kau Kim Jaejoong?" sebuah suara lembut dan anggun mengalihkan perhatian Jaejoong ke arah seorang yeojya yang lebih tua terlihat beberapa tahun dari ibunya.
"A-ah ne…" Jaejoong mengangguk gugup.
Yeojya itu tersenyum lembut, "ne, kau pasti belum mengenalku 'kan?"
Jaejoong menggeleng.
"Jaejoong-ah," Mrs. Kim bersuara, "ini Mr. Jung dan Mrs. Jung" ujarnya mengenalkan namja dan yeojya dewasa yang tersenyum ramah ke Jaejoong, "mereka ini orang tua Jung Yunho, kau sudah mengenal Yunho 'kan?"
Jaejoong melirik canggung ke arah Yunho.
"Kalau yang kecil itu namanya Changmin" giliran Mrs. Jung mengenalkan bocah kecil di samping Yunho yang masih sibuk mengunyah, "anaknya Yunho"
"Ne, nenek, Min udah kenal cama nii-chan kok!" gumam Changmin diantara kegiatan mengunyahnya.
"Begitu? Baguslah"
"Ah Kim Jaejoong, kau sudah besar ya sekarang" celetuk Mr. Jung yang sedari tadi diam saja, "waktu pertama kali melihatmu saat usiamu tujuh tahun kukira kau anak perempuan… hahahahaha" tambahnya diikuti oleh tawa dari orang yang berada disana kecuali Jaejoong, Yunho dan Changmin.
"Nah, mari dinikmati hidangannya" ujar Mrs. Kim mempersilahkan tamunya.
Sejenak ruangan itu penuh dengan suara-suara para nyonya dan tuan yang membicarakan masalah perusahaan mereka. Meninggalkan Jaejoong yang bingung sebenarnya acara apa ini. Namja cantik itu melirik Yunho yang menurutnya terlihat sangat tampan. Yunho saat itu mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dalaman berupa kemeja putih disertai sebuah dasi berwarna hitam yang memperelok penampilannya (a/n :: gampangnya, bayangin aja Yunho di MV Wrong Number). Namja itu terlihat makan dengan tenang sambil sesekali mengusap serpihan makan di pinggiran bibir Changmin.
"Jadi bagaimana Jaejoong?" Mrs. Jung melirik Jaejoong, "kau setuju 'kan kalau minggu depan?"
Jaejoong mengerutkan alisnya bingung, "setuju tentang apa?"
"Mwo? Kau belum memberi tahunya, Hyerin?" tanya Mrs. Jung bingung ke eomma-nya Jaejoong.
"Ah mian aku lupa"
Jaejoong melirik bingung. Dia benar-benar tidak mengerti ada apa sekarang.
"Jadi begini Jaejoong," Mrs. Jung memandang Jaejoong lembut, "kami kemari untuk menentukan tanggal pernikahanmu dengan Yunho"
WHAT!
Cepat-cepat Jaejoong mengambil air minumnya dan menghabiskannya dengan sekali teguk, "me-menikah?" serunya tidak percaya.
"Ya dan kami semua setuju untuk melaksanakannya minggu depan, bagaimana denganmu?"
Jaejoong mematung tidak percaya. Dia menikah dengan Yunho? Sejak kapan diputuskan begitu? Seingatnya orang tuanya tidak pernah menanyakan soal pernikahan dengannya.
"Apa minggu depan tidak terlalu lama?" celetuk Mrs. Kim.
Mrs. Jung manggut-manggut, "bagaimana kalau lusa?"
Mrs. Kim mengangguk setuju.
Sementara Jaejoong masih membatu tidak percaya dengan kabar yang baru didapatnya.
.
.
.
Jaejoong melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan lemah pagi itu. Kejadian semalam benar-benar membuatnya syok. Semua terlalu cepat dan tiba-tiba.
Menikah?
Jaejoong baru akan memikirkan soal pernikahan begitu dia tamat sekolah.
Dengan Yunho?
Bukannya Jaejoong membenci hubungan sesama namja, Jaejoong menerima hubungan itu kok. Malah dimatanya hubungan semacam itu tidak berbeda dengan hubungan yeojya-namja. Dan lagi masyarakat Seoul juga sudah terbiasa dengan hubungan semacam itu. Tapi tidak adakah namja lain selain Yunho? Soensaengnim yang paling dibencinya namun kini akan dinikahinya. Kalau bisa Jaejoong ingin bunuh diri sekarang.
Dan menikahnya besok lagi. Oh shit… Jaejoong membayangkan besok dirinya dan Yunho akan berdiri di gereja dengan jas pernikahan. Mengucapkan sumpah dan resmi sebagai suami-istri(?). Lalu setelahnya akan ada pesta yang pasti mewah mengingat kedua orang tua mereka adalah pengusaha besar. Kemudian begitu pesta usai, dirinya dan Yunho akan masuk ke kamar pengantin, lalu… lalu…
Jaejoong mematung di tempat.
"Hoi Jaejoong! Selamat pagi!" sebuah suara lumba-lumba terdengar dari arah belakang.
"Ah, selamat pagi Junsu" sahut Jaejoong dengan lemas.
"Mwo? Kok nggak semangat? Besok kau akan menikah 'kan?"
"Terimakasih sudah mengingatkan" balas Jaejoong ketus. Jangan heran kalau Junsu mengetahui mengenai rencana pernikahan Jaejoong. Ayah Junsu adalah rekanan kerja sekaligus sahabat dekat ayah Jaejoong.
"Oh ya Jae… bagaimana ya kalau masalah pernikahanmu ini diketahui yeojya-yeojya di sekolah?" gumam Junsu yang sukses membekukan Jaejoong.
Di Dong Bang High School ini jumlah siswa yeojya-nya sekitar lebih dari lima ratus siswa yang kesemuanya memuja satu nama, yakni Jung Yunho. Dan meski Jaejoong adalah murid berandalan yang ditakuti dan jago berkelahi namun semua itu tidak ada apa-apanya dibanding lima ratus yeojya yang bagaikan banteng betina yang frustasi jika sedang marah. Terutama Taeyeon dan kawan-kawannya.
"Lebih baik jangan katakan masalah pernikahan ini pada siapapun" ujar Jaejoong memperingatkan.
"Kyaaaaaa~~ Yunho soensaengnim~~~"
"Saranghae…Yunho soensaengnim~~~"
"Kyaaa~~ hari ini soensaengnim cakep sekaliii~"
Jaejoong dan Junsu membalikkan badannya ke arah jeritan-jeritan histeris yeojya itu berasal. Terlihat sosok Jung Yunho yang tengah dikerumuni puluhan bahkan mungkin ratusan yeojya di sana. Rata-rata yeojya itu membawa sesuatu di tangannya, entah itu bekal untuk Yunho, hadiah, kue-kue dan banyak lagi.
"Dasar, orang itu berniat bikin harem kali ya?" celetuk Jaejoong.
"Seharusnya kau bangga Jae, calon suamimu adalah idola semua orang"
"Oh yeah… bisa tidak bahas yang lain?"
.
.
.
"Yo Yunho! Hari ini pun kau laris ya?" ujar Yoochun salah satu guru disana ketika melihat Yunho memasuki ruang guru dengan tumpukan hadiah dan kotak bekal.
"Ya Yoochun, mungkin kau punya hal menarik lain untuk dibicarakan"
Yoochun terkekeh pelan, "aku heran denganmu, seharusnya kau senang dikerumuni yeojya-yeojya seperti itu. Apalagi mereka semua manis-manis"
"Jangan samakan aku denganmu Tuan Playboy"
"Terima kasih untuk pujiannya"
"Aku tidak sedang memuji tahu"
Yunho menghela napas melihat mejanya penuh dengan bungkusan-bungkusan aneka warna berisi kue yang menumpuk. Sambil menghela napas, Yunho membereskan semua bungkusan-bungkusan itu dan memasukkannya ke dalam laci untuk kemudian dibawanya pulang. Jangan mengira kalau sampai di rumah maka Yunho akan memakan semua itu. Mungkin dia juga makan, tapi tidak sampai dua bungkus. Dan puluhan bungkus kue lainnya tentu saja diserahkan ke Jung Changmin-nya.
"Oppa.."
Yunho mengangkat wajahnya ketika ada yang memanggil, "ah, selamat pagi Ara-ah"
"P-pagi oppa… emm… kalau tidak keberatan, nanti mau tidak oppa makan siang denganku?" pinta yeojya bernama Ara itu malu-malu.
"Baiklah"
"Ah gomawo oppa!"
"Kau yakin Ara?" tanya Yoochun, "kau tahu 'kan ratusan yeojya disekolah ini bisa membunuhmu kalau kau dekat-dekat dengan Yunho"
"Jangan bicara yang aneh-aneh Yoochun, itu tidak mungkin" sahut Yunho, "lagipula kalau memang terjadi sesuatu, aku akan melindungi Ara"
.
.
.
Ada yang berbeda kali ini dengan kantin. Bukan karena makanannya atau pelayanan para petugas kantin. Namun lebih karena siapa dengan siapa yang kini berada di kantin.
Jung Yunho dan Go Ara duduk dalam satu bangku.
Oh, sungguh kini kantin diliputi suasana dingin dan mematikan.
"Suram sekali kantin hari ini" ujar Yunho santai sambil menikmati jus jeruknya.
"Iya ya" sahut Ara.
"Ara soensaengnim! Gawat!" tiba-tiba saja seorang siswi menghampiri Ara.
"Ada apa Jessica?"
"Gawat! Ada siswi yang berkelahi di toilet wanita!" ujar Jessica sambil menarik-narik tangan Ara. Mau tidak mau Ara terpaksa bangkit dari kursinya. Dengan berat hati dan sangat terpaksa yeojya itu berjalan mengikuti Jessica menuju toilet.
"Mana yang berkelahi?" tanya Ara begitu sampai di toilet.
"Itu, yang paling ujung"
Dengan gusar Ara berjalan menuju kamar kecil yang paling ujung. Satu-satunya yang diinginkkannya adalah menyelesaikan hal ini dan kembali ke Yunho. Ara lalu membuka pintu toilet paling ujung. Namun yeojya itu mengernyit heran ketika mendapati yeojya itu dalam keadaan kosong.
"Lho? Mana-" belum selesai ucapannya tiba-tiba saja ada yang mendorong punggungnya dan membuatnya memasuki toilet itu lebih dalam.
'blam!' 'cklek'
Ara memelototkan matanya ketika pintu toilet itu tertutup dan terkunci.
"Ya! Buka pintunya! Hei!" jerit yeojya itu panik.
"Nah, Ara soensaengnim baik-baik disini ya? Ntar kalau jam istirahat sdah selesai, kami keluarkan kok" terdengar suara manis Tiffany.
"Kalian menjebakku?"
"Yep! Itulah akibatnya kalau dekat-dekat dengan Yunho kami! Arraseo? A-ra soen-sa-eng-nim?"
"Mwo? Kubilang buka! Aish! Akan kuadukan kalian ke kepala sekolah!"
"…"
"Hei!"
"…"
Satu yang tidak Ara sadari adalah. Bahwa dia sendirian di toilet itu sekarang. Ckckck poor Ara…
.
.
.
"Mana Ara" tanya Yoochun heran ketika mendapati Yunho makan sendirian.
"Entahlah, tadi dia pergi bersama Jessica. Ada siswi yang berkelahi"
Yoochun terkekeh pelan, tentu saja dia tahu kalau Ara tidak akan kembali. Namja tampan bersuara husky itu kemudian memesan jus jeruk.
Sekejap saja kantin yang tadinya suram bagai kuburan kini menjadi indah bak surga. Penyebabnya tak lain karena dua guru tampan ini. Sekali dua kali Yoochun membalas senyum siswi yang tersenyum padanya. Berbeda dengan Yunho yang lebih sibuk dengan ponselnya.
"Hei, jangan terlalu dingin. Sekali-kali tersenyumlah pada yeojya-yeojya itu"
"Jangan samakan aku denganmu"
Yoochun menghela napas, "aku tahu kau masih mencintai mendiang istrimu, tapi cobalah untuk jatuh cinta lagi"
"Yeah, mungkin akan kulakukan" gumam Yunho ketus, "oh ya ini…"
Yoochun memandang bingung pada selembar undangan yang baru saja diserahkan oleh Yunho, "apa ini? Seperti undangan pernikahan"
"Memang" jawab Yunho singkat.
"Siapa yang akan menikah?" tanya Yoochun lagi sambil membolak balikkan undangan itu.
"Aku"
"Oh… eh? MWOOO!"
"Jangan teriak-teriak Yoochun!"
"Hueee~ akhirnya kau menikah sobat! Selamat ya!" ujar Yoochun sambil menepuk-nepuk bahu Yunho, "ne, mempelai wanitanya siapa?"
Yunho menghentikan kegiatan minum jusnya. Mata kecilnya memandang Yoochun dalam-dalam. Hatinya menimbang apakah lebih baik dia memberi tahu sahabatnya ini atau tidak.
"Tapi kau jangan teriak ya?" gumam Yunho memperingatkan.
Yoochun mengangguk semangat. Namja tampan bersuara husky itu sedang memikirkan nama-nama yang kemungkinan menjadi mempelai wanitanya Yunho, "jadi siapa?" desaknya tidak sabar.
Yunho menghela napas, mungkin dia akan menyesali karena memberitahukan ini ke Yoochun.
"Siapa? Siapa? Ayolah, jangan buat sahabatmu ini penasaran"
Sekali lagi namja tampan berambut brunette itu menghela napas, "Kim Jaejoong"
Hening sejenak.
Yoochun menatap Yunho dengan tatapan tidak percaya. Matanya membulat dan mulutnya ikut membulat. Untuk sejenak dia tidak terlihat tampan.
"MWOOOOO?"
Namja bermarga Jung itu kembali menghela napas. Dia tahu dia akan menyesal.
.
.
.
Jaejoong merebahkan dirinya di kasurnya. Entah sudah berapa kali namja cantik itu menghela napas. Hari ini adalah saatnya. Hari ini adalah hari pernikahannya.
"Aish!" umpat Jaejoong sambil memukul bantal. Rasanya Tuhan benar-benar tidak adil padanya. Apa ini hukuman dariNya karena Jaejoong selalu melanggar peraturan sekolah? Kalau ya, menurutnya Tuhan terlalu berlebihan dalam memberikan hukuman.
"Joongieee~ chagiii~" kembali terdengar suara melengking sang eomma. Dengan ogah-ogahan Jaejoong bangkit dari kasurnya dan mematut bayangannya di cermin.
Namja bermata bening nan cantik itu memakai jas putih seperti yang dipakainya kemarin lusa. Bedanya, kali ini dia memakai kemeja dalam berwarna pink pucat dengan dasi putih melingkar leher jenjangnya. Sedikit kusut pada bagian punggungnya karena Jaejoong merebahkan dirinya ke kasur tadi. Rambut pirangnya juga kembali di cat hitam.
Sekali lagi Jaejoong menghela napas. Mata beningnya menatap bayangannya di cermin. Tak sengaja pandangannya jatuh ke leher jenjangnya yang masih putih mulus. Yah, masih, karena setelah ini Jaejoong tidak yakin kalau lehernya masih putih seperti ini atau tidak.
"Joongieee~~" kembali Mrs. Kim memanggil putra tunggalnya itu.
"Fighting…" gumam Jaejoong lemah pada dirinya.
.
.
.
Dan disinilah Jaejoong berada. Di gereja, tepatnya di depan sang pendeta dan tepatnya lagi di samping Yunho. Namja cantik itu menghela napas lagi untuk menetralisir rasa gugup.
Berkali-kali matanya melirik ke calon suaminya yang beberapa menit lagi akan menjadi suaminya. Namja bermarga Jung itu juga mengenakan jas yang sama dengannya. Bedanya dia memakai dalaman kemeja berwarna baby blue. Dia terlihat begitu tenang.
Setelah mengucapkan beberapa pembuka, sang pendeta menatap Yunho, "apakah kau, Jung Yunho, bersedia menerima Kim Jaejoong sebagai istrimu dan terus bersamanya dikala suka maupun duka?"
"Saya bersedia"
Jaejoong membelalakkan matanya. Yunho menjawab sumpah itu dengan begitu tenang seolah tidak ada apa-apa. Berikutnya sang pendeta menatap Jaejoong dan kembali menanyai hal yang sama, "apakah kau, Kim Jaejoong, bersedia menerima Jung Yunho sebagai suamimu dan terus bersamanya dikala suka maupun duka?"
Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Ingin sekali dia meneriakkan kata 'aniyo' keras-keras, namun mana bisa dia melakukan hal itu. Hingga akhirnya dengan berat hati Jaejoong mengangguk dan…
"Saya bersedia"
Pendeta itu tersenyum dan melanjutkan ucapannya, "You may kiss your bride"
"Mwo?" bisik Jaejoong sambil memelototkan matanya. Ia tahu setelah pengucapan sumpah akan ada sesi ciuman, tapi tetap saja Jaejoong belum bisa menerima kenyataan kalau kini dia akan dan harus berciuman dengan Yunho.
Namja cantik itu ingin memprotes, namun sebelum ia sempat membuka mulutnya tiba-tiba saja ia merasakan bahunya di sentuh oleh seseorang dan membalikkan tubuhnya ke arah samping. Membuat posisinya yang tadi menghadap sang pendeta menjadi berhadapan dengan Yunho.
Jaejoong menelan ludah ketika merasakan tangan Yunho melingkar di pinggang kecilnya dan menariknya berdekatan hingga perut mereka saling menempel. Sedangkan tangan Yunho yang satunya menyentuh dagunya dan mendongakkannya sedikit. Jaejoong bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar hebat ketika Yunho menatapnya dalam.
Hingga akhirnya dengan sangat perlahan Yunho mendekatkan wajahnya ke wajah Jaejoong. Mengerti sinyal-sinyal bahaya itu Jaejoong langsung memejamkan matanya erat. Keringat dinginnya mulai mengalir dan membuat poninya agak basah. Sementara tangannya mencengkeram erat jas Yunho pada bagian dada.
Mendadak Jaejoong merasakan kepalanya pusing luar biasa. Seperti godam besar yang menghantam kepalanya kuat. Kakinya terasa lemas bagai jelly dan tubuhnya terasa melayang.
Satu yang diingatnya sebelum ia kehilangan kesadarannya adalah sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirnya.
Jaejoong membuka matanya perlahan dan mengerjap-ngerjapkannya guna membiasakan mata indah itu dengan cahaya lampu yang tiba-tiba menusuk matanya. Namja itu berusaha menggerakkan kepalanya untuk mengenali dimana dia berada sekarang.
Data yang berhasil Jaejoong kumpulkan adalah dia berada di atas sebuah kasur karena dia bisa merasakan sesuatu yang empuk menempel nyaman di punggungnya. Karena ada kasur maka otomatis kini Jaejoong berada di dalam sebuah kamar. Tepatnya kamar yang tidak ia kenali. Mata bening namja itu menangkap jarum pendek jam pada dinding menunjuk ke sembilan. Dan ketika Jaejoong melirik ke jendela yang ia lihat adalah jendela itu memvisualkan kalau saat ini sedang malam.
Jaejoong menghela napas, tangannya terulur memijit keningnya yang terasa pening. Namja cantik itu mulai mengingat-ingat. Hemm, terakhir dia berada di upacara pernikahannya dengan Yunho dan kini dia terbaring di kamar-entah-siapa pada pukul sembilan malam.
Mendadak mata namja itu membulat.
Menikah dengan Yunho.
Terbaring di ranjang.
Pada malam hari.
'Oh God!' batin Jaejoong. Segera ia melompat dari kasurnya dan meloncat-loncat di lantai. Well, dia tidak merasa sakit pada bagian bawah tubuhnya. Tak sengaja mata Jaejoong melirik sebuah kaca besar di kamar itu. Ia pun menghampiri kaca itu dan melepas kaosnya. Helaan nafas lega keluar dari bibirnya ketika mendapati tubuhnya masih putih mulus dari bercak-bercak merah mencurigakan.
Tunggu…
Jaejoong melirik apa yang tadi ia lepaskan dari tubuhnya. Kaos? Bukankah tadi dia pakai jas dan kemeja? Lalu celana panjang yang tadi dipakainya kini berubah menjadi celana pendek selutut.
Jaejoong meremas rambutnya frustasi. Siapa yang mengganti pakaiannya?
'cklek'
Jaejoong membalikkan badannya dan mendapati sosok Yunho dengan kaus hitam lengan panjang dan celana selutut berwarna krem. Namja tampan itu tampak membawa nampan berisi makanan di tangannya.
"Kau! Apa yang kau lakukan?" ujar Jaejoong frustasi sambil menunjuk-nunjuk Yunho.
"Aku? Aku membawakanmu makan malam" gumam Yunho seraya sedikit mengangkat nampannya.
"B-bukan itu maksudku! Maksudku kenapa aku bisa ada disini dan kenapa bajuku berganti?"
Yunho menghela napas dan meletakkan nampan berisi makanan itu di meja, "tadi kau mendadak pingsan, jadi aku membawamu kemari. Ini rumahku. Dan soal bajumu aku yang menggantinya karena kupikir tidak akan nyaman kalau tidur mengenakan jas"
"A-apa? Kau yang mengganti pakaianku? Kenapa harus kau? Berarti kau sudah menelanjangi aku?"
"Lalu kenapa? Kau ingin ingin umma-mu yang mengganti pakaianmu, begitu? Kita sama-sama namja 'kan? Dan lagi aku suamimu, jadi masalahnya dimana?"
"Mwo?" Jaejoong meremas rambutnya frustasi begitu mendengar kata suami. Ia masih tidak mempercayai kalau namja di depannya ini adalah suaminya. Kemarin Jaejoong masih memanggil Yunho dengan sebutan soensaengnim dan kini dia akan memanggil namja brunette tampan itu dengan sebutan 'suamiku' atau 'chagiya'.
Yunho tersenyum ketika menyadari raut panik pada wajah cantik siswanya itu. Selama ini dia mengenal Jaejoong sebagai sosok yang angkuh dan tidak pernah takut pada siapapun. Namun kini semua itu seolah menghilang, yang Yunho lihat kini adalah Jaejoong yang dengan raut cemasnya entah kenapa terlihat manis sekali di matanya.
Tanpa sengaja mata kecil Yunho jatuh pada tubuh Jaejoong yang tidak mengenakan kaus. Tubuh itu terlihat cukup proporsional dan sangat indah. Sebuah ide jahil melintas di kepala Yunho.
Namja berstatus suami itu mendadak menarik tangan istrinya dan merebahkannya di kasur. Tubuhnya berada di atas tubuh sang istri dan tangannya menahan tangan istrinya. Sedangkan sang istri a.k.a Kim Jaejoong err… maksud author Jung Jaejoong terlihat terkejut dengan kondisi mereka saat ini.
Sekuat tenaga namja cantik itu menggeliatkan tubuhnya. Berusaha lepas dari kungkungan sang suami. Namun namja bertubuh tegap di atasnya tampak tidak bergeming sedikitpun.
Yunho merendahkan wajahnya dan mengecup ujung hidung bangir Jaejoong lembut, "aku tidak pernah tahu kalau kau ternyata memiliki wajah yang sangat cantik dan tubuh yang begitu indah, BooJaejoongie…"
Mendadak tubuh Jaejoong bergetar hebat mendengar suara suaminya yang terdengar lebih berat, begitu manly. Belum lagi desahan halus yang ditambahkan Yunho menambah efek yang begitu luar biasa bagi Jaejoong. Jaejoong yakin, jika para fans Yunho mendengar suara idola mereka yang seperti ini, maka dipastikan Dong Bang akan banjir darah.
"L-lepas!" teriak Jaejoong sambil terus menggeliatkan tubuhnya. Namun sekali lagi namja yang diatasnya tidak bergeming sedikitpun.
"Sst, Changmin sedang menonton di ruang depan. Apa kau mau mengundangnya kemari dan melihat appa dan eomma-nya melakukan ini, hm?" bisik Yunho sambil mengusap bibir cherry Jaejoong lembut.
"Brengsek! Lepaskan aku!"
Yunho tidak menjawab. Mata kecil namja itu tertuju pada bibir cherry Jaejoong. Sejak menyentuh bibir itu saat upacara pernikahan tadi, Yunho jadi ingin merasakannya lagi. Namja itu merendahkan tubuhnya dan sekali lagi ia tersenyum ketika melihat Jaejoong memejamkan matanya erat.
Jaejoong yang merasakan bahwa ini detik-detik terakhir bagi keperawanannya memejamkan matanya erat. Perlawanan runtuh sudah ketika menyadari wajah Yunho mendekat secara perlahan ke arahnya. Bisa dirasakannya nafas hangat Yunho beraroma mint menerpa tubuhnya. Namun yang ia rasakan berikutnya bukanlah sentuhan lembut pada bibirnya, namun ciuman gemas pada pipinya dan selanjutnya terdengar suara tawa Yunho.
"Hahahaha… seharusnya kau lihat bagaimana lucunya wajahmu tadi" ujar Yunho sambil bangkit dari atas tubuh Jaejoong.
"Sial! Kau memainkanku, brengsek!"
Tiba-tiba saja Yunho menatap Jaejoong dengan pandangan dingin dan datar. Entah kenapa hal itu membuat Jaejoong merasa tidak nyaman.
"A-apa?" tanya Jaejoong takut-takut. Baru kali ini ia melihat Yunho menatapnya seperti itu.
"Dengar Jaejoong, mulai sekarang aku tidak ingin mendengar umpatan keluar dari mulutmu. Mengerti?"
"Ha? Apa hak-mu mengaturku?"
"Kuingatkan saja, saat ini kau adalah eomma-nya Changmin. Dan karena kau adalah eomma-nya maka kuharap kau mau memberi contoh yang baik pada Changmin"
Jaejoong tertegun. Benar juga. Saat ini dia bukan hanya istri dari seorang Jung Yunho, dia juga merupakan eomma dari si kecil Jung Changmin. Huft, si evil kecil itu mungkin akan sangat merepotkan.
"Yah sudahlah, aku mau menemani Changmin. Kau makanlah dulu" ujar Yunho sambil menunjuk nampan berisi makanan dengan dagunya. Namja manly itu kemudian keluar dari kamar meninggalkan Jaejoong seorang diri.
Dengan ogah-ogahan Jaejoong mengambil nampan yang diletakkan oleh Yunho tadi. Sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan air putih. Namja cantik itu kemudian menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Rasanya tidak terlalu buruk. Namun baru beberapa suap Jaejoong sudah menghentikan makannya. Makan sendirian ternyata tidak enak.
Jaejoong kemudian keluar dari kamar. Begitu membuka pintu Jaejoong di hadapkan dengan pintu lain. Pada pintu itu terdapat gantungan kamar berbentuk mobil dengan tulisan 'Kamar Changmin'. Tulisan itu terlihat bagai cakar ayam, sudah pasti Changmin yang menulis itu. Jaejoong kemudian mengalihkan kepalanya ke arah kiri dan mendapati sebuah anak tangga.
Namja cantik itu kemudian menuruni anak tangga itu dan berakhir pada ruangan yang sepertinya dapur sekaligus ruang makan. Karena di ruang itu terdapat sebuah meja dan empat buah kursi yang mengelilingi meja itu. Dan tidak jauh dari situ terdapat kuali dan beberapa barang yang merupakan peralatan dapur.
Tidak sengaja Jaejoong mendengar sayup-sayup suara lain. Sepertinya suara Changmin. Namja itu kemudian membiarkan kakinya melangkah menuju arah suara. Setelah keluar dari dapur, Jaejoong mendapati ruangan lain yang sepertinya ruang menonton. Karena di ruangan tersebut terdapat sebuah televisi berukuran besar dan di depan televisi itu terdapat sofa yang lumayan besar. Sedangkan kalau berjalan lurus ke depan maka kau akan menemukan ruang tamu. Antara dapur, ruang menonton dan ruang tamu semuanya di batasi sekat berupa tembok.
Jaejoong kemudian mendapati sosok Changmin yang tengah bermain puzzle dengan Yunho di lantai yang dilapisi oleh karpet berbahan lembut. Namja cantik itu kemudian mendudukkan dirinya di sofa depan televisi dan melanjutkan makannya.
"Kaa-chan!" teriak Changmin lalu bangkit dan duduk di samping Jaejoong. Bocah kecil itu menyorongkan badannya dan membuka mulutnya lebar, "Aaaa~"
Mengerti akan isyarat itu Jaejoong kemudian menyendokkan nasi goreng ke mulut Changmin. Setelah mendapat apa yang diinginkannya kembali Changmin duduk di lantai dan menyelesaikan puzzle yang berukuran cukup besar itu bersama Yunho.
Namja cantik bermata bening itu menatap Changmin yang kembali sibuk dengan mainannya. Changmin memanggilnya apa tadi? Kaa-chan? Huuft… kehidupannya benar-benar berubah sekarang.
Jaejoong masih terus makan namun makannya tidak begitu tenang. Betapa tidak, Changmin bolak-balik berjalan ke arahnya dan minta disuapi. Merasa kasihan akan Changmin yang bolak-balik begitu akhirnya Jaejoong mendudukkan dirinya di lantai bersama Yunho dan Changmin.
Namja itu masih terus makan sambil matanya melirik ke puzzle yang dimainkan oleh Yunho dan Changmin. Sambil masih tetap menyuapi Changmin sesekali.
"Nee~? Yang ini tempatnya dicini ya?" gumam Changmin sambil menunjuk sekeping puzzle yang baru saja di letakkan Yunho.
"Memang letaknya disitu 'kan?" sahut Yunho.
"Bukan" Jaejoong kemudian meletakkan piringnya. Tangannya terjulur mengambil kepingan puzzle itu dan meletakkannya pada tempat yang menurutnya benar. Changmin yang melirik piring yang diletakkan Jaejoong dan menyendokkannya banyak-banyak serta memasukkannya ke mulutnya. Tentu saja itu menyebabkan beberapa butir nasi goreng berceceran di lantai dan sebagian lagi menempel di mulut Changmin.
Jaejoong yang menyadari hal itu membersihkan mulut Changmin pelan, "aigoo, kalau makan jangan sampai berserakan dong"
Yunho yang melihat itu hanya tertegun. Melihat sosok Jaejoong yang membersihkan mulut Changmin membuatnya merasa tenang. Namja tampan itu tersenyum tipis, sepertinya Jaejoong memang bisa menjadi eomma yang baik untuk Changmin.
.
Jam menunjukkan pukul sebelas ketika Yunho kembali ke ruang televisi setelah menidurkan Changmin di kamarnya. Namja tampan berusia 24 tahun itu agak terkejut ketika mendapati Jaejoong yang sudah mengganti pakaiannya dengan piyama tengah duduk di sofa sambil menonton televisi.
"Kenapa masih menonton? Sana tidur" perintah Yunho.
Jaejoong hanya melirik sekilas. Lalu kembali menonton. Melihat itu Yunho hanya menghela napas, tentu saja dia masih ingat karakter seorang Kim Jaejoong yang susah di atur itu. Walau marga Kim-nya sudah berganti dengan Jung.
"Ini sudah malam, besok kau bisa terlambat ke sekolah" gumam Yunho lagi dengan nada lembut.
"Terus kenapa kalau aku terlambat? Kau mau menghukumku, soen-saeng-nimm~?"
Kembali Yunho menghela napas, sepertinya akan sulit baginya untuk mengatur istri cantiknya ini. Daripada buang-buang waktu untuk bertengkar dengan Jaejoong, Yunho lebih memilih untuk mendudukkan dirinya di samping Jaejoong dan ikut menonton film yang ditonton Jaejoong.
Sesaat ruangan itu hening. Hanya terdengar suara dari televisi yang menayangkan film barat bergenre action itu. Yunho melirik Jaejoong sekilas, namja cantik itu terlihat serius menonton televisi sambil memeluk bantal. Sosok Jaejoong yang seperti itu terlihat sangat cute dimata Yunho dan author.
Yunho kembali melayangkan pandangannya ke film barat itu. Namun yang namanya film barat walau bergenre action, tetap saja ada adegan-adegan mesumnya. Dan adegan mesum itulah yang kini terpampang jelas di layar televisi berukuran besar itu.
Memperlihatkan seorang wanita yang dicumbu oleh teman prianya. Semuanya ditampilkan begitu jelas kecuali bagian bawah tubuh kedua pemain yang tidak diperlihatkan. Namun tetap saja adegan itu terlihat cukup 'mengerikan'. Suara desahan dari kedua pemain terdengar begitu jelas, untung Changmin sudah tidur.
Suasana masih hening. Namun kali ini heningnya beda. Mungkin lebih tepat kalau suasana disebut kaku. Yunho mengubah duduknya, agak gelisah juga menonton film seperti ini. Well, jangan kira Yunho mesum atau apa, Yunho adalah namja dewasa yang sehat. Wajar 'kan kalau 'yunnie'-nya bereaksi di saat seperti ini?
Yunho kemudian melirik ke arah Jaejoong. Namja cantik itu memeluk bantalnya lebih erat. Bibirnya cherry indahnya terlihat digigit oleh giginya lalu rona merah muda yang memenuhi wajah cantik itu. Melihat itu membuat ide jahil terselip di otak Yunho.
"Jae…" panggilnya dengan suara seberat dan se-sexy mungkin.
"AKU TIDUR! BESOK AKU MAU SEKOLAH!" pekik Jaejoong sambil berlari secepat mungkin menuju kamarnya. Yunho tercengang melihat reaksi namja cantik itu, namun kemudian ia tertawa kecil.
Jaejoong benar-benar lucu, pikirnya.
.
Begitu sampai di kamarnya namja cantik itu segera mematikan lampu dan bergulung di balik selimutnya.
Jantungnya berdetak begitu kencang mengingat kejadian tadi. Bukan karena adegan mesum pada film tadi, Jaejoong sudah cukup sering menonton film semacam itu. Namun kali ini berbeda, tadi Jaejoong menontonnya dengan Yunho dan itu membuat segalanya terasa berbeda. Belum lagi suara Yunho yang begitu… err… menggoda…
'krieet'
Jaejoong memejamkan matanya rapat –atau gampangnya pura-pura tidur- ketika mendengar ada yang membuka pintu. Yunho tentu saja. Mereka sudah menikah, wajar 'kan kalau tidurnya sekamar.
Namja cantik itu membuka matanya sedikit. Hanya untuk mengantisipasi kalau Yunho tidak akan menyerangnya secara tiba-tiba.
Sementara itu Yunho tampaknya tidak menyadari kalau Jaejoong belum tertidur. Namja bermata sipit itu menghidupkan lampu tidur di meja dekat sebuah cermin besar. Cahaya dari lampu tidur itu berwarna kuning dan tidak terlalu terang. Menjadikan suasana kamar itu remang-remang. Yunho kemudian melepas kaus hitamnya, memperlihatkan tubuh sexy dengan kulit kecoklatan miliknya. Dengan santai Yunho membuka lemari dan mencari kaus yang nyaman untuk tidur.
Berbeda dengan Jaejoong yang kini tidak lagi membuka matanya sedikit, melainkan membelalakkannya sempurna. Ia tidak tahu kalau gurunya yang menyebalkan itu mempunyai tubuh demikian sexy. Belum lagi efek dari lampu tidur membuat sosok Yunho terlihat… erotis?
Setelah menemukan kaus yang tepat dan memakainya, Yunho kemudian berjalan menuju tempat tidurnya. Tentu saja hal itu membuat Jaejoong kembali memejamkan matanya erat. Namja bermata bening itu bisa merasakan sisi kasurnya di samping terasa berat. Yang itu artinya Yunho sudah membaringkan tubuhnya di samping Jaejoong.
Padahal baru kemarin mereka hanya berada di kelas yang sama. Namun siapa sangka kalau kini mereka justru tidur di tempat yang sama.
Jaejoong menghela napas, sepertinya dia akan sulit tidur malam ini.
"Jae… Jae…"
Jaejoong membuka matanya perlahan ketika merasa ada yang menepuk pipinya. Yang pertama dilihatnya adalah sosok Yunho yang sepertinya baru mandi. Terlihat dari handuk putih yang melingkar di lehernya dan rambut cokelatnya yang basah.
"Sudah pagi, sana mandi" perintah Yunho sambil mengeringkan rambutnya.
Jaejoong menggeliat. Tangannya memeluk erat guling dan membenamkan wajahnya disana. Jaejoong memang punya masalah tentang bangun pagi.
"Jae…"
"Aku masih ngantuk, biarkan aku tidur sebentar lagi" rengek Jaejoong sambil mempererat pelukannya ke guling.
Yunho menghela napas, namja itu memutuskan untuk membiarkan Jaejoong tidur sebentar lagi. Toh, jam sekolah mulai sekitar satu setengah jam lagi. Yunho kemudian memasuki kamar di depannya. Kamar Changmin.
Tidak beda dengan ibunya bocah kecil itu masih bergulung nyaman dengan selimutnya. Yunho lalu menyibakkan gorden jendela, membiarkan sejumlah cahaya hangat matahari menyinari kamar berwarna baby blue itu.
"Changmin, ayo bangun. Kau harus sekolah kan?" gumam Yunho sambil menggoyangkan bahu kecil Changmin.
"Emm~ cebental lagi tou-chan~~ Min ngantuuukk~"
Yunho hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang tidak beda jauh dengan istrinya. Namja bermata sipit itu kemudian berjalan ke kamar mandi yang masih satu ruangan dengan kamar tidur Changmin. Setelah mempersiapkan air hangat pada bak mandinya Yunho kembali ke kasur Changmin.
"Changmin…" panggilnya. Namun masih tidak membuahkan hasil. Yunho lalu membuka selimut Changmin, ia tersenyum ketika melihat raut wajah Changmin yang berkerut karena terganggu tidurnya. Yunho kemudian menarik celana piyama Changmin dan melepas kancing baju piyamanya.
Setelah selesai menelanjangi Changmin *author merinding sendiri pas ngetik ini* Yunho lalu menggendong tubuh mungil anaknya dan dengan perlahan meletakkan Changmin ke bak mandi yang berisi air mendidih *plakk* bak mandi yang berisi air hangat.
"Euumm~ tou-chaaa~nn" gumam Changmin ketika kulitnya menyentuh air hangat. Mau tidak mau namja kecil itu membuka matanya ketika Yunho mengusapkan air hangat ke muka bulat Changmin.
"Nah, sekarang Changmin mandi sendiri ya? Bajunya tou-chan letakkan di kasur"
Changmin mengangguk sambil meraih mainan karetnya. Merasa Changmin sudah bisa ditinggal Yunho lalu berjalan menuju kamarnya. Huft, bayi kecil sudah selesai, sekarang tinggal mengurus si bayi besar.
Yunho menghela napas ketika melihat Jaejoong yang masih asyik bermesraan dengan kekasihnya alias guling. Namja itu merasa kalau memanggil Jaejoong hanya akan membuang waktu. Oleh karena itu Yunho mencoba membangunkan Jaejoong dengan cara dia membangunkan Changmin. Untungnya ia sudah mempersiapkan air di bak mandi di kamar mereka.
Yunho menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuh Jaejoong. Lalu dengan perlahan menarik celana piyama Jaejoong. Dan celana itu sukses terlepas, membuat Yunho menelan ludah karena menyaksikan sepasang paha mulus Jaejoong yang terpampang. Saat itu Jaejoong mengenakan boxer hitam super pendek di balik celana piyamanya. Nah, bagian bawah selesai. Yunho merangkak naik dan menelentangkan tubuh Jaejoong. Kelihatannya sang putri masih belum terbangun dari tidurnya. Yunho kemudian mengulurkan tangannya dan melepas kancing Jaejoong satu persatu.
Baru sampai di kancing ketiga, mata bening nan cantik itu terbuka dan melebar sempurna menyaksikan apa yang berada di depannya. Cepat dia mendorong tubuh Yunho dan mendudukkan badannya di kasur. Namja cantik itu memasang wajah horror ketika menemukan celana piyamanya teronggok di lantai.
"Ya! Jung Yunho! Kau mau memperkosaku, hah?" teriak Jaejoong.
"Aish, bicara apa kau ini, aku hanya ingin membangunkanmu tahu"
"Tapi 'kan tidak perlu sampai menelanjangiku begini!"
"Bagaimana lagi? Kau susah sekali dibangunkan. Aish sudahlah, sekarang cepat mandi dan turun ke bawah untuk sarapan" ujar Yunho lalu melangkah ke luar kamar.
Jaejoong hanya menggerutu. Namja cantik itu kemudian berjalan masuk ke kamar mandi. Begitu sampai dikamar mandi Jaejoong melepas pakaiannya hingga benar-benar tidak ada yang melapisi badannya lagi *readers jangan mimisan dulu ya?*.
Mata bening Jaejoong kemudian tertuju pada ember putih di sudut kamar mandi. Jaejoong beranggapan kalau ember itu tempat untuk meletakkan kain kotor. Dan benar saja, ember itu memang tempat untuk meletakkan kain kotor. Jaejoong baru akan meletakkan pakaian kotornya di ember itu ketika mata beningnya menangkap pemandangan sepotong kain berwarna putih yang familiar bagi Jaejoong di dalam ember tersebut. Seketika rona merah padam memenuhi wajah cantiknya. Jaejoong tahu betul kain itu adalah sebuah celana dalam. Tepatnya… *author tarik napas dulu* celana dalam Yunho.
Jaejoong menghela napas. Kehidupannya yang sekarang memberi begitu banyak kejutan.
.
Jaejoong mendudukkan dirinya di salah satu kursi di ruang makan. Terlihat penggorengan berisi telur ceplok yang sedang dimasak. Sementara yang memasak alias Yunho terlihat sibuk memakaikan dasi Changmin. Changmin saat ini sekolah di sebuah TK favorit di Seoul.
"Jae, tolong angkat telurnya, sepertinya sudah matang" perintah Yunho. Namun Jaejoong hanya melirik sekilas lalu memainkan ponselnya.
"Ya Jae! Tolong aku sebentar!"
"Aniyo, itu masakanmu 'kan?"
"Tapi Jae-" perkataan Yunho terpotong oleh Jaejoong yang dengan cueknya menempelkan headset di telinganya.
Melihat itu Yunho hanya menghela napas. Namja itu meninggalkan Changmin sejenak untuk mengangkat masakannya yang nyaris hangus.
Changmin kemudian berjalan menghampiri kursi dan berusaha menaiki kursi itu. Namun rupanya kursi itu cukup tinggi hingga Changmin merasa kesulitan untuk menaikinya. Jaejoong yang melihat itu lantas bangkit dari kursinya, namja itu melingkarkan tangannya pada pinggang Changmin dan membantu bocah kecil itu duduk di kursi.
"Minumlah susu yang banyak, kau ini pendek sekali" ketus Jaejoong.
"Ya! Kaa-chan jahat!"
"Eh?" Jaejoong menoleh ke Changmin. Dia bilang apa tadi? Kaa-chan? Oh yeah tentu saja, bukankah dia sudah menjadi istri sah Jung Yunho. Wajar kalau Changmin memanggilnya dengan sebutan 'kaa-chan', namun tetap saja masih terasa asing buat Jaejoong.
Sejenak suasana di dapur yang juga merangkap sebagai ruang makan itu hening. Jaejoong masih menggenggam ponselnya namun mata besarnya menatap punggung Yunho yang kali ini tengah membuat telur dadar. Jaejoong lalu menolehkan pandangannya ke Changmin yang tengah memakai dasinya yang tadi ditinggalkan oleh Yunho.
"Bukan begitu caranya" gumam Jaejoong sambil mengambil alih dasi Changmin. Namja bermata indah itu membetulkan dasi Changmin sambil menerangkan caranya.
"Nah, sudah rapi. Cobalah belajar untuk mengenakan dasi sendiri, supaya tidak merepotkan orang lain"
"Eumm~" Changmin manggut-manggut.
'ting nong'
Terdengar suara bel pintu depan. Mulanya Jaejoong mengacuhkan suara bel itu, tapi lama-lama jadi mengganggu juga karena entah-siapa-itu menekan belnya berulang kali.
"Oi soensaengnim, kau tidak dengar suara bel?"
"Kau tidak lihat aku sedang apa?" jawab Yunho yang sedang memasak dengan cuek.
"Kaa-chan, kenapa kaa-chan manggil tou-chan coencaengnim?"
Jaejoong memutar bola matanya, "memangnya kau berharap aku memanggil appa-mu dengan sebutan apa? Chagiya? Jangan harap!" gumamnya ketus lalu beranjak untuk membuka pintu.
Jaejoong agak tertegun melihat namja berambut pirang yang kini berdiri di depannya. Namja itu terlihat sangat cantik, terutama dengan lesung pipitnya.
"Anneyong haseo, Leeteuk imnida… eumm… kau?" namja cantik itu memiringkan kepalanya bingung.
"Eumm, aku K- maksudku… J-jung Jaejoong"
"Jung Jaejoong? Kau kerabat Yunho-sshi?" tanya Leeteuk.
"Emmm… yah semacam itulah…" gumam Jaejoong akhirnya. Bagaimana pun dia belum siap untuk memperkenalkan dirinya sebagai istri Yunho.
"Ah, kalau begitu seperti biasa aku ingin menitipkan Kyu… tolong ya"
Jaejoong menundukkan kepalanya dan mendapati seorang bocah berwajah manis seperti yeojya. Bocah itu berkulit putih bersih dan rambutnya coklat ikal. Bocah manis itu mengenakan seragam yang sama dengan Changmin.
"Eh, oh ya…"
Leeteuk menundukkan badannya dan mengecup puncak kepala anaknya, "ne Kyu, eomma berangkat kerja dulu ya? Baik-baiklah bersama Jae ahjumma, arra?"
Jaejoong membelalakkan matanya terkejut, 'mwo? Ahjumma? Aiish…'. Leeteuk lalu berjalan meninggalkan kediaman keluarga Jung.
"Nah, ayo masuk… eh?" gumam Jaejoong terkejut ketika mendapati bocah berambut ikal itu sudah memasuki rumah terlebih dahulu.
Bocah pendek seumuran Changmin itu menarik kursi dekat Changmin. Dan seperti Changmin tadi, bocah itu pun kesulitan menaiki kursinya. Kembali Jaejoong memutuskan untuk membantunya naik ke kursi.
"Ne, celamat pagi ahjucci, pagi Changminnie, pagi eumm…~ ah, Jae ahjumma!" ujar bocah itu memberi salam ke semua yang berada di ruang makan.
"Selamat pagi juga Kyu" jawab Yunho sambil meletakkan telur yang sudah masak ke piringnya, Jaejoong, Changmin dan Kyu.
"Ini siapa?" tanya Jaejoong.
"Namanya Kim Kyuhyun, anaknya Leeteuk ahjumma dan Kangin ahjussi. Tetangga sebelah. Kedua orang tuanya bekerja, karena itu Kyu sering dititipkan kemari. Dan lagi kebetulan dia dan Changmin satu sekolah"
"Ne, ne kaa-chan, celain itu Kyu juga calon ictli Min lho?" tambah Changmin sambil memeluk leher Kyuhyun.
"Kaa-chan?" Kyuhyun membeo bingung.
"Eum! Ini kaa-chan Min yang balu Kyuuu~"
Kyuhyun memandang Jaejoong lekat-lekat, "milip cama kaa-chan Min yang di poto ya?"
"Iya 'kan? Ini kaa-chan Min tapi edici laki-laki"
"Mwo? Belalti eomma Kyu ada juga dong yang edici pelempuan"
Jaejoong memutar bola matanya bosan. Dasar anak-anak sok tahu, pikirnya.
.
.
.
"Bye tou-chan! Bye kaa-chan!" teriak Changmin sambil melambaikan tangannya begitu sampai di TK.
"Bye ahjucci! Bye ahjumma!" yang ini Kyu yang berteriak.
Yunho balas melambaikan tangan sementara Jaejoong hanya diam. Setelah mengantar Changmin dan Kyuhyun ke TK, itu artinya di mobil hanya mereka berdua sekarang. Kini Yunho dan Jaejoong sedang dalam perjalanan menuju Dong Bang High School.
"Soal pernikahan ini lebih baik dirahasiakan saja" gumam Jaejoong, "aku tidak mau kalau nantinya aku diserang sama fans-mu yang brutal itu"
"Aku juga tidak mau orang lain mengetahui kalau aku menikah dengan orang sepertimu" sahut Yunho cuek.
Jaejoong memalingkan wajahnya ke Yunho, "apa maksudmu bicara begitu? Kalau sejak awal memang tidak mau menikah seharusnya kau bilang!"
"Terus kau sendiri kenapa setuju saja menikah denganku, hah?"
Jaejoong bungkam.
"Dengar Jae, aku menikah denganmu itu karena orang tua kita sudah menjodohkan kita, mengerti?"
"Terus kenapa kau menyetujui perjodohan itu?"
"Karena aku anak penurut, bukan sepertimu!" ketus Yunho, "lagipula Changmin masih kecil, anak sekecil itu pasti masih sangat membutuhkan sosok seorang umma"
Jaejoong menghela napas, "aku tidak pandai mengurus anak"
"Aku tahu, mengurus diri sendiri saja kau tidak becus"
Jaejoong memandang kesal pada Yunho yang masih santai menyetir.
"Oh ya, ada beberapa orang yang sudah mengetahui pernikahan kita"
"Siapa?" tanya Jaejoong.
"Kepala sekolah dan temanku Yoochun, dan kurasa sahabatmu Junsu juga sudah tahu"
"Ah, benar juga. Kurasa aku harus memperingatkan Junsu sebelum dia bicara ke yang lain"
.
.
.
Tidak sampai 15 menit kemudian mobil yang Yunho bawa sudah sampai di depan gerbang sekolah. Namun hanya Yunho yang berada dalam mobil itu, sedangkan Jaejoong turun sekitar lima meter dari sekolah. Dia tidak mau kalau ada yang melihatnya turun dari mobil Yunho.
Begitu sampai di sekolah Jaejoong langsung menuju kelasnya. Huft, beruntung waktu berjalan di koridor tadi tidak ada yang menanyainya yang aneh-aneh. Berarti memang tidak ada yang mengetahui tentang pernikahannya dengan Yunho.
Namun begitu sampai di kelas ia merasakan aura yang berbeda. Bangku tempatnya dan Junsu duduk terlihat dikerumuni oleh siswa lainnya yang kebanyakan adalah yeojya.
"Ah Jaejoong! Ayo lihat ini!" ujar Junsu yang sedari tadi di kerumuni.
Jaejoong mulai merasa tidak enak. Apalagi ketika kerumunan yeojya di bangku Junsu tadi kini menatap tajam padanya. Dengan perlahan Jaejoong mendekati Junsu.
"Lihat apa Su?" tanyanya.
Junsu tersenyum lebar, "ini lho, photo pernikahanmu dengan Yunho soensaengnim kemarin. Bagus-bagus lho! Apalagi yang ini!" tunjuk Junsu pada satu photo yang sukses membuat Jaejoong membulatkan matanya ketika melihat photo itu. itu photo ketika dirinya berciuman dengan Yunho. Aish, siapa yang memotret ini?
"Junsu pabbo! Kenapa kau bilang ke yang lain?" bisik Jaejoong.
"Lho? Memangnya tidak boleh ya?"
"Kim Jaejoong"
Jaejoong membalikkan badannya dan mendapati barisan yeojya berdiri di depannya. Dengan Taeyeon berdiri paling depan serta anggota 'Love YunYun club' lainnya. Tidak hanya yeojya dari kelasnya, tapi juga ada yeojya dari kelas lain.
"APA BENAR KAU MENIKAH DENGAN YUNHO SOENSAENGNIM HAH?" teriak Taeyeon tepat di wajahnya.
"Kalau iya kenapa?" balas Jaejoong tidak mau kalah. Memang awalnya dia tidak ingin menyebarkan berita ini, tapi semua sudah terlanjur. Photo-photo yang ditunjukkan Junsu barusan menjadi bukti paling nyata.
Jaejoong hanya diam menatap kerumunan yeojya yang seolah siap untuk membunuhnya saat ini. Mungkin setelah ini Jaejoong harus siap dibenci oleh seluruh yeojya di sekolah ini.
"Bagaimana ini ketua?" tanya Yoona ke Taeyeon, "kita tidak bisa lagi mempertahankan club kita karena Yunho soensaengnim sudah ada yang punya"
Taeyeon berpikir keras. Namun kemudian namja itu menghela napas, "dengan sangat terpaksa kita harus membubarkan klub kita" ujarnya dengan nada sangat menyesal dan disambut oleh desahan kecewa dari ratusan yeojya yang kini memenuhi kelas Jaejoong.
Tentu saja kecewa, sebab di sekolah ini klub Taeyeon dan kawan-kawan adalah klub dimana kau bisa mengetahui semua hal tentang Jung Yunho. Anggotanya tidak lain adalah seluruh siswi di sekolah ini dengan sembilan yeojya sebagai anggota inti. Well, sebenarnya ada juga namja yang menyukai Yunho, namun jumlahnya tidak sampai 20 orang.
"Tapi Taeyeon-ah, kalau klub ini dibubarkan, bagaimana kami bisa mengetahui kabar terbaru tentang Yunho soensaengnim?" tanya seorang yeojya yang diiyakan oleh yeojya lainnya.
Taeyeon kembali berpikir keras. Sebagai ketua 'Love YunYun Club' yeojya cantik itu tidak mau kalau harus mengecewakan anggotanya.
"Aku tahu!" seru Taeyeon yang membuat yeojya-yeojya memandangnya penuh tanya.
"Jadi bagaimana ketua?" tanya Sooyoung.
Taeyeon tersenyum lebar. Yeojya itu kemudian berpindah ke samping Jaejoong dan menghadap ke kerumunan yeojya lainnya, "tenang saja! 'Love YunYun Club' tidak akan bubar!" serunya, "kita hanya perlu mengganti nama klub-nya saja"
"Menggantinya? Jadi nama klub kita apa?" tanya Hyoyeon bingung.
Taeyeon terkekeh pelan, "hohoho… mulai sekarang 'Love YunYun Club' berganti nama menjadi 'LOVE YUNJAE CLUB'!"
"MWO?" tidak hanya para yeojya pecinta Yunho itu saja yang terkejut, Jaejoong sendiri terkejut luar biasa. YunJae? Aiiish…
"Kalian setuju 'kan?"
Para yeojya terlihat berpikir.
"Aku setuju" celetuk Sunny, "bukankah lebih baik kalau Yunho soensaengnim itu sama Jaejoong saja? Supaya Ara soensaengnim yang kecentilan itu berhenti mendekati Yunho soensaengnim, ya 'kan?"
Kini para yeojya terlihat setuju dengan ide barusan. Well, daripada Yunho digrepe-grepe sama Ara, lebih bagus kalau Jaejoong saja yang menggrepe-grepe Yunho 'kan?
"Nah, mulai sekarang kita adalah anggota 'Love YunJae Club'! HIDUP YUNJAE!"
"HIDUP YUNJAE!"
"HIDUP YUNJAE!"
"YUNJAE IS REAL!" *khusus yang ini author yang teriak*
Jaejoong mendesah pelan mendengar teriakan para yeojya yang terkesan seperti rakyat yang baru mendapat kemerdekaan.
"Hidup YunJae!"
"Kenapa kau ikut-ikutan Su?" Jaejoong mendelik kesal pada sahabatnya.
"Hehehe… aku 'kan temanmu, jadi aku akan selalu mendukungmu, Jae"
Jaejoong hanya memutar bola matanya bosan.
.
.
.
"Selamat pagi, pengantin baru" sapa Yoochun sambil menyeringai ketika melihat sahabatnya baru tiba.
Yunho memutar bola matanya, "yeah, selamat pagi" jawabnya pelan.
"Jadi bagaimana?" tanya Yoochun lagi.
"Apanya yang bagaimana?"
"Tentu saja istrimu"
"Memang kenapa dengan Jaejoong?"
Yoochun menepuk jidat lebarnya, "aigooo, maksudku bagaimana dengan istrimu? Sempitkah?" kali ini Yoochun menambahkan seringai pada kata terakhirnya.
Yunho memasang wajah berpikir. Namun kemudian semburat merah memenuhi wajahnya, "Ya! Bicara apa kau Park Yoochun!"
"Hei santai saja kawan! Jadi bagaimana?"
Yunho mendudukkan dirinya di kursi lalu membuka-buka buku absen, "kami tidak melakukan apa-apa semalam"
"Mwo? Benarkah? Kenapa?"
"Jaejoong masih kecil, aku tidak mau melakukan yang seperti itu dengan anak kecil" jawab Yunho singkat.
"Aish, jangan berbohong Yun"
Yunho hanya mendengus kesal, "untuk apa aku berbohong? Daripada itu, kau sendiri kapan menikah, huh?"
"Aku? Aniyo, kurasa aku tidak ingin menikah, aku ingin hidup bebas"
"Dasar" desis Yunho.
Hening sejenak. Ruang guru perlahan mulai ramai didatangi oleh guru lain.
"Oppa," Yunho mengangkat kepalanya ketika mendengar ada yang memanggilnya.
"Ada apa Ara-ah?" tanya Yunho.
"Oppa, kudengar oppa menikah dengan Jaejoong-sshi, benarkah?"
"Mwo?" Yunho membulatkan matanya. Bagaimana Ara bisa tahu? "bagaimana kau bisa tahu?"
"Jadi benar ya?" Ara memasang tampang mewek plus kecewa setengah mati, "aku tahu dari obrolan siswi"
"Mwo?" kalau sudah menjadi obrolan para siswi, berarti kabar pernikahannya dengan Jaejoong sudah meluaskan di seluruh sekolah kan?
"Yoochun! Kau yang menyebarkan berita itu ya?" tuduh Yunho ke Yoochun.
"Aniyo! Aku tidak mengatakan itu pada siapapun"
Yunho hanya menghela napas. Apa boleh buat kalau sudah ketahuan begini. Dengan langkah gontai namja itu berjalan keluar dari ruang guru begitu mendengar bel berbunyi. Jam pertama di kelas Jaejoong. Yunho hanya bisa menghela napas.
Dan disinilah Yunho kini berada. Di dalam kelas, di depan siswanya yang delapan puluh persennya adalah yeojya. Rata-rata yeojya itu tersenyum penuh arti ke arahnya. Yunho melirik Jaejoong dan mendapati namja itu menopang wajahnya sambil menghadap keluar jendela.
"Ehem" Taeyeon sang ketua kelas sekaligus Leader of Love YunJae Club bangkit dari kursinya, "saya mewakili seluruh kelas ingin mengucapkan selamat untuk pernikahan Yunho soensaengnim dengan Jaejoong-ah"
Sekejap kelas penuh dengan tepuk tangan serta ucapan semacam 'selamat' memenuhi ruang kelas. Yunho hanya bisa tersenyum ramah menanggapi semua itu. Sedangkan Jaejoong memanyunkan bibirnya kesal.
"Terima kasih" gumam Yunho masih dengan senyum ramahnya.
"Ne, soensaengnim, apa Jaejoong-ah istri yang baik?"
Jaejoong mendelik pada yeojya yang bertanya tadi.
"Ne, ne… Jae istri yang sangat baik" jawab Yunho tenang.
"Kalian dengar itu?" celetuk Tiffany, "Yunho soensaengnim menyebut Jaejoong-ah dengan Jae, kyaaaa~"
"Imutnyaaaa~"
"Kyaaaa~ manis~"
"Hyaaaa~"
Jaejoong memutar bola matanya bosan. Apa yang manis dari panggilan itu? ckckck…
"Soensaengnim," kali ini Soehyun yang bertanya, "kira-kira soensaengnim ingin punya anak berapa?"
Pertanyaan dari Soehyun sontak membuat yeojya seisi kelas itu blushing parah dan senyum-senyum gaje. Kata 'anak' secara tak langsung membuat adegan NC-21 YunJae tergambar jelas di otak mereka.
"Kami belum memikirkan untuk punya anak, mungkin nanti setelah Jae tamat sekolah" jawab Yunho dan kembali membuat para yeojya itu ber-kyaa-kyaa ria.
"Nah, sekarang buka bukua halaman…"
"Soensaengnim!" lagi-lagi seorang yeojya mengangkat tangannya.
"Ya Jessica-sshi?"
"Ceritakan bagaimana malam pertama soensaengnim dengan Jaejoong-ah!"
"Mwo?" Jaejoong membelalakkan matanya terkejut, begitu pula dengan Yunho. Sementara yang lain memasang wajah mesum. Kecuali Junsu, namja imut super innocent itu hanya memiringkan kepalanya bingung.
"Heh! Dengar ya! Aku dan Yunho sama sekali tidak melakukan apa-apa! Jadi berhenti bertanya yang aneh-aneh!" ujar Jaejoong frustasi. Namja cantik itu benar-benar merasa kesabarannya diuji.
Mendengar jawaban Jaejoong, kembali para yeojya ber-kya-kya ria. Ckckck… dasar yeojya-yeojya aneh.
.
.
.
Jaejoong merebahkan badannya di kasur. Hari ini adalah hari paling melelahkan sedunia. Betapa tidak, kemana pun Jaejoong pergi para yeojya selalu mengerubunginya. Tentu saja mereka semua menanyakan tentang bagaimana Yunho di rumah. Belum lagi waktu jam pelajaran bahasa Inggris tadi, Ara soensaengnim si guru bahasa Inggris selalu menyuruhnya mengerjakan soal ini-itu dan tidak jarang memarahinya ketika Jaejoong melakukan kesalahan. Jelas Ara cemburu padanya. Walau begitu para yeojya di kelasnya senantiasa membelanya.
*Flasback*
"Ya Jaejoong-sshi! Jawaban macam apa itu?" seru Ara kesal melihat jawaban Jaejoong di papan tulis.
"Jawaban macam apa? Lihat saja sendiri jawaban macam apa itu" balas Jaejoong tidak mau kalah.
"Jaejoong-sshi, banyak-banyak belajar di rumah! Bahasa Inggrismu sangat payah! Kalau begini bagaimana kau bisa lulus sekolah, hah?"
"Aiish… Ara soensaengnim ini bagaimana sih? Soensaengnim tahu kan kalau Jaejoong-ah sudah menikah dengan Yunho soensaengnim?" celetuk Jessica.
"Hoo~ terus? Apa hubungannya dengan pelajaran, hm?" balas Ara ketus. Baginya seluruh yeojya di sekolah ini adalah musuh beratnya.
"Tentu saja ada soensaengnim, Jaejoong-ah tidak punya waktu untuk belajar, sebab Jaejoong-ah harus mengurus Yunho soensaengnim" jawab Jessica yang mengundang tawa seluruh kelas. Jaejoong sendiri juga nyaris tertawa melihat raut wajah Ara yang seperti mau makan orang itu.
*flashback end*
Jaejoong bangkit dari tidurnya. Saat ini di rumah hanya ada dia sendiri. Changmin sedang main dengan Kyuhyun di rumah Leeteuk, sedangkan Yunho sedang mengecek keadaan Changmin.
Dengan malas-malasan Jaejoong melepas dasinya dan kancing baju-bajunya satu persatu. Begitu terlepas Jaejoong meraih sebuah kaus lengan panjang berwarna pink. Selesai dengan baju, namja itu agak menunduk dan melepas celana seragamnya. Tepat ketika celana itu lepas dari tempatnya tiba-tiba saja pintu terbuka.
"Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu!" seru Jaejoong kesal ketika mendapati bahwa Yunho-lah yang membuka pintu.
"Memang kenapa? Ini kamarku 'kan?" balas Yunho.
"Tapi aku sedang ganti baju!"
"Lalu?"
Jaejoong mengerut kesal. Cepat-cepat namja itu mengacak lemari untuk mencari celana santai. Sesekali gerutuan meluncur dari bibir merahnya. Sangat berbanding terbalik dengan Yunho yang kini tertegun memandangi sosok Jaejoong.
Namja cantik itu mengenakan kaus panjang berwarna pink dengan bawahan masih berupa sebuah boxer pendek berwarna hitam. Memamerkan sepasang kaki jenjang Jaejoong yang putih mulus. Belum lagi pose Jaejoong yang agak menungging. Jaejoong sedang mencari celana pendek, namun di mata Yunho, Jaejoong terlihat seperti sedang memamerkan bagian belakang tubuhnya.
Sebelum terjadi sesuatu yang diinginkan oleh author nan berotak mesum, Yunho memutuskan untuk keluar kamar.
Jaejoong telah mendapatkan celananya dan memakainya. Namja cantik itu agak heran ketika mendapati Yunho tidak lagi berada di kamar. Tapi apa peduli Jaejoong? Bukankah itu bagus kalau Yunho tidak berada di dekatnya?
Tidak sengaja mata bening namja itu tertuju pada sebuah album yang terletak di bawah meja. Tertarik dengan itu, Jaejoong lalu meraih album itu dan membukanya. Namja itu duduk di lantai dengan menyenderkan tubuhnya pada kasur.
Yang pertama adalah foto Yunho sewaktu kelulusan SMA, namja itu terlihat masih begitu muda. Rambutnya agak panjang dan berwarna hitam *bayangin Yunho di MV Hug yaa?*. Lalu foto kedua dan sangat menarik perhatian Jaejoong adalah foto Yunho dengan seorang yeojya yang begitu cantik. Seorang yeojya yang begitu mirip dengannya.
Yeojya itu memiliki rambut coklat lembut dan bergelombang. Wajahnya putih merona, bola matanya bening dan indah, serta bibirnya berwarna merah cherry. Secara keseluruhan sangat mirip dengan fisik Jaejoong. Bedanya Jaejoong seorang namja.
Jaejoong jadi teringat waktu pertama bertemu Changmin, bocah kecil itu sempat memanggilnya dengan sebutan 'kaa-chan'. Berarti yeojya cantik di foto ini adalah ibu kandung Changmin atau dengan kata lain, istrinya Yunho.
Jaejoong menggigit bibirnya pelan. Ia tidak mengerti kenapa, namun sebersit perasaan tidak nyaman memenuhi rongga dadanya. Cemburukah ia?
Kembali Jaejoong membolak-balik album foto itu. Ada foto Changmin waktu masih bayi. Foto Changmin dengan Kyuhyun. Foto Yunho dengan yeojya itu.
Namun ada yang aneh dengan foto-foto itu. Kenapa tidak ada foto pernikahan Yunho dengan yeojya itu? Atau foto yeojya itu dengan Changmin. Padahal disitu ada foto Changmin yang masih bayi berada dalam dekapan Yunho, tapi mana foto Changmin dengan ibunya?
"Sedang lihat apa?" sebuah suara membuyarkan lamunan Jaejoong. Yunho lalu berjalan mendekati Jaejoong dan duduk di samping Jaejoong.
"Oi, kenapa tidak ada foto pernikahanmu dengan istri pertamamu?" tanya Jaejoong.
Yunho tidak langsung menjawab. Namja itu memandang Jaejoong dengan tatapan ragu.
"Lalu kenapa tidak ada foto Changmin dengan ibunya?" tanya Jaejoong lagi.
Kembali Yunho tidak langsung menjawab dan itu membuat Jaejoong kesal, "hei!" gerutu namja cantik itu.
Yunho menghela napas panjang, "ada yang ingin kukatakan padamu" gumamnya.
Jaejoong memandang Yunho bingung. Raut wajah guru sekaligus suaminya itu terlihat serius, "tentang apa?" tanya Jaejoong.
"Tentang Changmin"
Jaejoong memiringkan kepalanya bingung, "kenapa dengan Changmin?"
Kembali Yunho menghela napas, "Changmin bukan anakku dan yeojya di foto itu juga bukan istriku"
tbc
-------] #berpedang [-------
Uploaded Contact: han_mingi@yahoo.co.id
Source: fanfiction.net
Kalo udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini. Biar blognya rame n rajin di update.
Kritik dan saran bisa dikirim lewat
e-mail: kulipembangun@gmail.com
-------] Thank’s for reading [-------
0 komentar