Seleksi Tim Voli [1]

Friday, July 27, 2018



Di semester barunya, Indra berencana ikut club volly kebanggaan kampusnya. Saat rekruitmen, dia gak nyangka di wawancara oleh Ketua Klub dan Kapten Tim Voli. Tapi kenapa pertanyaannya seputar kehidupan seks dia? Ditambah info seputar tembak dalam yang gak bisa bikin hamil! Otomatis Indra jadi tertarik buat pengen tahu, gimana caranya?!




Title: 
Uploaded by: 
Submitted: 
Disclaimer: Cerita milik penulis
Genre: Mahasiswa, Sport,
Rate: M
Length: Shortstory


WARNING!

Typo

menXmen

Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan di ambil dari web.

Republish cerita dari blog gw yang pertama berbagipemandangan.blogspot.com. Niatnya blog itu bakal dipake khusus info seputar film maupun drama series gay gitu.

Inget ya, selalu gunakan pengaman kalau mau ena-ena. Apalagi buat yang suka cinta satu malam. Jangan cocol terong sembarangan, nanti kalo udah kena penyakit nyesel.

No kids-kids club. Cerita ini buat 17 tahun ke atas ya. Kalo belum, ditahan sampai waktunya tiba. Hahahahaha

Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!

-----] @bluexavier69 [-----


Daripada setiap hari sabtu dan minggu molor di kos-kosan karena gak ada kegiatan perkuliahan, Indra akhirnya mutusin ikut dalam club volley yang ada di kampusnya. Kebetulan semester ini ada rekruitmen anggota baru. Semester lalu Indra memang mutusin untuk full kegiatan akademik karena masa itu awal ia kuliah setelah lulus SMU. Saat itu ia tak ingin diganggu dengan segala tetek bengek selain kegiatan akademik.

Ternyata setelah menjalaninya satu semester kegiatan akademik tidaklah berat-berat banget. Ia lebih banyak molor di kos seusai pulang kuliah plus sabtu-minggu. Semula ia membayangkan kuliah di Fakultas Teknik Elektro ITB akan membuatnya sibuk dengan belajar dan belajar. Ternyata gak gitu-gitu amat rupanya. Meski tak terlalu ngotot belajar, semester ini nilai akademik Indra ternyata bagus-bagus semua. Sangat banyak kegiatan eskul di kampusnya ini. Mulai dari masak-memasak sampai panjat tebing, lengkap banget. 

Karena memang sejak SMU doyan voli akhirnya Indra mutusin gabung di club volley aja. Satu semester gak latihan voli membuat tubuhnya yang kekar dirasakannya sedikit berlemak. Itu perasaan Indra doang. Coba tanyain si Dini, selingkuhannya di kampus, ia tidak merasa tubuh Indra berlemak. Ia awam soal otot-otot lelaki.

Tubuh Indra menurutnya seksi abis, tinggi, kekar, dan proporsional. Sangat menggairahkan bagi cewek-cewek di kampus. Apalagi kalo Indra cuman pake celana renang doang saat di kolam renang, semua cewek bakalan melototin tubuh Indra yang memang oke banget, ramping tapi penuh otot. Tapi itulah, mungkin karena ia olahragawan maka Indra lebih tahu kalau di tubuhnya yang kekar itu mulai nongol lemak-lemak. 

Jadi jangan protes kalau ia tetap mutusin untuk ikutan club volley. Saat nelpon ke Reny kekasihnya di Palembang sang cewek setuju-setuju aja Indra ikutan club volley. “Yang penting jangan terlalu capek sayang, nanti gak bisa belajar dengan baik lagi,” pesan mesra Reny dari seberang pulau.

Sebagai informasi Indra ini asal Palembang, turunan Arab dan Melayu Palembang. Bayangin aja gimana gantengnya tuh anak. Lulus SMU ia kuliah di Bandung. Sementara Reny sang pacar tinggal di Palembang karena gak lulus SPMB. Akhirnya tuh cewek harus kuliah di perguruan tinggi swasta di sana. Niatnya tahun depan ikutan SPMB lagi supaya bisa lulus dan sama-sama kuliah di Bandung. Jadi bisa deket-deketan dengan Indra.

Reny memang bertekad kuat agar lulus SPMB tahun depan. Selain pengen kuliah di PTN favorit juga supaya bisa mantau kelakuan si Indra. Reny soalnya tau banget kelakuan binal cowoknya yang ganteng ini, gila seks! Kalo gak ngentot seminggu aja palanya bisa puyeng, libidonya gila-gilaan. Untung aja Reny bisa nandingin gila seksnya Indra. 

Makanya Indra sampe sekarang masih betah pacaran dengan dia. Sebelum dengan Reny Indra udah berkali-kali gonta-ganti pacar. Reny itu awalnya selingkuhannya juga. Tapi karena ngeseks dengan Reny bisa memuaskan Indra maka akhirnya Indra mutusin untuk jadian aja dengan Reny. Meninggalkan pacar-pacarnya yang laen.

Awal kuliah, Indra nyoba untuk setia dengan Reny. Gak mau pacaran dan cari cewek lain, tapi mana tahan dia. Baru seminggu kuliah kepalanya udah puyeng. Apalagi kepala bawahnya. Hahahaha

Begitu kenal Dini, mahasiswi Fakultas Ekonomi Unpad yang mojang Bandung asli itu, niatnya untuk setia pada Reny terlupakan sudah. Dini kini jadi pasangan tetap ngeseksnya. Tiada hari dilewatinnya tanpa nyemprotin memek Dini pake spermanya.

Meski tak sehebat Reny, namun Dini cukup bisa memuaskan kebutuhan ngeseksnya Indra. Dan karena itu Indra masih tetap jadian dengan Reny. Ia masih pengen kalo balik ke Palembang bisa ngeseks sepuasnya dengan ceweknya sejak SMU itu.

Hari Sabtu pagi Indra udah nongkrong di gelanggang olah raga. Biasanya Sabtu dan Minggu pagi, gelanggang oleh raga ini rame dengan mahasiswa yang berolah raga. Gelanggang ini bisa digunakan untuk voli, basket dan juga badminton. Tapi nampaknya Sabtu ini gelanggang khusus dipakai oleh club volley untuk ngadain rekruitmen.

Ada dua puluh laki-laki bertubuh tinggi atletis menggenakan pakaian olah raga yang seragam warnanya, kaos lengan pendek warna biru muda dan celana pendek warna biru tua. Mereka adalah anggota inti club volley yang akan merekrut sepuluh mahasiswa baru termasuk Indra. Dengan setelan kaos lengan pendek, celana pendek dan sepatu olah raga yang berbeda-beda sepuluh calon anggota baru club volley sudah berbaris rapi. Siap mendengarkan arahan dari salah seorang anggota tim voli. 

Indra mengenal mahasiswa yang akan memberikan arahan itu. Adriansyah namanya, tepatnya Teuku Adriansyah. Mahasiswa teknik mesin semester V, asal Aceh. Adriansyah ini adalah ketua club volley. Anaknya bener-bener jago maen voli. Bila dia turun main membela kampus maka penonton akan bersorak-sorai mendukungnya, apalagi cewek-cewek.

Selain menikmati permainannya yang oke, cewek-cewek ini juga sekaligus menikmati keindahan fisiknya. Wajahnya ganteng ditopang tubuh bertinggi berat 178 cm dan 65 kg. Siapa yang gak ngiler liatnya.



-----] @bluexavier69 [-----

“Hari ini kita mengadakan serangkaian tes. Bisa jadi kalian diterima seluruhnya. Namun bukan tidak mungkin satupun dari kalian tidak ada yang diterima. Kami hanya merekrut mereka-mereka yang benar-benar berkualitas, patuh pada aturan club, dan loyal melaksanakan perintah senior." Demikian Adriansyah mengawali arahannya.

Sepuluh calon anggota baru manggut-manggut. Adriansyah menyambung lagi kata-katanya. ”Tes pertama adalah wawancara sekaligus tes kemampuan fisik. Di sini para interviewer akan meneliti secara komprehensif kesungguhan dan motivasi kalian bergabung di club.'

'Selain itu juga untuk mengorek informasi pengalaman yang kalian miliki di bidang olah raga khususnya volly. Karena itu seperti yang diumumkan dalam selebaran pengumuman, apabila kalian memiliki piagam, sertifikat penghargaan berkaitan dengan kegiatan olah raga silakan diperlihatkan pada interviewer nanti.'

'Pewawancara juga akan mengetes fisik kalian. Silakan tunjukkan kemampuan fisik kalian yang prima. Tes wawancara dan fisik ini akan berakhir siang nanti menjelang makan siang. Setelah makan siang dan istirahat tes akan dilanjutkan dengan kemampuan bermain voli hingga selesai. Barangkali itu aja, ada yang ingin bertanya?” tanya Adriansyah.

Semua diam. “Baiklah kalo gitu. Karena enggak ada yang ngajuin pertanyaan, maka kita mulai saja tes wawancara dan fisik. Masing-masing kalian akan dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara yang tempatnya ditentukan oleh senior itu sendiri. Di manapun tempatnya kalian tidak boleh protes, meski di toilet sekalipun. Semua pertanyaan harus dijawab, semua perintah senior harus dilaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Ini perlu saya tekankan sekali lagi. Hasil tes wawancara dan fisik sangat menentukan lulus tidaknya kalian nanti.” Adriansyah mengakhiri arahannya.

Ini sih namanya plonco dibungkus rekruitmen, batin Indra. Tapi dia cuek aja, itung-itung latihan mental dan fisik, katanya dalam hati. Satu persatu calon peserta dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara. Beneran, ada juga yang dibawa ke toilet wanita, hehehe. 

Akhirnya tiba giliran Indra. Yang membawanya adalah Adriansyah dan seorang senior berkulit hitam, Daniel Marantika namanya. Meski hitam orangnya ganteng banget. Hidungnya mancung, rahangnya kukuh dan tubuhnya kekar sekali. Daniel ini adalah kapten tim volley kampus saat ini. Indra merasa bangga karena yang mewawancarainya adalah dua orang yang sama-sama punya nama di club. Indra mengikuti langkah Adriansyah dan Daniel yang membawanya meninggalkan lapangan. 

Mereka membawanya ke salah satu ruang ganti yang banyak terdapat di pinggir lapangan. Ruang ganti itu tidak terlalu besar ukurannya, hanya sekitar 3 x 3 meter persegi. Biasanya digunakan untuk tempat ganti pakaian empat sampai lima orang. Adriansyah dan Daniel mempersilakan Indra memasuki ruangan.

Di dalam sudah disediakan tiga kursi lipat disusun berhadapan. Indra dipersilakan duduk menghadap kedua senior itu. Sebelum memulai wawancara Indra melihat Daniel mengunci pintu ruang ganti dan mengantongi kunci itu di saku celana pendeknya. 

“Nama?” tanya Adriansyah mengawali wawancara.

“Indra,” jawab Indra singkat.

“Nama lengkap dong,” sela Daniel.

“Muhammad Indra Ramadhan,” jawab Indra lagi.

“Hmmm… nama yang bagus,” Adriansyah manggut-manggut, “turunan Arab ya?” sambungnya.

“Iya,” jawab Indra sambil mikir kok mesti nanya-nanya SARA sih.

“Asal?” 

“Palembang.” 

“Di sini tinggal sama siapa?” 

“Kos.” 

“Di mana?” 

“Dago.”

Bergantian Adriansyah dan Daniel mengajukan pertanyaan.

“Mmm.. udah punya cewek?” ini Daniel yang nanya.

Lho, kok nanya yang beginian sih? Batin Indra. Aneh. Gak nyambung sama urusan voli. Tapi karena ingat arahan Adriansyah di lapangan tadi segala pertanyaan harus dijawab tanpa protes, maka dijawab juga pertanyaan itu oleh Indra.

“Udah A,”

Cool, di mana ceweknya sekarang?”

“Di Palembang A dia gak lulus SPMB kemaren,” 

“Pacaran jarak jauh nih ceritanya. Punya labaan dong di sini,” kata Adriansyah tersenyum nakal. Waduh, kok makin ngawur pertanyaannya. 

“Kok pertanyaannya gak soal voli ’,” tanya Indra. 

“Tadi kamu dengar arahan kan, semua pertanyaan harus dijawab. Kita berdua bebas nanyain apa aja dan kamu gak boleh protes. Kalo gitu wawancaranya dihentikan aja, kamu boleh pulang,” ancam Daniel. Indra jadi serba salah.

“Bukan gitu A. Sorry kalo gitu. Apa tadi pertanyaannya? O iya labaan ya.. mmm…. ada sih. Namanya juga laki-laki A, he he he,” Indra nyengir grogi. Adriansyah dan daniel menatap tajam padanya. Indra makin grogi jadinya.

“Pernah ngeseks dong, sering mungkin?” tanya Daniel dingin. 

“Ernggg… pernah A. Aa berdua juga pernah kan? he he,” Indra coba mencairkan suasana, tapi percuma. 

“Yang ditanya kamu, bukan kami. Jadi gak usah bertanya soal kami,” Adriansyah berkata sama dinginnya seperti Daniel. 

“Pernah apa enggak?” 

“Pernah A,” Indra makin grogi. 

“Sama dua-duanya?” tanya Daniel. 

“Iya,”

“Berapa kali seminggu?” 

“Bisa empat sampai lima kali A,” 

“Nafsu gede kamu ya.” 

“Gak juga A,” 

“Kebanyakan ngeseks gak loyo badan kamu? Bisa ganggu aktifitas olah raga dong?” tanya Adriansyah. Nah ini pertanyaan udah mulai ke masalahnya, fikir Indra.

Semangat Indra menjawab. “Enggak lah A. Malah semakin semangat, yang penting stamina tetap dijaga. Saya selalu makan makanan yang bergizi dan minum susu.” 

“Hmmm… gitu ya.” 

“Iya A.” 

“Gak takut pacar dan labaan kamu hamil?” tanya Daniel. Pertanyaannya kok balik-balik ke soal seks lagi sih? Fikir Indra, tapi dia tak mau protes lagi. 

“Enggak A, kan ngeseksnya tembak luar.” 

“Tembak luar?” 

“Ejakulasinya dilakukan di luar A.” 

“Kurang jelas,” kata Daniel. Gimana sih? Udah segede ini masak mereka berdua gak ngerti, batin Indra. Percuma ganteng-ganteng dan badan gede kayak gini kalo gak pernah ngeseks. Masak gak ngerti tembak luar, ada-ada aja. Kata Indra dalam hati. 

“Maksudnya gini A, kalau sperma udah mau nyembur maka penis dicabut dari vagina. Terus spermanya disemburin di luar.” 

“Mmmm… disemburin di mana spermanya?” tanya Adriansyah cuek. Astaga! 

“Ya terserah A. Bisa di perut, di dada, di muka, terserah.” 

“Mmm.. gitu ya.” 

“Iya A. Aa berdua belom pernah ya?” 

“Kok nanyain kita berdua?” 

“O iya A, lupa.” 

“Waktu dikeluarin di luar, penisnya dikocok-kocok sendiri dong.” 

“Ya iya dong A.” 

“Sama dengan coli dong kalo gitu?” 

“Gak dong A, kalo ini kan sempat dimasukin vagina. Kalo coli kan enggak, pake tangan doang.” 

“Kurang seru ya Niel,” kata Adriansyah pada Daniel. 

“Iya. Tembak dalam baru asik.” 

“Aa berdua suka tembak dalam ya. Gak kuatir entar hamil?” 

“Ngapain takut hamil, kita tau caranya supaya gak hamil kok.” 

“Pake kondom ya A?” 

“Buang-buang duit pake kondom.” 

“Hitung kalender ya?” 

“Kayak akuntan aja pake hitung-hitungan,” 

“Aa berdua ikutan vasektomi ya? Maaf lo A,” 

“Enak aja... sialan lo,” Indra nyengir. 

“Abis gimana dong?” 

“Mau tau caranya?” 

“Boleh A.” 

“Sabar ya. Entar pasti dikasih tau. Sekarang lanjutin wawancara aja dulu,” 

“Yaa…” Indra mulai penasaran.

Anak satu ini emang gila seks, jadi kalo udah dipancing bicara soal itu maka dia akan semangat banget. 

“Penasaran ya?” 

“Iya..” 

“He he he... sabar ya Indra. Eh, ngomong-ngomong kamu punya penyakit dalam gak?” 

“Penyakit dalam? Gak ada A. Saya sehat luar dalam.” 

“Korengan gak lo?” 

“Aa ada-ada aja.” 

“Bawa surat keterangan dokter?” 

“Gak ada A, kan gak disuruh bawa. Saya cuma bawa piagam dan sertifikat prestasi olah raga doang.” 

“Kamu harusnya kreatif dong. Meski gak disuruh, harusnya bawa. Soalnya kan itu bukti otentik mengenai keterangan kamu sehat atau enggak, siapa tau diperlukan. Ternyata sekarang diperlukan kan?” kata Adriansyah. 

“Trus gimana dong A?” 

“Kamu harus buktiin dong kalo kamu emang bener sehat luar dalam.” 

“Aa bisa liat kan tubuh saya gak ada koreng atau sejenisnya. Aa liat deh,” Indra mengangkat kaosnya ke atas menunjukkan perut dan dadanya yang putih bersih. Mengangkat juga celananya menunjukkan pahanya yang berotot itu benar-benar putih bersih, gak ada bekas koreng. Adrianysah dan Daniel serius memandangi. 

“Itu kan luarnya doang, dalemnya gimana? Kita harus mastiin kamu itu emang sehat luar dalem. Kalo enggak kita gak bisa ngelulusin.” Daniel ngomong berwibawa, Indra mengkeret. Ia gak mau gak lulus seleksi hanya karena hal sepele doang. 

“Kalo gitu nanti saya urus surat keterangannya A.” 

“Kita perlunya sekarang!” 

“Saya benar-benar gak ngerti harus gimana A. Sekarang terserah Aa berdua aja gimana caranya.” 

“Kalo kita periksa mau? Gini-gini kita pernah jadi anggota PMR, jadi ngerti kesehatan tubuh manusia,” terang Adriansyah. 

“Terserah Aa aja,” Indra pasrah. 

“Oke kalo gitu. Bawa steteskop Niel?” 

“Bawa dong, ada di tas.” Daniel beringsut mengambil stetoskop di tas ransel yang dibawanya. Indra bingung anak teknik kok bawa-bawa stetoskop, kayak dokter aja, fikirnya.




BERSAMBUNG...





-----] #berpedang [-----

Uploaded Contact: -
Source: -

Kalo udah dibaca, komentarin lah.  Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.


-----] Thank’s for reading [-----

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar