Toro, Aris, dan Fizkar [1]

Friday, August 24, 2018

 

Aku tidak bisa tidur. Otak homoku mulai bekerja. Ada dua lelaki berbaring di sebelahku, tetapi aku diamkan saja? Bodoh!






Title: Toro, Aris, dan Fizkar [1]
Uploaded by: 
Submitted: 
Disclaimer: Cerita milik penulis
Rate: M
Length: Shortstory


WARNING!

Typo

menXmen

Gambar bukan milik saya, hanya untuk membantu imajinasi pembaca dan di ambil dari web.

Segala bentuk efek samping yang ditimbulkan cerita ini adalah tanggung jawab pembaca!



-----] @bluexavier69 [-----




Pagi masih gelap saat kudengar ibu membangunkan aku yang terlelap. Seperti biasa, aku hanya mengubah posisi berbaringku menjadi meringkuk.

“Toro! Bangun... Paman Arjo datang dari kampung, tuh!” Suara ibu agak berbisik. Mungkin ia malu kalau sampai terdengar tamunya. 

“Sudah, Mbak! Biarkan saja, masih gelap.” Terdengar suara berat seorang pria dalam bahasa Jawa. Paman Arjo?

“Kamu geseran saja deh! Paman Arjo dan Aris biar bisa istirahat. Kasihan mereka seharian di perjalanan.” Ibu menggeser paksa tubuhku. Di rumah ini memang hanya ada dua kamar tidur. Satu untuk bapak dan ibuku, satu lagi kamarku sendiri.

“Rebahan dulu Dik Arjo! Aris ajak sekalian!” Ujar ibu sambil keluar kamarku. Aku sudah bergeser ke bagian paling tepi ranjangku dan mencoba lagi melanjutkan mimpiku. Tak lama kudengar suara orang masuk ke kamarku, pintu ditutup.

“Itu siapa, Pak?” Terdengar suara lelaki belasan tahun juga dalam bahasa Jawa.

“Itu Toro, anak Pakde Muji. Dia juga sudah kelas dua SMA tapi umurnya satu tahun di bawah kamu.” Terdengar suara Paman Arjo berbisik.

“Sekarang tidur dulu, masih gelap. Biar Bude dan Pakde istirahat lagi.” Tiba-tiba terdengar suara orang membuka pakaian. Hmmmh… Terdengar lagi suara tubuh yang dibaringkan di sebelahku.

Hening…

Aku tidak bisa tidur. Otak homoku mulai bekerja. Ada dua lelaki berbaring di sebelahku, tetapi aku diamkan saja? Bodoh! Perlahan aku buka mataku dan kulihat lelaki remaja sebayaku terbaring telentang, ia sudah pulas. Perjalanan jauh membuatnya harus segera terkapar. Wajahnya cukup tampan, bersih tidak berjerawat, tidak seperti aku.

Segera kuberalih ke selangkangannya. Ouch! Dadaku langsung berdebar. Menonjol sekali! Apakah dia ngaceng? Kulihat pria empat puluhan tahun di sebelahnya. Garis wajahnya mirip, hanya lebih gelap. Kumisnya pun lumayan tebal, dan… wauwww tonjolannya luar biasa. Kalau yang ini aku yakin pasti sedang ngaceng!

Tak tahan aku turun dari tempat tidurku menuju tepi lain ranjangku. Mereka benar-benar kelelahan sehingga pulas sekali mereka tertidur. Kusentuh perlahan tonjolan di selangkangan Paman Arjo. Dia tidak terbangun. Kutambah tekanan sentuhan tanganku. Tetap tak terbangun, pulas sekali. Dengan leluasa kuusap-usap kemaluan pamanku itu. Kontolnya yang sudah tegang kurasakan bertambah ngaceng.

Oh my God! Panasnya sangat terasa. Kuremas sedikit untuk memastikan ia tidak terbangun. Benar-benar pulas! Aku tak bisa berlama-lama lagi. Perlahan kubuka pengait celananya. Untung ia tidak menggunakan ikat pinggang dan celana dalam sehingga memudahkan aku menjalankan aksiku.

Begitu ritsleting celananya tersingkap, kontol pamanku langsung mengacung kekar, luar biasa! Aku benar-benar berhadapan dengan kontol yang besar, panjang, kekar, dan hangat. Masih agak takut-takut aku pegang batang kontol tersebut. Pamanku tetap tak terbangun.  Kuelus lagi perlahan, mulai mengurut, Paman Arjo tetap tertidur.

Tak sabar lagi aku segera memasukkan batang segar itu ke mulutku. Glek… benar-benar besar, hangat pula! Tidak sampai sepuluh menit kurasakan denyut kontol Paman Arjo mulai tak beraturan. Dia mau muncrat…

CROTT!! CROTT!! CROTT!! CROTT!!


Kurasakan semburan hangat di tenggorokanku. Hmh… sedap betul! Thanks Paman Arjo! Aku segera merapikan lagi celana Paman Arjo.

Selesai? Belum dong! Sayang kalau yang muda disia-siakan, pikirku. Aku naik lagi ke ranjangku. Kudekati Aris dengan perlahan. Kusentuh kemaluannya, mulai ngaceng. Tidak sebesar ayahnya memang, tetapi sayang kalau dianggurin, batinku. 

Agak kesulitan aku membuka celana Aris. Selain menggunakan ikat pinggang ia juga menggunakan celana berlapis, yaitu celana boxer dan celana dalam biasa. Huhhh… aku harus bekerja ekstra hati-hati, jangan sampai ia terbangun. Setelah bermacam lapisan tadi tersingkap, terlihat juga kontol segar Aris. Lebih kecil sedikit dibandingkan kontol ayahnya, tapi lebih panjang dan lebih muda tentunya.

Kubelai batang kontol Aris yang mulus itu. Agak kupercepat dan kutekan belaianku. Berbeda dengan ayahnya yang diam saja, Aris kulihat mengerang kenikmatan. Hmmmh… mimpi basah barangkali. Aku ingin membuatnya lebih keenakan.

Langsung kumasukkan batang kontolnya ke mulutku, tapi… sial! Aris menepis kepalaku. Ia segera mengubah posisi tidurnya. Aku berdebar-debar… Dia bangun… Tidak… ia masih terpejam dan sepertinya kembali melanjutkan mimpinya. Aris sudah tertidur lagi. Nafsu setanku kembali bangkit. Kugerayangi lagi kontolnya. Dia masih ngaceng!

Kalau kuhisap pasti kepalaku akan menyentuh tubuh Paman Arjo. Jangan-jangan dia ikut terbangun nanti. Akhirnya kuputuskan tanganku saja yang bekerja. Kukocok perlahan kontol Aris. Dia diam saja, sudah tertidur lagi rupanya.

Menit-menit berlalu, Aris diam saja tetapi aku tahu ia tidak benar-benar tertidur. Tetapi, karena dia tidak menolak perbuatanku, kuputuskan untuk terus mengocok kontolnya. Tiba-tiba…

CROTT!! CROTT!! CROTT!! CROTT!!


Dia muncrat pula akhirnya. Aku puas… tapi...

“Sudah, ya! Saya capek mau istirahat!” Aris menatapku tajam. Ia merapikan celananya dan kembali tertidur dengan memunggungiku. Marahkah? Akh! Aku tak peduli, yang penting pagi ini aku berhasil merasakan keperkasaan dua batang kontol milik ayah dan anaknya sekaligus.

PUASS!!


cerita berlanjut...




-----] #berpedang [-----

Uploaded Contact: 
Source: 

Kalo udah dibaca, komentarin lah.  Boleh juga bagi-bagi info/pengalaman kamu di sini, biar blognya rame n rajin di-update.


-----] Thank’s for reading [-----

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar