Aku melihat dia masih mamakai celananya, padahal aku ingin sekali melihat bongkahan selangkangannya dalam bungkusan ceana dalam. Akan sangat menggairahkan walau hanya sebentar. Sekalipun dia memakai kaus oblong khas polisinya, namun itu tak cukup menutup tonjolannya nanti.
Title: Bercinta dengan Polisi
Uploaded by:
Submitted:
Disclaimer: Cerita milik penulis
Rate: M
Length: Doubleshot
WARNING!
Typo
menXmen
Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan di ambil dari web.
Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!
-----] @bluexavier69 [-----
Di usiaku yang 38 tahun saat ini, wajar saja orang menaruh kasihan terhadapku. Gak ada pekerjaan, karna sudah setahun aku tidak bekerja setelah di PHK dari satu perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Disamping itu Aku juga belum menikah. Masyarakat kita, yang selalu “peduli” dengan orang lain, barangkali mereka pusing kenapa aku tidak menikah. Setidaknya saudar-saudaraku dan orang tuaku terkena imbasnya. Itulah alasanku mengasingkan diri menjadi petani di suatu daerah di pinggiran kota.
Setelah PHK tahun kemarin, aku membeli lahan seluas 1 hektar. Itulah yang kuolah dengan berbagai tanaman dan kini aku sudah menikmati hasilnya. Uang pesangonku sendiri, tergolong lumayan besar. Karena disamping membeli lahan, aku masih mampu mendirikan rumah buatku di lahan tersebut dan juga sebagai modal untuk mengolah lahanku.
Rumah yang kudirikan cukup bagus untuk daerah pertanian. Berada di pinggir jalan besar antar kota. Namun sangat terpencil untuk ukuran populasi. Memang dari luar orang akan mengira rumah tersebut hanya sekedar rumah seorang petani. Karena jaraknya dengan rumah berikutnya ada lebih kurang 500 m. Perwajahannya dari luar ku set sedemikian rupa agar terlihat sederhana. Untuk penerangan listrik lengkap karena berada di haluan tiang listrik ke desa lain.
Namun setelah masuk ke dalam, aku tak tahu apa yang akan kalian ucapkan. Ada ruang keluarga lengkap dengan perapian, ada juga kamar mandi. Karena aku tinggal sendiri aku menempatkan tempat tidurku dekat perapian. Tempat tidurku adalah spring bed queen size yang baru bisa kubeli 5 bulan lalu, setelah menjual hasil tanamaku terkumpul. Aku sangat senang.
Kehidupan sex?
Hmm..
Selama ini aku hanya mengandalkan tanganku. Walau tergolong primitif, yah aku sangat menyenangi genggaman tanganku apalagi saat-saat mau crot. Sangat kunikmati sekali. Pancarannya akan kulap kemudian. Aku sangat menyukai saat tembakan mengambang di udara dan mendarat di lantai.
Hmm..
Selama ini aku hanya mengandalkan tanganku. Walau tergolong primitif, yah aku sangat menyenangi genggaman tanganku apalagi saat-saat mau crot. Sangat kunikmati sekali. Pancarannya akan kulap kemudian. Aku sangat menyukai saat tembakan mengambang di udara dan mendarat di lantai.
Namun perubahan terjadi, aku tidak mutlak mengandalkan tanganku lagi saat ini, setelah aku berjumpa dengan seorang polisi yang berusia 41 tahun. Segalanya berawal dari 3 bulan lalu.
Malam itu…….
-----] @bluexavier69 [-----
Saat ini jam 19.30, aku melihat jam di dinding. Hujan mengguyur bumi sejak jam 5 sore. Setelah makan malam, aku menghabiskan waktu dengan membaca buku di atas tempat tidurku. Perapian masih menyala, sehingga aku tidak merasa kedinginan, walaupun hujan semakin deras. Padahal aku hanya bercelana pendek dan berkaus oblong.
Di saat aku menikmati bacaanku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh ketukan di pintu depan. Tidak pernah ada yang bertamu di jam seperti ini, ini tidak biasa! Dengan perasaan dag dig dug, aku mengambil sebuah tongkat kayu yang ujungnya agak membesar layaknya pemukul baseball dan mendekati pintu. Ketukannya agak menguat tetapi masih tergolong bersahabat. Aku membuka sedikit pintu itu, pemukul baseballku kupegang di tangan kiri.
“Siapa?” aku bertanya. Tetapi mataku sudah menangkap seorang polisi yang celananya basah dari paha sampai bawah.
“Selamat malam pak! Maaf saya kehujanan, kalo boleh saya berlindung di teras rumah bapak sampai hujan reda.” Katanya sambil giginya gemeratakan menahan dingin. Aku membuka pintu dan aku keluar sambil memegang pemukul baseballku. Kulihat sepeda motornya sudah di teras. Lampu terasku sendiri hanya lampu kecil 5 watt.
“Selamat malam pak! Maaf saya kehujanan, kalo boleh saya berlindung di teras rumah bapak sampai hujan reda.” Katanya sambil giginya gemeratakan menahan dingin. Aku membuka pintu dan aku keluar sambil memegang pemukul baseballku. Kulihat sepeda motornya sudah di teras. Lampu terasku sendiri hanya lampu kecil 5 watt.
“Boleh saya tahu nama anda?” aku bertanya.
“Saya Johan!” katanya sambil merogoh kantong celana bagian belakang. Dan mengeluarkan dompetnya dan menglurkan sebuah kartu pengenal kepadaku. “Polisi yang sangat bersahabat” pikirku dalam hati. Jarang sekali polisi seperti ini. Aku melihat wajah yang kedinginan. Kulihat air mengalir dari kakinya.
“Silakan masuk. Masukkan saja sepeda motornya pak,” kataku sambul melangkah masuk, karena akupun sudah mulai merasa dinginnya udara luar. Aku mengunci pintu setelah dia memasukkan motornya.
“Saya Johan!” katanya sambil merogoh kantong celana bagian belakang. Dan mengeluarkan dompetnya dan menglurkan sebuah kartu pengenal kepadaku. “Polisi yang sangat bersahabat” pikirku dalam hati. Jarang sekali polisi seperti ini. Aku melihat wajah yang kedinginan. Kulihat air mengalir dari kakinya.
“Silakan masuk. Masukkan saja sepeda motornya pak,” kataku sambul melangkah masuk, karena akupun sudah mulai merasa dinginnya udara luar. Aku mengunci pintu setelah dia memasukkan motornya.
“Nama saya Alex. Saya tinggal sendirian di sini. Jadi, sorry tentang pemukul ini,” sambil menunjukkan pemukul yang masih kupegang di tangan kiriku.
“Oh, tidak apa-apa, itu biasa kok,” katanya sambil memeras celananya. Mataku melihat selangkangan yang padat. Paha yang berisi. Pikiranku mulai kotor!
“Oh, tidak apa-apa, itu biasa kok,” katanya sambil memeras celananya. Mataku melihat selangkangan yang padat. Paha yang berisi. Pikiranku mulai kotor!
“Kalo masih basah buka aja, nanti malah jadi masuk angin lagi! Kita ke dalam aja biar dinginnya hilang.” Aku melangkah masuk ke ruangan perapian. Dia mengikutiku. Dia langsung lari mendekat perapian.
“Ohh terima kasih, enak banget ada perapian.” Katanya sambil berdiri mulai membuka kancing bajunya. Dia melihatku.
“Oh gak apa-apa” kataku sambil diam-diam mataku tetap melihat tonjolan celananya.
“Ohh terima kasih, enak banget ada perapian.” Katanya sambil berdiri mulai membuka kancing bajunya. Dia melihatku.
“Oh gak apa-apa” kataku sambil diam-diam mataku tetap melihat tonjolan celananya.
“Bapak mau kopi atau barangkali belum makan?” Aku menawarkan sebagai tuan rumah yang baik.
“Kopi ajalah, kayaknya nikmat banget.” Aku melangkah menuju sudut ruangan untuk membuat kopi. Setelah selesai aku membawa dua gelas kopi. Di bahuku tersampir sarung untuk dia kenakan nantinya. Aku melihat dia masih mamakai celananya, padahal aku ingin sekali melihat bongkahan selangkangannya dalam bungkusan ceana dalam. Akan sangat menggairahkan walau hanya sebentar. Sekalipun dia memakai kaus oblong khas polisinya, namun itu tak cukup menutup tonjolannya nanti.
“Kopi ajalah, kayaknya nikmat banget.” Aku melangkah menuju sudut ruangan untuk membuat kopi. Setelah selesai aku membawa dua gelas kopi. Di bahuku tersampir sarung untuk dia kenakan nantinya. Aku melihat dia masih mamakai celananya, padahal aku ingin sekali melihat bongkahan selangkangannya dalam bungkusan ceana dalam. Akan sangat menggairahkan walau hanya sebentar. Sekalipun dia memakai kaus oblong khas polisinya, namun itu tak cukup menutup tonjolannya nanti.
“Loh kok gak dibuka sih celananya, kan basah bener itu. Ini sarung bisa dipake.” Aku meletakkan satu gelas di kursi dan sarung itu kuletakkan di sandaran kursinya. Gelasku kucoba kuhirup. Sambil tersenyum-senyum ia melorotkan celananya. Hingga akhirnya akupun melihat tonjolan itu. Ugghh!!! Begitu mantap dan menggoda. Kurasakan selangkanganku mulai padat. Dengan cepat dia memakai sarungku tadi.
Setelah itu kami ngobrol panjang lebar, yang tak tentu bahasannya. Dari perihal kerja sampai urusannya sehingga dia terguyur hujan. Tak luput juga mengapa aku hidup menyendiri, dan dia yang seorang suami jauh dari istri.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.30. Aku mulai ngantuk tetapi dia masih nampak segar. Hujan belum juga berhenti. Di tengah obrolan tadi dia masih ingin melanjutkan perjalanan seandainya hujan berhenti, walau kutawarkan juga untuk bermalam.
“Aku dah ngantuk nih, aku tidur duluan yah. Kalo nanti hujannya dah reda masih mau jalan bangunkan aja aku. Kalo mau makan ada tuh, jangan sungkan-sungkan anggap rumah sendiri.” Kataku sambil meluruskan badan.
“Oke tenang aja. Istirahat aja duluan.” Dia masih meringkuk dekat perapian. Akupun melebarkan selimutku. Tak ada keraguan sedikitpun kalo dia akan berbuat seperti seorang penjahat nantinya atau mungkin membunuh. Sebab aku percaya dari cara dia yang bersahabat.
“Oke tenang aja. Istirahat aja duluan.” Dia masih meringkuk dekat perapian. Akupun melebarkan selimutku. Tak ada keraguan sedikitpun kalo dia akan berbuat seperti seorang penjahat nantinya atau mungkin membunuh. Sebab aku percaya dari cara dia yang bersahabat.
Akupun tertidur lelap, ternyata dia tak jadi berangkat. Kurasakan dia malah naik tidur di sampingku. Hingga pukul 5 pagi, aku terbangun karena merasa sesak hendak kencing, alias pipis. Kulihat dia tidur lelap menyamping menghadapku. Selimut yang kami pakai agak melorot sampai sebatas lutut. Sarung yang dia kenakan juga melorot sedikit ke dalam.
Saat aku duduk, aku memperhatikan wajahnya yang lelap dalam dengkurannya. Karena masih mendengkur, aku menyempatkan melotot selangkangannya. Ternyata dia ngaceng!
Dengan posisi menyamping, searah karet celana dalamnya. Besar juga ukurannya. Tetapi masih seimbang dengan badannya yang mulai tambun, walau gak gendut-gendut amat. Ada sampai empat menit aku menikmati pemandangan itu. Namun karena air burungku sudah amat sesak. Akupun turun dan melangkah ke kamar mandi sambil memperbaiki posisi celana pendekku, dan juga kontolku yang ngaceng melihat pemandangan tadi.
Dengan posisi menyamping, searah karet celana dalamnya. Besar juga ukurannya. Tetapi masih seimbang dengan badannya yang mulai tambun, walau gak gendut-gendut amat. Ada sampai empat menit aku menikmati pemandangan itu. Namun karena air burungku sudah amat sesak. Akupun turun dan melangkah ke kamar mandi sambil memperbaiki posisi celana pendekku, dan juga kontolku yang ngaceng melihat pemandangan tadi.
Sehabis pipis, sebelum naik tidur kembali, aku menambahkan kayu ke perapian yang masih sedikit membara. Kutuang sedikit minyak agar langsung menyala. Di samping api yang sudah menyala kujerangkan ceret tempat air tehku yang terbuat dari stainless steel. Hanya sekedar memanaskan karena itu adalah air minum yang sudah dingin.
Aku kembali menuju tempat tidur. Yang pertama sekali kuperhatikan tetap selangkangannya. Namun aku heran posisi kontolnya yang mengarah sesuai karet celana dalamnya tadi, sekarang sudah tegak lurus mengarah ke pusarnya. Kepala kontolnya yang tak bersunat, menyembul keluar melewati lingkar kepala jamurnya. Dan posisi tidurnyapun sudah terlentang, namun selimutnya masih sebatas lutut. Karena dia tidak mendengkur lagi, aku cepat-cepat mengalihkan pandanganku dan perhatianku. Aku kembali merebahkan badan dan kutarik selimut dan memperbaiki selimut buat dia. Tanganku kuletakkan di atas perut.
Mungkin karena pengaruh kuselimuti tadi, diapun bergerak kembali menyamping mengarah ke badanku. Aku diam saja. Aku mulai memejamkan mata kembali walau aku tau pasti aku takkan bisa tidur lagi. Dalam pikiranku aku teringat adegan film Brokeback Mountain. Dalam hati juga aku tersenyum sendiri andainya itu terjadi sekarang ini.
Belum habis aku memengahayalkan film tersebut, tangannya bergerak menangkap setengah jari telunjukku. Dalam hati aku berpikir apa sih maksudnya? Sekejap itu juga aku ada ide.
Kudorong jari telunjukku ke arah genggamannya. Dia semakin mempererat genggamannya. Kutarik sedikit dia melepas. Kudorong kembali dia kembali menggenggam erat. Kuyakini itu adalah sebuah kode atau sinyal atau lampu hijau. Serta merta kuputar badanku menghadapnya.
Dia kupeluk erat dan ternyata dibalasnya dengan pelukan erat pula. Lalu aku tak segan-segan menempelkan mulutku ke mulutnya yang dibalasnya dengan kuat. Aku menghindari spasi antara mulutnya dengan mulutku agar tidak terlalu jauh, agar aroma nafas naga tidak tercium. Tetapi dia malah lebih melumat lidahku, dan lidah serta bibirku saling bergantian lumat melumat.
Tanpa bicara apa-apa, dia menarik badanku dengan pelukannya ke atasnya. Kini aku telah berada di atas perut dia, tanganku mulai menjelajah dalam kaus polisinya. Tangan kananku kerhasil menangkap puting susunya dan langsung kupilin dengan lembut. Sementara tangan kiriku menjelajah dengan susah payah di bagian punggungnya. Kedua tangannya memelukku makin erat, mengelus dan menggosok punggung dalam kausku, sangat nikmat sekali. Pantatku kugoyang sambil kugesek-gesekkan. Terasa sekali kedua kontol kami sudah maksimal kerasnya.
Oleh pilinan jariku di puting susunya, dia bergerak hebat dan melenguh dalam permainan mulut kami. Napas mulai memburu di antara kami. Tangan kiriku pun bergerak lebih leluasa mempererat pelukannku. Setelah puas kedua putingnya kupermainkan, tangan kananku mulai menjalar ke bagian bawah meraba ke dalam celana dalamnya. Wow kugenggam kontolnya yang sudah mengeras seperti pentungan. Lumayan besar dalam genggamanku. Ukurannya sama dengan punyaku.
Tangannyapun tak kalah. Dia memasukkannya ke dalam celanaku. Dia meremas bongkahan pantatku. Aku merasa nikmat. Jari tangan kananku menjepit karet celana dalamnya dan kudorong ke bawah. Diapun refleks mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya terbebas dari pantatnya. Dia melakukan hal yang sama, celana pendekku dan celana dalamku di dorongnya sekaligus.
Aku melepaskan mulutku dari mulutnya. Melorot dalam pelukannya, mulutku menjelajahi jakunnya. Dia mengangkat dagunya tinggi-tinggi, sehingga aku bebas menjilatinya. Karena hasratku akan kontolnya, segera kutarik kausnya ke atas agar mulutku mendarat di putingnya.
“Ahhhhhh…. Hmmmmpph….. hmphhhh......”
Dia melenguh dan mengangkat badannya sambil menggeliat saat aku menggigit kedua putingnya bergantian. Tangannya di kepalaku. Aku kemudian menurunkan badanku lagi. Kukecup bagian atas jembutnya. Tangan kiriku menggengam kontolnya dan tamparkan ke pipiku merasakan keras kontol gagahnya.
Tangan kananku masih memilin puting susunya. Sesekali kuusap dada dan perutnya saat jariku hendak berpindah ke puting yang lain. Aku melorotkan celananya lagi hingga lepas dari kakinya. Aku meremas-remas pahanya. Kemudian aku memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Kupaksa sebisa mungkin untuk mengulumnya penuh.
“Ahhh… ahhhhh sshshshshsh….. ahhhhh....."
Dia merasakan enaknya kulumanku. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya menahan nikmat yang kuberikan. Aku berjongkok melepaskan kedua celanaku karena merasa gerakku terganggu. Setelah puas mengulum kontolnya, aku kembali merayap mengejar mulutnya, yang disambutnya dengan buas. Kembali kami berpelukan sangat erat.
Dalam pelukan erat itu, dia memutar badan kami sehingga aku berada di bawahnya. Setelah bebarapa saat, dia turun seperti yang kulakukan tadi. Tapi kali ini aku menarik kausnya ke atas dan diapun merentangkan tanggannya ke atas. Terbebaslah kausnya. Kini dia sudah telanjang bulat. Aku semakin bergairah melihat dia bugil begitu.
Selama permainan ini kami tidak pernah kontak mata. Sekalipun aku beberapa kali melihat wajahnya. Tetapi dia selalu menutup mata. Yang ada hanya bibir yang mendesah menikmati permainan ini.
Dia menarik kausku kini yang kuimbangi dengan mengangkat badanku. Dia melepaskan kausku dan melemparnya ke pinggir tempat tidur. Dia langsung menuju kontolku dan mengulumnya. Memaju mundurkan kepalanya. Aku imbangi dengan mengangkat pantatku. Oh betapa nikmat kulumannya.
Beberapa saat kemudian aku menarik wajahnya menuju wajahku dan berciuman. Kembali permainan mulut dan lidah kami mainkan. Sambil berciuman, kontol dengan kontol saling gesek menggesek, tekan menekan, membuat getaran-getaran nikmat.
Kemudian kuputar badan kami agar aku kembali di atas. Selama itu pula mulut tak pernah lepas. Kemudian dia melingkarkan kakinya di pahaku bagian belakang. Dia semakin mempererat pelukannya. Dan gesekan yang dia berikan di kontolnya semakin intens. Aku tau dia sudah dekat. Aku mengimbanginya dengan lumatan dan gesekan yang makin kuperketat.
Kemudian dia mengangkat pantatnya setinggi mungkin dan gesekan ku perkuat. Seiring dengan lenguhannya di mulutku, aku merasakan lahar panas membasahi pusar dan kontolku.
CROT... CROT… CROT.... CROOTTTTTT....
Dan terakhir dia menurunkan pantatnya. Dan kuluman bibirnyapun melemah. Namun aku masih kuat mengesekkan kontolku ke kontolnya.
Aku melepaskan kulumanku dari mulutnya dan kubenamkan wajahku ke telinganya. Aku merasakan getaran yang nikmat di tubuhku. Aku tahu aku sudah dekat, kubenamkan wajahku sedalam mungkin dan pelukanku kupererat. Seakan dia tahu, diapun mengimbanginya. Dan kemudian menyemburlah laharku di atas perutnya.
CROT……… CROT…….. CROT......
CROT… CROTTTTTTTT…
Aku rebah sejenak di atas tubuhnya. Pelukan kami sudah melemah.
Kemudian aku medaratkan mulutku kemulutnya dan disambutnya. Kemudian aku mengangkat wajahku barulah dia membuka matanya. Dia tersenyum, akupun tersenyum. Kembali kulumat bibirnya sebentar dan kutarik kembali. Dia masih tersenyum
“Terima kasih ya,“ katanya, yang langsung kusambut dengan menempel jari telunjukku ke bibirnya. Kemudian aku menjatuhkan badan dan mengambil kausku tadi. Kemudian aku melap sperma yang sudah tercecer di perut kami.
Setelah itu aku turun dan mengambil celanaku dan langsung kukenakan. Kubiarkan dia masih di tempat tidur. Aku menoleh ke dia dan aku tersenyum, diapun tersenyum. Aku melangkah ke perapian, mengambil ceret dan membawanya untuk membuatkan kopi.
-----] #berpedang [-----
Uploaded Contact:
Source:
Kalo udah dibaca, komentarin lah. Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.
-----] Thank’s for reading [-----
0 komentar